Bab 14 : Predictions (Not) Come True

22 6 3
                                    

[Edited]

BAB 14
[Predictions (Not) Come True]

NOTE:
Bluebonnets ini playlistnya lagunya agak unik-unik gitu ye gais wkwkw. Karena emang cocok sama alur ceritanya yang unique gitu. Enjoy my story~

***

Pukul enam pagi lewat dua detik, adalah waktu di mana sebuah jasad seorang anak laki-laki yang terbungkus kantung mayat digotong oleh tim SAR yang bertugas menuju ke sebuah ambulans yang terparkir tidak jauh dari sisi sungai berada.

Usai melakukan penyelamatan yang cukup dramatis, di mana para tim amat sangat kesulitan dalam proses evakuasi mayat Alam yang hanyut oleh derasnya air yang mengalir di sungai. Sampai akhirnya beberapa jam kemudian, tim bisa mengevakuasi korban.

Tidak ada saksi mata yang melihat sosok Alam berkeliaran di sungai, dan bahkan tidak ada yang tahu bagaimana anak sepuluh tahun itu tewas.

Semua warga berdiri membisu di dekat pohon mangga yang tumbuh subur di sana.

Mereka berkumpul rapat-rapat. Sedangkan di balik itu semua, tak ada satupun sorot iba yang terpancar, hanya untuk membantu pun tidak, membuat Awan mendadak merasa simpatik dengan semua warga, termasuk Pak Kades sekalipun.

Ya, usai ditemukannya jasad Alam yang ditemukan mengambang malam itu, para bapak-bapak ikut andil hanya sampai proses di mana mereka ‘menyaksikan’ para tim yang berjuang meraih Alam di derasnya aliran sungai saat itu.

Hanya sampai di situ.

Awan tak habis berpikir. Ada apa dengan semua warga desa sehingga sampai hati bisa bersikap seperti itu kepada anak kecil?

Setelah jasad anak kecil itu dimasukkan ke dalam ambulans, ambulans pun jalan dan dengan cepat meninggalkan lokasi kejadian perkara.

Menyisakan TKP yang masih ramai dengan polisi yang sibuk menegur para warga yang masih memiliki minat--barang hanya untuk melihat daerah tepi sungai yang saat ini sudah dipasangi garis kuning.

Atau bahkan para warga yang sibuk berbincang-bincang dengan bisik-bisik.

Awan yang baru saja selesai bantu-bantu proses akhir dengan para polisi pun segera naik ke tepian, menghampiri LJ, Prim, Langit, Nantha--bersama Feli yang masih dengan sorot polosnya--yang tampak berdiri dengan obrolan entah apa, yang Awan tidak ketahui.

"Akhirnya beres juga," sapa LJ.

"Kerja bagus semuanya," ujar Pak Armandito yang baru saja tiba di lingkup kedelapan orang itu. Ralat, sembilan orang. Dengan kehadiran Feli.

"Terima kasih, Pak," ujar Arzy.

"Makasih, Pak," tambah Prim.

"Makasih, Pak," sambung Faizul, yang bajunya sudah kotor parah akibat menyerahkan dirinya untuk nyebur dan menangkap tubuh Alam.

Laki-laki itu yang paling berjasa, juga dibantu oleh Nantha yang tiba-tiba muncul dengan pelampungnya. Dan malam itu, sangat luar biasa.

"Nekat banget Nantha, tapi keren sih," ujar Pandu. "Dateng-dateng langsung nyebur lagi. Kalah si Langit. Disuruh lompat aja pake perhitungan."

"Asem."

"Ahahahaha."

Pak Armandito tertawa bersama yang lain.

"Namanya juga tim penyelamat," timbrung Izul. "Ya harus berani lah hahahaha."

"Iya, betul tuh betul," angguk LJ sambil tertawa. "Suka gue semangat lo, Zul. Nggak kayak Langit, doyannya teriak-teriak nggak jelas."

BluebonnetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang