Bab 13 : The Forecast

26 7 4
                                    

[Edited]

BAB 13
[The Forecast]

“Pokoknya saya nggak mau tahu! Pencarian ini harus terus dilanjutkan sebelum besok pagi!” kekeuh Pak Kades dengan urat leher yang sudah sepenuhnya mengencang.

Awan mengerutkan keningnya samar. Ia hampir saja meledak, tapi impulsnya segera mengatakan bahwa ia harus menahannya. Maybe, jika ia berhasil mengendalikan emosinya sendiri.

Apa yang bahkan membuat Pak Kades semarah ini?

“Begini, Pak. Kami paham kekhawatiran Bapak kepada Alam, juga warga desa. Dengan kondisi cuaca yang seperti ini, saya dan yang lain nggak mau juga ambil risiko. Pasalnya, selain melakukan pencarian ini akan sedikit terhalang, juga bisa menyebabkan korban jiwa kalau terus dilanjutkan,” jelas Arzy, dengan suara penuh sabar.

“Bagaimana jika anak itu mati?!”

“Astaghfirullah, Pak!” seru LJ. “Istighfar napa.”

Seorang damkar merapatkan bibir. “Begini aja, kita teduhkan dulu hujannya. Kalau cuacanya mulai membaik, kita lanjutkan pencarian, malam ini juga.”

“Ide bagus,” angguk Faizul.

“Bagaimana, Pak Kades?” tanya Awan.

Pak Kades tampak berpikir. Dari wajahnya beberapa detik kemudian, sepertinya pria itu menyetujui usul dari damkar itu.

“Baik. Ayo kembali ke balai desa," putus seorang damkar wanita sembari berjalan mendahului. Lalu disusul yang lain.

***

"Boleh nggak aku minta ke kakak?" tanya Feli, ke arah Prim.

"Eh, apa? Minta apa? Boleh kok..." sahut Prim mendadak kikuk.

"Minta..."

"Huh?"

Feli terdiam. Sorotnya tampak mengambang.

"Minta kakak tetap di sini. Juga kakak satunya. Temenin Feli."

Senyum Prim dan Nantha kontan mengembang.

"Ya boleh dong..."

"Tapi..."

Senyum Prim lenyap, tergantikan wajah-menunggu-jawaban.

"Bu Gayatri harus pergi dari sini."

Tatapan Feli jatuh kepada sosok bu Gayatri yang sedang berdiri di belakang dua SRU itu sembari menyidekapkan kedua tangannya di depan dada.

Prim dan Nantha spontan menoleh kepada wanita sedikit gempal itu. Bu Gayatri tampak mengubah ekspresinya, sedikit jengkel, mungkin?

"Loh, kenapa gitu?" tanya Nantha.

"Enggak suka..."

"Kenapa Feli nggak suka?" tanya Nantha lagi.

"Nggak nyaman..."

Canggung. Prim dan Nantha mendadak buta reaksi.

Prim pun berdeham lalu berkata, "Oke." Ia menoleh kepada Bu Gayatri. "Bu, ayo bicara di luar saja--"

“Oke, saya keluar dari tempat ini!” sentak wanita itu, membuat Prim berjengit. Tatapannya jatuh kepad Feli. Ia kesal sekaligus marah. “Saudaramu itu hilang! Kalo terbukti ramalan itu jadi nyata, nggak tanggung-tanggung, saya dan warga yang lain akan mengasingkan kamu dari desa ini!”

BluebonnetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang