Bab 3 : A Predator

53 13 4
                                    

[Edited]

BAB 3
[A Predator]

Senja, gadis itu membuka matanya. Dunia di sekitarnya memang sedikit agak bergoyang, tapi hal itu tak membuatnya lantas goyah.

Ia angkat kepalanya yang rupanya tersandar pada pundak Awan.

Teringat akan suatu hal, lantas membuat Senja segera membuka matanya lebar-lebar.

Yeah, ada hal yang 'sangat penting' yang harus ia lakukan sekarang juga.

Gadis itu pun menumpu kedua telapak tangannya ke tanah berlumpur di bawahnya lalu mencoba untuk bangkit, namun--

Bruk! Kedua tangannya kandas, dadanya kembali jatuh ke bawah, menimpa Awan yang sontak berseru lirih, "Shit!"

Posisi Senja kembali seperti semula. Dengan kepala yang terebah di pundak Awan yang ada di bawahnya.

Bagaimana tidak?! MEREKA MENJATUHI SEBUAH PASAK!

Parahnya lagi, ujung pasak itu tembus ke ulu hati Senja. Sangat dalam.

Dan bagi Senja, itu mungkin tidak terasa sakit, lalu bagi Awan?

Laki-laki itu menahan napas sejak tadi. Berusaha untuk tidak merasakan betapa sakitnya pasak yang menembus anggota tubuh, walaupun ia akan tahu juga bagaimana rasa sakit itu. Tapi jangan sekarang!

Senja pasang ekspresinya menjadi datar dan bete.

"Gue pikir lo mati," tandas Senja, setelah beberapa kian detik terdiam dalam posisi menjijikan itu.

Jatuh menimpa seorang manusia rendahan? Huh, itu bukan sebuah jackpot bagi seorang Senja Retisalya.

"Jangan ajak gue ngobrol."

"Heuh!" dengus Senja pongah. "Berani lo memerintah gue, manusia rendahan."

"Ya, serah," jawab Awan di dalam hati.

Pasalnya sesak. Bobot Senja berat, ditambah organ dalamnya yang satu persatu tidak lagi berjalan dengan lancar. Udara misalnya.

"Mau berapa lama bertahan dalam posisi menjijikan ini?" tanya Senja, mulai muak setelah melihat upaya pertahanan Awan yang amat sangat memuakkan tersebut. "Cuih, lemah."

Setelahnya, gadis itu pun kembali mencoba untuk bangkit dengan perlahan, membiarkan darah hitamnya menetes di pasak, dan membiarkan pasak itu menggores dagingnya, tapi itu tidak sakit!

Dan sekali lagi, Senja berbeda dengan Awan.

Awan yang kaget refleks segera mengangkat kedua tangannya yang mati rasa untuk mencegah Senja melakukan itu.

Hasilnya, dengan segenap kemampuannya yang tersisa--ditambah kebas di sekujur tubuh--ia tarik kembali tubuh Senja untuk kembali mendekat kepadanya.

Senja membelalak melihat reaksi itu. Apa tadi?!

"Gue bisa mati!" seru Awan murka, dengan suara tertahan.

Dengan gerakan cepat, Senja tatap wajah Awan yang berjarak kurang dari dua centimeter dari wajahnya, bahkan hidung mereka hampir bersentuhan, yang otomatis membuat Senja dapat mencium aroma segar dari hembusan napas laki-laki di bawahnya itu.

"Apa urusan sama gue, tolol!" maki Senja, TEPAT di hadapan wajah Awan.

"Sebentar," ujar laki-laki itu, mengalihkan pandangannya dari Senja. Pendarahannya berjalan lancar berkat ulah Senja!

Dan itu bukan perkara bagus. Ia bisa mati konyol di sini. Persetan sudah untuk takut dengan predikat drakula yang disandang oleh Senja. "Sebentar aja."

Anehnya, Senja hanya menurut bak seorang idiot. Apa? Seorang Senja yang agung menuruti manusia rendahan seperti Awan? HAL KONYOL MACAM APA INI, SENJA?

BluebonnetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang