15. Hidup Baru Bita

2K 149 10
                                    

Bita turun dari motor Gustira tanpa mengatakan satu kata pun. Mereka melakukan aksi diam sejak Bita terbangun karena efek obat biusnya sudah habis. Dua remaja yang sedang tumbuh menghadapi kerasnya dunia sedang merenung jalan hidup masing-masing karena itu mereka memilih diam.

"Bitaa!" teriakan seseorang yang Bita kenal membuat Gustira dan Bita menoleh. Kelima temannya melambai pada Bita.

"Dari mana aja?" tanya Jule menghampiri Bita. Memeluk temannya yang ternyata diam-diam memikul beban berat. "Baju lo basah. Kalian abis hujan-hujanan gak ngajak-ngajak."

Gustira mengenakan helm miliknya. Mengabaikan tatapan dari teman-teman Bita yang menuduh Gustira macam-macam. Hari ini sudah cukup Gustira ikut terlibat dalam masalah Bita sampai lupa dengan masalah hidupnya sendiri.

"Mau kemana?" tanya Lantra.

"Kepo!"

"Lo gak liat cewe yang lo bawa kabur pulang-pulang di usir dari rumah? Yeuh baca yeuh!" Lantra menunjuk tulisan 'rumah dijual beserta isinya'. "Gak ada akhlak udah gak manis sepah di buang!" sindir Lantra.

"Ayah!" teriak Bita sambil menggedor-gedor pintu rumah. Perempuan itu langsung lari setelah membaca poster rumah peninggalan neneknya akan di jual.

Jule dan Rembulan saling tatap. Sudah hamil di luar nikah, terancam di keluarkan dari sekolah, dan sekarang diusir dari rumah. Lengkap sudah bumbu-bumbu kesengsaraan dalam hidup Bita.

"Pas kita kesini ayah lo udah ngeluarin barang-barang milik lo. Dia juga pergi bawa baju-baju. Rumah ini kosong sekarang." Jelas Rembulan.

"Ayah bilang apa?"

"Bilang ...." Rembulan tak sanggup mengatakan yang sesungguhnya, dia melirik Jule meminta bantuan, namun Jule malah memalingkan wajah.

Seka mengangkat tas milik Bita. "Bilang kita harus bantu Bita cari kontrakan. Udah malam, Bita pasti pengen istirahat, kan?"

"Ya intinya lo di usir. Lagian lo gak belajar dulu sama gue, kan jadinya kebobolan!" sahut Angkasa yang langsung mendapat lemparan botol aqua oleh Lantra.

Hari ini begitu melelahkan, sangat melelahkan. Melihat tas dan beberapa kardus yang isinya barang-barangnya, sudah jelas bahwa penderitaan hari ini belum usai. Bita menatap sekali lagi rumahnya. Tak sadar air matanya mengalir mengingat semua kenangan-kenangan manis bersama nenek.

Dengan perasaan gamang Bita membawa tas sekolahnya, di bantu teman-temannya Bita mulai pergi mencari kontrakan. Mau meraung-raung Ayahnya tetap tidak akan mendengarkan Bita lagi, ini semua sudah bagian dari konsekuensi mempertahankan janinnya.

Bita menghela napas dalam, mengusap perutnya yang membuat napasnya sedikit kesulitan.

Di balik kesengsaraan Bita saat ini, ada mata seseorang yang menahan tangis penyesalan atas apa yang dirinya perbuat.

Si pengecut yang berlindung agar hidupnya tetap berjalan sesuai rencana.

"Maaf!" ucapnya, tatapannya berkabut melihat punggung kecil Bita yang membawa beban berat.

**

Lantra menatap Bita lewat kaca spion depan. Perempuan itu tak mengeluh sedikitpun, tidak menangis atau menyalahkan takdirnya. Seperti tidak ada yang membuatnya terbebani.

"Ini kita ke kontrakan Gustira beneran?" tanya Jule.

"Atau ke rumah gue aja?" cengir Angkasa.

"Lebih aman kita ke kontrakan Gustira, gue gak yakin sama iman Angkasa." sindir Jule.

Mata Angkasa memutar, sudah sangat bosan diejek mengenai kadar keimanan karena dirinya pelanggan VIP situs haram. Ya, kan wajar kalau hormon miliknya sering bergejolak. Seperti lagunya roma irama, Darah muda.

Satu Semester AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang