32:Lima warna keberuntungan

7 2 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

Mereka berkemah di pagi yang cerah, langit biru berhiaskan awan putih yang begitu indah, diiringi semilir angin pagi yang dingin, berhembus dan menerbangkan dedaunan.

Sangat indah dan menenangkan.

Tidak berpindah ke lokasi yang telah ditentukan, khusus hari ini para guru memperbolehkan siswa untuk berkumpul di satu lokasi dan mereka juga bebas memilih untuk bermalam dengan siapa saja selama satu hari.

"APA?! BUKANNYA ITU DEKAT SUNGAI?"

"Shh... diam goblok! Nanti ada yang dengar!"

Seperti yang kalian lihat, kami sekarang berbagi lokasi perkemahan kami, masa bodo dengan larangan guru gila itu karena kami tetap tidak akan bermusuh.

Dafael melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang menguping. "Wah gawat kau Kaffa, itu kan jauh sekali dari sini. Aku saja di seberang hutan, sekitar 30 menit dari sini."

"Kau pasti akan jadi yang pertama tertangkap di antara kami bertiga, kekeke." Ejek Raka dengan tanpa muka bersalah.

"Heleh sombong sekali. Setidaknya pemimpinnya kelas atas. Kau? Pfttt... Kujamin kau akan jadi yang pertama tertangkap. Kau bahkan tidak bisa melindungi dirimu sendiri, apalagi melindungi partnermu yang payah itu."

"Sialan kau, Dafa. Kau pikir kau akan baik-baik saja dengan itu? Bisa saja yang jadi target itu kau, sementara pemimpinmu menjaga tenda." Sinisnya tersenyum kemenangan.

Dafael menggertakkan giginya emosi

"Hei! Kok malah saling menjatuhkan! Kita kan teman, tentu saja kita akan saling membantu, bukan menebak siapa yang akan ketangkap duluan." Aku menggeleng melihat kelakuan mereka yang kekanak-kanakan.

"Dengar... Tidak akan ada yang tertangkap. Aku mau kita bertiga bertahan sampai akhir." Kata-kata itu langsung membungkam Raka dan Dafael.

"Maaf, aku cuma bercanda tadi." Dafael merasa bersalah.

"Seharusnya aku yang minta maaf, aku yang memulainya." Melihat mereka berdua sudah berbaikan, aku menghela napas lega.

"Oke, begini. Aku akan berada jauh dari lokasi kalian... di sekitar sungai di daerah perbukitan. Dafa pula di seberang sini, tidak jauh dari tempat berkumpul. Sedangkan kau Raka, kau akan berada di tengah-tengah kami, tapi cukup jauh dari lokasiku dan Dafa."

Raka dan Dafael mendengarkan penjelasanku dengan tenang sementara jari-jariku sibuk menunjukkan lokasi mereka masing-masing di peta yang diberikan masing-masing oleh guru.

"Mungkin butuh 1 jam untuk sampai ke lokasimu." Lanjutku.

Raka bergumam mengerti, "Sepertinya kau akan baik-baik saja, begitu pula aku. Yang perlu dikhawatirkan itu Dafa. Lokasinya terlalu mudah terkesan."

"Kan tidak ada aturan tertulis yang mengatakan kita harus tinggal di satu tempat, jadi jika aku merasa terancam, aku bisa meninggalkan tempat itu dan menyelamatkan diri." Ujar Dafael meyakinkan temannya.

"Itu juga bisa berakibat fatal, karena jika kau meninggalkan lokasi perkemahanmu, kau bisa secara tidak sengaja memasuki lokasi musuh.”

Astaga, aku tidak menyangka akan sesulit ini, meskipun ini hanya game.

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang