28:Aku bukan milik siapapun

10 2 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

Masih di hari yang sama, tepatnya setelah istirahat berakhir, seluruh siswa diminta untuk tidak berkeliaran bebas dan segera kembali ke kelas. Beberapa kelas sudah ada guru yang masuk, sementara yang lain hanya diminta untuk tetap di dalam kelas.

Mereka yang keluar akan dicatat namanya.

OSIS tidak lagi berjaga karena sebagian besar kelas atas telah kembali belajar, meninggalkan kelas bawah yang masih tanpa guru, termasuk kelas Kaffa. Meski begitu, kelas mereka tidak terlalu berisik.

BRAKK!!

"KALIAN!!"

"Sshh...!"

Seluruh kelas menaruh jari telunjuk ke mulut ketika pria yang baru saja memecah keheningan masuk dan membuat keributan. Sementara itu, pria yang ditunjuk sebagai ketua kelas tersengih malu sebelum membungkuk meminta maaf dan berjalan ke depan kelas.

"Maaf mengganggu waktu kalian, aku sudah meminta izin kepada kepala sekolah untuk menggunakan aula olahraga dan dia mengizinkan kita untuk menggunakannya untuk sementara waktu."

"HOREYY!!"

"HEY Shh..!" Giliran ia pula menaruh jari.

"Jangan berisik! Kepala sekolah bisa berubah pikiran. Ayo kita segera ke sana, di sana sudah ada beberapa kelas yang sedang jam pelajaran olahraga, jadi lakukan apa saja yang kalian mau asal tidak mengganggu kelas lain, oke?"

"BAIK!"

Tak lama kemudian, seluruh kelas mengemasi barang-barang mereka ke dalam laci, lalu berdiri dan meninggalkan kelas, dipimpin oleh ketua kelas yang berjalan di depan.

Kami bertiga mengikuti dari belakang, tak lupa sebelumnya kami semua diminta berganti pakaian olahraga dulu, kalau tidak, baju sekolah kami akan kotor.

Jarak kelas ke aula cukup jauh karena gedung kami berada di blok D, sedangkan aula olahraganya pula bersebelahan dengan kantin di blok B.

(Ara mengunakan gambaran sekolah  lama Ara wkwk)

Sesampainya di sana, aku melihat setidaknya sudah ada dua kelas di sana. Satunya bermain bulu tangkis dan satunya lagi sepak bola. Aula yang luas bisa menampung banyak siswa, dan terkadang dewan ini juga dibuat untuk berkumpul.

"Hei, kita mau main apa?" Tanya Raka. Kami berdiri tak jauh dari bangku cadangan sementara yang lain sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Entah itu ikut kegiatan kelas lain dan kebetulan diundang bermain, atau siswi-siswi yang menjadi penonton dan menyemangati para pemain.

Dan ada juga siswa laki-laki yang memilih nongkrong berjamaah.

"Sebenarnya aku malas main, kalau kau mau kau bisa pergi saja. Bulu tangkis, kau suka main bulu tangkis?" Tanya Dafael.

"Itu permainan bocil, bukan tantangan langsung. Main basket kelihatan keren. Kau jago main kan, Kaffa?" Ia menatap Kaffa yang mendengus.

"Heleh, meskipun aku jago main, jumlah kita tidak cukup untuk jadi dua tim, Dafa lagi malas. Satu lawan satu? Kayak rebutan bola aja." Tawa kecilku disambut oleh mereka berdua.

"Tapi liat di sana! Sepak bola juga sepertinya menarik, dari pada berdiri di sini tanpa melakukan apa-apa." Dafael menunjuk beberapa laki-laki yang sedang mengejar bola.

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang