10:Menganti rencana kita

13 3 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

.

"Kalian nonton apa?"

Tanya Rivan sembari menghempaskan tubuhnya di kursi sebelum meraih remote. Beralih ke siaran lain, mengabaikan Dafael yang tengah menahan emosinya karena Rivan telah mengganti siaran yang sedang ditontonnya. Bersikap seolah-olah sedang berada di rumahnya sendiri.

Keadaan tidak lebih buruk lagi dengan teman Afgar yang lain--Randy, yang malah pergi ke dapur untuk mencari makanan setelah menghabiskan pizza. Apakah dia ingat ini rumah neneknya?

Mereka semua sudah berganti pakaian, tentu saja meminjam pakaian Raka.

Raka yang tidak ingin rumahnya berantakan, terpaksa rela meminjamkan pakaiannya kepada mereka, yang untungnya muat untuk mereka semua karena dibandingkan dengan Kaffa dan Dafael, dialah yang paling tinggi.

"Aku melarang keras kalian naik ke atas, apalagi ke kamar ibu dan ayahku." Perintah Raka yang khawatir kalau-kalau mereka bertindak semaunya sendiri dan masuk ke kamar tuannya.

"Jadi, di mana kita akan tidur?" Tanya Randy, datang sambil membawa mangkuk di tangannya.

Dia sangat lapar karena dia tidak makan dengan cukup. Setelah bermain game di Arcade tadi, dia makan bersama Afgar dan Rivan sebelum pergi ke bar tetapi itu masih belum cukup untuk membuatnya kenyang. Apalagi sekarang sudah jam 1 malam, dia belum makan malam.

Raka meletakkan kedua tangannya di pinggang, "Kau lihat wajahku? Apa aku terlihat peduli? Terserah kau mau tidur di dapur atau teras, aku tidak peduli. Yang penting, kau tidak naik ke atas. Titik!"

"Hei, apa orang tuamu tidak mengajarkanmu bagaimana bersikap baik kepada tamu, hm?" Sela Rivan tanpa melihat ke arah Raka.

"Siapa yang mengizinkanmu tidur di sini!"

Sekali lagi aku harus menghentikan Raka dari menyerang mereka. Aku tidak tahu Raka sesensitif dan semudah itu emosional dibandingkan denganku. Lalu aku menariknya menjauh dan duduk di kursi yang berbeda.

Aku pikir dia orang yang tenang.

"Tolong ajari teman-teman bodohmu bagaimana bersikap sopan di rumah orang, Afgar." Sekarang giliranku yang mengejek. Kulihat Afgar yang duduk di depan kami, mendesah berat.

"Kalian berdua tenanglah." Afgar berkata, dia sangat berharap kedua temannya berhenti bersikap seperti kebudak-budakan dan membantunya untuk lebih terbuka pada Kaffa.

Sementara itu, Rivan hanya memutar bola matanya malas dan melanjutkan menonton acaranya. Sementara itu, Randy masih sibuk dengan makanannya, menghabiskan semua buah-buahan milik Raka yang tersisa di kulkas.

"Haaa bosan... Tidak ada yang menarik untuk dilihat."

Rivan meregangkan otot lengannya. Seharusnya di jam segini dia masih di luar rumah, nongkrong di bar favoritnya sambil melihat wanita cantik, tapi entah kenapa tidak melakukan apa-apa malah membuatnya ngantuk.

"Bagaimana kalau kita main kartu, mau?" Ajak Dafael tiba-tiba karena sejujurnya dia juga merasa bosan jika hanya terus menerus melihat wajah-wajah membosankan dari teman-teman Afgar.

Aku dan Raka yang mendengarnya terkesiap. Apa dia kerasukan? Raka kemudian menatap Dafael dengan tak percaya. Dafael tidak pernah mengajak orang lain bermain selain mereka bertiga, apalagi mengajak musuh mereka sendiri.

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang