"Gila!" Jule menggebrak meja karena begitu syok mendapatkan chat berisi dua garis merah. "Bener-bener Anj-"
"JULEHA!" tegur Papi. Di acara makan malam yang sakral ini anak tengahnya malah asik bermain ponsel. "Lulus sekolah langsung Papi nikahin kamu biar ada sopan santunnya."
Kakak pertama Jule tertawa paling keras melihat adiknya terpojok. "Nikahin aja, Pih. Biar gak bar-bar!"
Jule memajukan bibirnya. "Syutt, yang di langkahi adiknya kawin, gak di ajak." ejek Jule.
Diam-diam perempuan itu melirik notifikasi di ponselnya.
Jika di Chat Jule terlihat santai, aslinya dia sudah melotot, menjerit, dan meronta-ronta di tempat. What? Gimana dia tidak terkena syok maksimal, jika Tsabita bayi imut yang dirinya jaga seperti anak sendiri, ternyata sudah bisa membuat anak.
"Omegooit!!" jerit Jule sambil menarik-narik rambutnya seperti orang kesurupan.
Papi dan seluruh keluarga yang berada di meja makan berdiri menatap Jule khawatir. Mamah yang berada paling dekat dengan Jule sudah memegangi Jule dan mengucapkan beberapa ayat suci yang di hapal.
"Kamu kenapa?"
"Le. Istighfar, Le!"
"Inget Tuhan, Le. Mamah mohon!" Mamahnya hampir menangis.
Jule menatap mamah dan orang-orang yang menatapnya. "Lah pada kenapa? Orang Jule cuman narik rambut doang. Aneh ih!"
**
Bel jam pertama sudah berdering sejak tiga menit yang lalu, tetapi Rembulan masih sibuk mengorek-ngorek rumput.
"Kuping kamu yang lengkap itu tidak mendengar suara bel?" suara Pak Cahyono mengangetkan Rembulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Semester Akhir
Teen FictionSatu semester akhir menjadi penentu kelulusan. Namun, semua tak sesuai harapan. Tsabita siswi cerdas dan tidak neko-neko hamil di luar nikah, tanpa tahu pria seperti apa yang membelinya malam itu. Rupanya kasus Bita membuatnya terjebak pada kasus ya...