[Edited]
BAB 24
[The Path I Choose, the Result I Get]AWAN
Cukup mengejutkan. Mengetahui kalau ternyata orang berbaju hitam itu adalah si Langit! Oh, astaga.
Dan juga, cukup mengejutkan bahwa tujuannya datang ke tempat ini adalah untuk hal yang--mungkin--hampir sama denganku. I guess.
“Apa gue bilang. YOU CAN’T DO THIS.”
“YES!” Aku menjeda sebentar. “I can’t.”
Terkadang, Langit sangat menyebalkan, dan terkadang lagi, dia sangat solid. Tapi saat ini dia menjamin keduanya--menyebalkan sekaligus solid. Aku tak heran kenapa ia berkata seperti itu. Kami berteman sudah sangat lama, tentu ia menyadari sifatku. Tapi, Langit, bukankah itu sedikit defensif?
Dia menatapku lama, tampak seperti frustrasi di saat yang bersamaan. As if he wanted me to give up on asking him to get out of this. Tentu saja, takkan kulakukan.
“Hei.” Dalam detik itu, sebuah suara tiba-tiba saja berkata--seperti kepada kami. Hei, memangnya kepada siapa lagi? Sudah jelas di tempat ini hanya ada aku dan si Langit.
Sebuah figur bergaun hitam berjalan ke arah kami. Dari pandangannya yang langsung jatuh kepadaku, aku dapat tahu kalau dia adalah Senja. It’s just… lipstick hitamnya tampak membuat wajahnya sedikit berbeda.
Kulihat Langit terpatung. Kedua matanya membelalak samar. Kaget? Of course, aku pun.
“You okay?” tanyanya, Senja, kepadaku.
Aku gelagapan kentara. A-apa tadi?
“Ngapain lo di sini… Senja?” tanyaku to the point.
“Senja?” repet Langit.
Senja menatapku lamat, dari atas hingga ke bawah dengan teliti.
“Lihat akar di kakinya?” tanya cewek itu “Dia origin.”
“Iya,” jawabku.
Yeah, origin. Senja bilang waktu itu, kami--manusia--memang tidak akan pernah tahu bagaimana cara membedakan wujud origin dan vampir biasa, tapi dia juga bilang meskipun begitu, kami--manusia--bisa memastikan bahwa mereka adalah origin dengan cara melihat akar yang melilit di pergelangan kaki kiri mereka. Meskipun tidak semua.
Dan beruntungnya tadi, aku dapat tahu bahwa itu adalah origin.
“Hampir, ya?” tanya Senja dengan senyum tulus. Hei?
“Iya.” Aku balas tersenyum. Apa-apaan ini, Awan? Kenapa lo nggak bisa nahan senyum ini?!
“Thanks,” lanjutku.
“Urwell,” balas Senja cepat.
“Anw, waktu itu,” selaku, begitu Senja ingin melenggang pergi. Senyumnya berganti menjadi pandangan tanda tanya. Dengan begitu, aku pun melanjut, “Maaf gue tinggalin lo sendirian.”
Senja tidak bereaksi selama beberapa saat, hingga kemudian senyumnya yang sedikit lebih lebar dari tadi tergelincir. Wajahnya tampak sedikit berseri.
“Bukannya gue nggak mau temenan,” Aku memberi jeda sejenak. Mmm, aku ragu harus melanjutkan atau tidak. Tapi sepertinya, tidak baik membuat orang menunggu, jadilah… “Gue jarang memahami orang lain, Senja. Maksud gue, untuk apa gue harus memahami orang lain? Karena gue juga nggak akan terlibat.”
Senja tampak mengerutkan alisnya. Sepertinya, ia masih belum bisa memahami arti tersirat dari ucapanku barusan!
“Mungkin ini kedengeran aneh ya.” Aku tanpa sadar menyunggingkan senyum hambar. “Kapanpun lo butuh temen, jangan segan panggil gue.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bluebonnets
Misteri / Thriller[Mystery/Thriller-Horor x Disaster-Minor Romance] [FIRST SEASON 1/10] : THE FLOWER Ada dua dunia yang dipisahkan oleh miliaran bintang di luar sana. Seperti cermin dua arah, percayalah kami hidup berdampingan dengan mereka dalam bayang-bayang samar...