Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
.
Ini hari ketiga penyamaranku. Dan coba tebak berapa banyak masalah yang aku hadapi sejak menjadi Kaffa? Dari aku yang hampir terbunuh hingga dikejar oleh Afgar dan teman-temannya.
Momen itu menjadi sejarah dalam hidupku. Aku telah memutuskan untuk tidak meninggalkan rumah kecuali untuk pergi ke sekolah.
Malam saat aku pulang setelah Afgar mengantarku--tentu saja aku tidak menunjukkan padanya di mana lokasi rumahku, aku tidak banyak bicara. Aku mengabaikan Kaffa yang menanyakan berbagai hal kepadaku, karena aku tenggelam dalam pikiran mengingat apa yang telah kulakukan.
Jika aku memberi tahu Kaffa tentang aku yang tidak menolak perasaan Afgar, adikku pasti akan marah. Aku tahu menolak cinta seseorang tidaklah sulit, terutama dari seseorang yang tidak kita cintai, tetapi entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang tidak kuketahui tentang Afgar.
Malam itu aku melihat Afgar tertawa lebih dari biasanya. Dia mungkin terlihat menyeramkan jika dia mengejarku tapi wajah yang dia berikan padaku saat kami bersama di depan kafe membuatku penasaran tentang masa lalunya.
Kata-kata yang dilontarkannya padaku seolah takut kehilangan diriku padahal jelas-jelas dia dan Kaffa hanya orang asing yang kebetulan bertemu.
Aku mencoba memikirkan cara untuk membuat Afgar membenciku. Jika terus berlari akan membuatnya makin mengejarku, kali ini aku bertekad akan melakukan apa saja agar Afgar menjauh dariku.
Mungkin dengan cara ini dia akhirnya akan menyadari bahwa antara dirinya dan Kaffa, tidak ada takdir.
Tapi itu tidak berarti jika aku bertemu Afgar, aku akan bersikap acuh tak acuh begitu saja. Tidak, aku masih dengan rencana awalku untuk menjauhinya sebisa mungkin dengan bantuan Dafael dan Raka. Tetapi pada saat yang sama dia akan menyaksikan kegilaan Kaffa yang sebenarnya.
Aku tidak tahu apa yang membuat Afgar tertarik pada adikku. Apakah karena dia tampan? Cantik? Itu tidak mungkin. Mereka sudah lama bersekolah di sekolah yang sama hingga 'hari itu' mereka bertemu dengan Afgar yang hanya berniat membantu Kaffa.
Sebagai seorang kakak, tentu saja aku menginginkan yang terbaik untuk Kaffa. Aku tidak ingin dia merasa tidak nyaman di sekolah karena Afgar.
Waktuku di sini juga sangat singkat, jadi selama sisa 11 hari ini, aku yakin Afgar pasti akan berpaling dari saudaraku.
"Hey Kaf, kau terlalu banyak melamun sejak Afgar mengantarmu kemarin. Apa dia menciummu hm~?" Dafael berbisik sambil mengangkat alisnya, menggoda Kaffa.
Aku terkesiap, lalu segera menyingkirkan kepalanya, "Cium pantatmu!"
Dafael mendengus sambil mengusap kepalanya.Tanpa membalikkan kursinya, dia duduk menghadapku dan bersandar di kursi dengan wajah serius. "Aku serius bertanya padamu Kaffa, dia tidak melakukan sesuatu padamu, kan?"
Pertanyaan Dafael mengalihkan perhatianku dari bukuku. Saat itu masih jam pelajaran dan kelas sudah sepi karena banyak siswa yang berkeliaran karena guru-guru sedang rapat.
Termasuk Raka yang ikut menghilang juga, mungkin dia ke kelas sebelah dan bertengkar lagi dengan kakak laki-laki dari perempuan yang aku lupa namanya itu demi merebut hatinya.
"Daripada kau khawatir padaku, aku lebih khawatir pada kalian berdua. Apa kedua teman Afgar benar-benar mengantar kalian berdua pulang?" Tanyaku sambil meletakkan buku itu di atas meja.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
Humor1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
