Bab 16 : All Day on Sunday

30 5 0
                                    

[Edited]

BAB 16

[All Day on Sunday]

Ctak!

Telur itu dipecahkan dari kerongkongnya menggunakan sendok oleh Feli. Telur mata sapi itu langsung mengembang begitu minyak menggorengnya.

Setelah membuka kulkas milik Awan yang hanya terdapat mie instan dan juga telur, bukan pilihan buruk bagi gadis kecil itu sarapan dengan telur, kan?

Gadis kecil berambut pendek tipis itu dengan bantuan kursi di meja makan, dengan perlahan menggerakkan spatulanya.

Setelah dirasa matang, ia letakkan telur mata sapi itu ke atas piring yang sebelumnya sudah berisi satu telur mata sapi lalu mematikan kompor dengan hati-hati.

Ia melompat dari kursi dan menyeretnya kembali ke tempat semula.

Sementara di sofa, Awan yang semalaman sudah sibuk menggaruk tangan dan sekujur tubuhnya karena ulah nyamuk, tampak tertidur lelap dengan suara ngoroknya.

Feli sentuhkan ujung jari telunjuknya ke pipi kiri Awan.

Sekali, laki-laki itu tidak memberikan reaksi.

Dan kali kedua, sentuhan ujung jari telunjuk Feli lupanya agak lebih keras, sehingga membuat sang empu pipi mulus terbangun.

Awan usap ilernya yang menetes. Kesadarannya yang belum sepenuhnya kembali membuatnya tampak seperti orang linglung.

Ia pun kaget sembari membuka mata lebar-lebar, lalu bangkit dan refleks menempelkan punggung ke sandaran sofa.

“Eh, anak siapa lu?!”

“Ayo makan…” ajak Feli, dengan wajahnya yang tampak lugu dan menggemaskan bagi siapa pun yang melihatnya.

Awan mengusap ilernya sekali lagi. Berkat kekagetan itu, semua nyawanya sudah terkumpul detik itu juga.

Awan pun melemaskan tubuhnya sembari berkata, “Oh…” usai mengingat siapa anak kecil di hadapannya sekarang.

Awan bangkit, meraih sandal rumahnya, membuat gadis kecil itu lantas berjalan mendahuluinya dengan pelan seraya menuntun menuju dapur.

Sampai di dapur, Awan terperangah sembari mengucek matanya agar semua yang tampak buram di depannya menjadi semakin jelas.

Setelah itu, ia pun menghampiri meja makan yang di mana di sana sudah terdapat sajian berupa nasi goreng dan telur goreng.

“Tadi aku lihat telur di kulkas…” jelas Feli dengan nada cadel khas anak-anaknya. “Berasnya juga udah lama kayaknya… jadi agak kurang bagus. Tapi masih bisa dimakan kok, kalo kamu mau…”

Awan masih dalam mode terpana bukan mainnya. Di mana ia dapat membayangkan bagaimana untuk kali pertama di rumahnya tergeletak sajian buatan rumah.

Awan pun beranjak, hanya untuk menarik bangku dan duduk di sana lalu mencicipi nasi goreng buatan Feli tersebut.

Hap.

Satu sendok nasi meluncur masuk ke dalam mulutnya. Awan bergeming sebentar, merasakan sajian itu menyapa lidahnya.

Feli ikut bergeming. Ia menanti. Menanti jawaban apakah yang nantinya akan keluar dari bibir sosok itu.

“Kamu yang masak?” tanya Awan, menatap Feli tanpa berkedip.

Feli mengangguk skeptis. Siapa sangka rasanya akan se--

Cuh.

Awan lepehkan nasi goreng ekstra asin itu ke tangannya lalu mengambil sejumput tisu dan membuangnya ke tong sampah.

BluebonnetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang