34:Tidak tahu harus percaya siapa lagi

9 2 0
                                        

Budayakan VOTE dan
COMMENT!

.

.

AKU BUKAN DIA!

.

.Happy Reading~

.

Raka perlahan membuka matanya, hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit tenda berwarna oranye. Satu hal yang langsung ia sadari adalah ia masih berada di perkemahan, tapi ingatan sebelumnya masih samar-samar di kepalanya.

"Oh, kau sudah bangun?" Tanyaku yang kebetulan ada di sana.

"Belum, ini hanya pura-pura bangun aslinya masih pingsan." Kata Raka datar. Jelas-jelas ia sudah sadar, masih saja si bodoh Kaffa bertanya, geramnya.

Aku terkekeh, menggaruk pipiku yang tidak gatal. "Sudah merasa lebih baik? Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?"

Sebenarnya sebelum Raka pulih, Rivan sudah menceritakan semuanya. Tapi aku masih belum sepenuhnya percaya, apa dia pikir aku bodoh mengatakan Raka terpeleset saat mandi lalu pingsan. Emangnya Raka mandi di lumpur?

"Itu..." Ingatan Raka kembali ke saat kejadian. Di saat-saat terakhir kesadarannya, ia masih ingat dengan jelas Rivan memeluknya.

Blush!

"Hei, apa kepalamu terbentur?" Bingungku. Masalahnya, wajah Raka sekarang memerah malu seperti gadis perawan. Tidak hanya itu dia juga memeluk dirinya sendiri, aneh.

Raka membetulkan posisinya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. "Aku bertemu Alex."

"Hah, terus?"

"Dia mengancam kalian berdua, bukan hanya itu, dia juga memberitahuku sesuatu tentang rumor tentang wanita bernama Lavina itu." Aku diam mendengarkan karena saat ini informasi tentang Lavina sangat penting bagiku.

"Dia bilang alasan kenapa dia jadi seperti itu karena pengaruh buruk geng Rivan, jadi dia mengajakku bergabung dengan gengnya, tapi tentu saja aku menolak. Itu rumor yang tidak jelas, siapa juga yang akan percaya, kan?"

"Lalu? Apa yang terjadi?"

"Ya, kau tahu Alex itu orang seperti apa, dia mencoba membunuhku! Untungnya Rivan datang tepat waktu dan menyelamatkanku." Aku terkejut, kenapa Rivan tidak berterus terang dari awal?

Grab!

"Syukurlah kau baik-baik saja. Maaf, aku meninggalkan kalian lagi. Aku teman yang tak berguna." Merasa bersalah, aku tahu pelukan ini tak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang Raka alami.

Raka yang terkejut tiba-tiba dipeluk ingin meleraikan pelukan Kaffa. "Bodoh, seharusnya aku yang bilang begitu. Bukankah semua ini terjadi karena aku sejak awal, jadi kau tak perlu merasa bersalah. Kita akan menghadapi ini bersama-sama di masa depan, jangan berpisah lagi."

"Ya, aku janji."

Entah kenapa, aura kepemimpinan Raka membuatku merasa seperti sedang memeluk seorang kakak laki-laki. Rasanya begitu nyaman, dilindungi olehnya.

Tanpa mereka sadari, pergerakan mereka diawasi oleh Dafael yang mengintip dari balik tenda. Niatnya ke sini hanya untuk mengunjungi Raka untuk memastikan apakah sudah sadar atau tidak, tetapi sepertinya temannya baik-baik saja.

Ia tersenyum tipis dan memutuskan untuk tidak mengganggu mereka.

Ia mendengarkan semuanya, ia tahu Raka merasa terpukul hanya karena temannya dalam bahaya, tapi Raka juga tidak berhak disalahkan. Rivan yang harus disalahkan karena telah memaksanya.

𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)Tempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang