30. Ruangan Pak Cahyono

844 108 14
                                    

Hai, apa kabar?
Maaf sudah lama tidak update.
Bulan ini aku keteteran banget :(
Semoga kalian masih inget alurnya, hehe.

Btw, gimana kalo aku ganti judul jadi 'Satu Semester Akhir' soalnya ternyata masalahnya bukan hanya karena telat haid, tapi semua masalah ada di satu semester akhir mereka sekolah.

Setuju

Tidak

***

Jam pelajaran kosong, para guru meminta murid untuk tidak ke luar kelas. Ini kesempatan baik untuk memulai strategi.

"Nanti lo sama Seka yang masuk ke ruangan pak Cahyono." Gustira menunjuk mereka berdua.

Keduanya menahan napas, ini tugas yang sangat berat. Mereka anak baik yang tak terbiasa masuk tanpa izin - maksudnya Seka, kalo Angkasa sudah biasa keluar masuk.

"Kenapa gue?" tunjuk Angkasa pada dirinya sendiri.

Lantra merangkul bahu Angkasa. "Atau lo mau nahan pak Cahyono biar nggak masuk ruangan?"

Huft, ini pilihan sulit. Apa tidak ada pilihan yang lebih baik? Contohnya masuk ke ruangan BK di mana dia bisa melihat wajah ayu bu Catherine? Dia sanggup menahan bu Catherine selama berjam-jam. Kan, dirinya spesialis meluluhkan wanita cantik.

"Ya udah!"Jawab Angkasa lesu.

Dengan seksama Angkasa, Saka, Lantra dan cewe-cewe rempong lainnya alias Rembulan, Jule dan Mira. Iya, Mira wanita itu kini gabung dalam misi ini. Bita sedang tertidur di kursi pojok karena suhu badannya tinggi.

"Rapat selesai sampai pukul sebelas siang, kita masih ada waktu satu jam. Tetapi, kemungkinan pak Cahyono bisa saja pergi dari rapat lebih awal. Denger baik-baik ketika kita semua sedang menjalankan misi jangan ada yang menyalahkan satu sama lain ketika planning mulai tak kondusif. Kita di sini teman yang sama-sama berjuang."

Matanya memang terpejam, tetapi telinganya mendengarkan Gustira. Sudut bibir Bita melengkung, Gustira berkarisma saat sedang serius.

"Terus fungsinya kita?" tanya Jule.

"Menghandle pak Cahyono. Mira yang akan kasih tau lo semua caranya."

Mata Mira membulat, enak aja dirinya. Dia menggelengkan kepala. Menolak rencana Gustira.

"Jangan! Nanti dia curiga, mending Bita."

Semua orang melirik Mira curiga. Mira mengacak rambutnya frustasi.

"Gini, keadaan Bita yang sakit bisa Bita jadikan alasan untuk membuka obrolan. Ah, jangan gue pokoknya!"

"Iya, Mira benar. Pak Cahyono nggak akan curiga kalo Bita tiba-tiba ngajak bicara. Apalagi, mengenai beasiswa."

Dan mereka semua sepakat.

**

Seka dan Angkasa menghela napas dalam, mereka menunggu dering ponsel untuk melangkah selanjutnya.

"Jantung gue berdebar!" Seka memegang jantungnya. Dia anak lurus, masalah hidup paling menantang membuat menu masakan baru, selebihnya tidak ada. Baru kali ini degup jantungnya bertalu-talu.

"Lo hidup." jawab Angkasa, memukul-mukul kecil dada Seka. "Apapun yang terjadi di dalam, ingat kita satu tujuan."

Gaya bicara mereka bak akan berperang melawan penjajah. Eh, tapi pak Cahyono lebih parah dari penjajah, dia pedofil dan memakan uang para siswa.

Ponsel Angkasa berdering. Tanda bahwa Gustira berhasil meretas CCTV di bantu oleh orang bayaran Lantra. Mereka celingukan, posisi aman.

"Lama bet anjig!" sewot Angkasa. Pria itu menoleh dan mendapati tangan Seka yang bergetar. "Awas!"

Satu Semester AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang