Bab 20 : No Friends

32 6 0
                                    

[Edited]

BAB 20
[No Friends]

Senja Retisalya Sirait. Gadis itu memang seorang drakula. Di mana tadi ia dengan kejam membunuh kaumnya sendiri. Selama ribuan tahun menghuni kastil tua di tengah hutan, tanpa seorang teman, Senja jelas kesepian.

Setelah menutup pintu tadi, gadis itu kini tidak punya kegiatan lain. Ia hanya duduk dengan kedua lutut terlipat di tepian kolam dengan wajah kesal sekaligus sendu.

Dan anehnya, untuk kali pertama dalam hidupnya, Senja mulai merasa bahwa ia butuh teman. Di antara jutaan bahkan miliaran kali kesendiriannya di kastil itu, Senja ingin punya teman.

Dengan berjuta kesenduan yang tadi berkecamuk di dadanya, kini emosi itu berganti menjadi kekhawatiran.

Gadis itu pun bangkit, keluar dari ruangan itu segera dan berlari keluar dari dalam kastil. Sosok Awan sudah tidak tampak di sana.

Ia berlari dengan kecepatan drakulanya. Setelah beberapa saat mencari sosok Awan di dalam hutan, akhirnya ia menemukan sosok itu. Gadis itu tanpa aba-aba segera bersembunyi di balik pohon.

Senja memasang wajah bete. Kenapa ia harus mengikuti Awan?

Bahkan seperti sekarang, ia berpindah pohon demi pohon, menemani laki-laki itu dalam heningnya malam. Apa yang harus gadis itu khawatirkan? Lagi pula Awan tidak mau berteman dengannya, kan? Lalu, apa?

Dan tanpa sadar, Senja tiba di pohon terakhir di mana ia seharusnya berhenti. Ini adalah ujung dari hutan. Sementara di depan sana, tidak jauh, sebuah desa membentang. Terlihat dari lampu-lampu yang menyala dari setiap rumah.

Awan berhenti. Laki-laki itu pun mengecek WhatsApp miliknya. Segera saja ia tekan tombol call pada kontak Langit.

Terdengar nada sambung selama beberapa saat sebelum-- “Nyeeet! Ganggu aja lo!!! Padahal dikit lagi nih gue sama Sophie!”

Awan melotot kaget. “Are you making love?!”

“Fuck.”

Di rumah Sophie, laki-laki itu tampak sedang bermain game.

Sayang, Sayang, jalan ke mana lu! Anj*ng, Langit bego, Langit keparat, Langit bedebah! AAAA KALAH!” Dan suara ‘Defeat’ pun terdengar dari panggilan Langit yang saat ini terhubung ke panggilannya. “Apaan sih emang!”

“Jemput gue, Nyet.”

Ebuset. Nggak. Najis, kayak nggak ada cewek aja lo.”

“Ck. Bukan itu. Pokoknya jemput deh. Nanti gue ceritain.”

Nggak sudi, Nyet.”

Awan mendecak.

Btw, Senja cantik banget, Nyet.” Suara Langit terdengar berbisik. Kening Awan lantas mengerut. “Ahahah.”

“Apasih, Nyet. Buruan jemput.”

Nggak!”

“Gue lagi di Gunung Hantu.”

Langit terkesiap di seberang sana.

Nggak mau.”

“Abis ketemu Senja.”

LAH IYA, BARU SADAR GUE LO PEGANG HAPE LO SENDIRI.”

“YA MAKANYA JEMPUT, BAB!”

NGGAK MAU, SYALAND.”

“KAKI GUE PATAH, NYEEET! NGGAK BISA NAIK MOTOR SENDIRI! ANTER GUE KE ORTOPEDI!”

BOONG!”

BluebonnetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang