26. Pengkhianat

802 118 11
                                    


Hai, selama baca cerita ini apa sih yang kalian rasain?

Kritik dan saran juga dong.

Btw jangan lupa vote dan komen yang banyak, ya...

Terima kasih :)

***

Jeritan kesakitan itu membuat Gustira kalang kabut, dia melempar helm dengan asal. Masuk ke dalam kost-kostan Bita tanpa permisi. Matanya membulat sempurna, tangannya mengepal. Darahnya mendidih melihat rambut Bita di tarik sekuat tenaga.

"BAJIN*AN!"

"ANJI*G DIA KESAKITAN!"

Gustira menendang perut Bastian sampai pria itu tersungkur.

"Bit, berdiri!" Perintah Gustira, takut tubuh Bita terinjak saat mereka berkelahi.

Jangankan berdiri, bergerak sedikit saja dia tak memiliki tenaga. "Nggak kuat," kata Bita lemah.

"Maaf gue nyentuh lo lagi!"

Ketika Gustira akan membopong Bita, dari belakang Bastian memukul kepala Gustira.

"It's oke!" kata Gustira dengan senyum kecil. Padahal denyut nyeri itu membuat penglihatannya buram. "Pelan-pelan ke pojok pintu, kalo di sini gue takut anak kita-"

Belum selesai Gustira berbicara, Bastian kembali menyerang, kini rambutnya yang menjadi sasaran pria itu.

"Jangan salahkan gue kalo gigi lo ompong!" kata Gustira memperingati.

Bastian semakin kuat menarik rambut Gustira, sampai beberapa rambut Gustira rontok sampai akar-akarnya. Gustira menyeringai, dan rasakan pembalasannya.

"Arghhh!" Bastian menjerit ketika kepala Gustira menghantam gigi bagian depannya.

"Jangan meremehkan ku paman!" ujar Gustira sombong.

"ASTAGHFIRULLAH!"

"TOLONG!"

"TOLONG DI SINI ADA YANG BERANTEM!"

"YA ALLAH NENG BITA!"

Bu Ningsih- ibu pemilik kost- menolong Bita yang sedang merintih kesakitan. Tangan Bita terasa dingin saat Bu Ningsih membantu wanita itu berdiri.

"Neng lagi hamil?!" mata Bu Ningsih menatap horor perut Bita. Tak menyangka anak baik ini sedang hamil besar.

Bita mengangguk, tak bisa mengelak lagi dan dia sudah lelah menyembunyikan kehamilannya.

"Ya Allah, sama siapa Neng? atuh kenapa bapak janinnya nggak pernah keliatan."

"Karena .... " Bita melirik Gustira, matanya menyorot sedih.

"Kita sama-sama belum siap menjadi orang tua!" Jawaban yang menohok hati Gustira.

**

Mereka tak ada yang memulai pembicaraan. Sibuk dengan isi kepala masing-masing. Jule, Angkasa, dan Lantra langsung menuju ke bidan yang di sebutkan Gustira.

Rasa cemas berlebih yang Bita rasakan, membuat janinnya ikut merasa terancam, sehingga otot-otot di perutnya menegang.

Gustira mengusap wajahnya kasar, dia merasa bersalah karena dia penyebab Bita seperti ini.

"Gue mau jujur!"

Lirikan Lantra tak membuat mulut Gustira tertutup. Kali ini Gustira ingin jujur pada dirinya sendiri, juga pada semua orang.

"Apaan dah lama bet. Lo mau jujur tadi pas gendong Bita nggak sengaja kesenggol gunung kembarnya?"

Kuping Angkasa di tarik sekuat tenaga oleh Jule sampai rasanya mau copot.

Satu Semester AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang