Budayakan VOTE dan
COMMENT!
.
.
AKU BUKAN DIA!
.
.Happy Reading~
.
.
Aku mendesah lelah di kamarku sambil meletakkan kepalaku di atas meja. Saat ini, aku sedang mengerjakan tugas sekolah tambahan yang diberikan oleh guru sebagai hukuman karena dia mengatakan aku tidak disiplin dan berani mengabaikan perintah guru.
Padahal kan, aku sudah menjelaskan bahwa aku terlambat masuk kelas karena tadinya aku membantu guru lain membawa buku eh malah tidak percaya.
Dasar guru, dia bahkan mengatakan bahwa aku mencoba berbohong dan mencoba bolos dari kelasnya.
Jujur saja, itu hampir seperti tuduhan. Namun, karena aku orang yang menghormati guru, aku pun mengalah. Kalau saat itu aku Kaffa sungguhan, dia pasti tidak akan ragu untuk membolos begitu saja setelah dituduh.
"Haissss..kapan ini selesai? Aku bisa gila kalau begini terus." Gerutuku kesal sambil mengusap rambutku yang berantakan.
Jam dinding hampir menunjukkan jam 5 sore, pertanda hari sudah mulai malam. Matahari kian menghilang di ujung cakrawala, menyebabkan beberapa bagian langit mulai menggelap karenanya.
"Sudahlah, aku tidak peduli. Aku lelah, lebih baik aku turun saja. Mau meledak otakku mengerjakan soal-soal yang belum pernah kupelajari di sekolahku." Aku bangkit dan perlahan berjalan keluar kamar.
Aku butuh hiburan dan satu-satunya cara untuk menghibur diriku adalah dengan bertemu dengan adik setanku. Terkadang, ketika aku melihat perilaku Kaffa, itu sudah cukup untuk membuat hatiku merasa senang.
Tingkah laku yang acak dan gila itu cukup menghibur bagiku. Ya, meskipun terkadang itu juga menyebalkan dan benar-benar dapat membuatku ikut emosi.
"KAFFA?!
Tidak ada jawaban sama sekali.
Aku perhatikan rumahku sepi. Saat pulang, aku tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar dan terus berlari naik ke kamarku. Jika ibuku, dia mungkin ada di rumah tetangga--ngegibah. Tapi Kaffa, aku belum melihatnya sejak tadi.
Aku turun ke bawah setelah memeriksa kamar adikku yang kosong tanpa penghuni. Berjalan malas ke ruang tamu, aku baru teringat pembicaraan antara aku dan Kaffa kemarin pagi.
Aku menepuk dahiku, "Ah, bodohnya aku, Kaffa kan sedang menjalankan misinya. Tapi ini sudah hampir jam 5, mana mungkin dia belum selesai."
Karena bosan menunggu dan tidak tahu harus berbuat apa, aku memutuskan untuk memasak saja untuk Kaffa. Tidak apa-apa, ibuku sudah memasak untuk kami berdua, tapi anggap saja ini sebagai ucapan terima kasihku padanya.
Tanpa bantuan orang ketiga, aku yakin ini tidak akan mudah selesai. Melawan orang licik seperti Rivan sangatlah sulit, apalagi kami berasal dari sekolah yang berbeda, jadi tidak mudah bagi kami untuk mendekatinya.
Untungnya, dengan bantuan Kaffa, ancaman Rivan tidak akan berlaku lagi bagi kami bertiga. Bagus, itu akan memudahkanku untuk menentang dan melawannya di masa mendatang.
"Oke, Kaffa suka ayam goreng. Oke, aku akan memasak ayam untuknya." Aku melihat sekeliling dapur mencari peralatan untuk memasak. Untungnya masih ada ayam yang tersisa di kulkas.
Keluarga kami jarang makan ayam karena ibuku dan aku lebih suka makanan laut. Namun tidak seperti adikku, dia sangat suka ayam. Mungkin pengaruh kartun Malaysia yang ditontonnya saat kecil.
ANDA SEDANG MEMBACA
𝙰𝙺𝚄 𝙱𝚄𝙺𝙰𝙽 𝙳𝙸𝙰;【AFGAR】(Dalam Proses Editan)
Humor1 CERITA, 5 ENDING *** "Itu dia! Kejar!" "Berhentilah mengejarku, brengsek!" Pada awalnya Kalila bermaksud menggantikan saudara kembarnya untuk menolak cinta seorang pria yang terobsesi dengan adik laki-lakinya, Kaffa. Kalila berpikir tidak akan ses...
