Bab 35 : MAGIA (Doulos)

19 0 0
                                    

[Edited]

BAB 35
[Magia : Doulos]

AWAN

“Senja.” Aku menatap Senja sebelum dia menarikku, tapi lekas kutahan tangannya. “Apa itu, Senja? Bisa lo jelaskan ke gue? KENAPA MEREKA SEMUA BISA ADA DI SINI?” dengan tatapan paling tajam dan mengintimidasi yang pernah kuberikan kepadanya.

Gadis itu bergeming dengan pandangan wajah tanpa ekspresi.

Doulos. Iya, mereka itu manusia.”

Aku tercekat.

DIPERLAKUKAN SEPERTI APA MANUSIA DI TEMPAT INI?

---

Mereka doulos. Manusia-manusia yang tadi kusaksikan penuh dengan pesakitan dan penderitaan. Mereka adalah manusia dari duniaku, yang telah dijadikan doulos--budak--terpilih dari tuan-tuan tak bertanggungjawab yang membuat mereka harus tersiksa seperti itu.

Ironis.

Bagaimana--bagaimana lagi caraku mendeskripsikan semua kekejian ini? Semua rasa takjub itu sudah hilang sepenuhnya saat menyaksikan itu semua.

Di sepanjang jalan, manusia diperlakukan seperti hewan. Tubuh mereka lebam-lebam, luka menyebar di sekujur tubuh mereka, baju yang mereka kenakan--

“Aaarrghh!” seruku frustrasi. Kusugar rambutku ke belakang. Persetan membuatnya berantakan. Magia, tempat apa ini?!

“Maaf karena karena nggak sengaja harus memperlihatkan lo yang kayak gitu,” ujar Senja.

Posisi kami sekarang berada di depan gerbang kerajaan. Tepat di depan sana. Di mana banyak vampir berpakaian prajurit berdiri bak patung di sepanjang tembok tinggi yang membentang nun jauh ke ujung kabut sana.

“Gue nggak tahu harus bilang apa.”

Aku menoleh cepat dengan wajah gusar ke arah Senja. “Senja, gue tanya ya. Apa status manusia di sini emang serendah itu?”

Gadis itu menatapku lamat. Tanpa diduga, gadis itu malah mengangguk. Heuh.

“Serendah-rendahnya?”

“Iya.” suaranya terdengar mengambang. AAAGHH!

“Mereka doulos kayak gue, kan? Jadi gue sama kayak mereka, kan? Dan suatu hari, gue juga bisa kayak mereka, kan?”

Senja menggeleng.

“Bukan!” sanggahku cepat. “Seandainya kita nggak temenan kayak sekarang. Seandainya lo adalah ‘Tuan’ tanpa embel temen, apa gue juga bakal berakhir kayak mereka?”

Lagi, Senja menggeleng.

“Oh, ayo dong!” desakku gusar, segusar-gusarnya. Ini melawan hak asasi manusia! Pekerjaanku adalah bekerja untuk manusia, tapi usai melihat mereka semua--manusia--diperlakukan tidak seperti manusia, membuatku gagal menjadi seseorang yang tugasnya mengabdi pada manusia!

Shit, ini gila.

“Senja, lo tahu kan gue bekerja untuk manusia?” ujarku. Gadis itu mengangguk samar. “Setiap hari gue menolong mereka, menyelamatkan mereka, bantu mereka dari segala kesusahan. Dan sekarang--”

Aku berhenti. Ini di luar nalarku sudah.

“Gue tahu lo marah. Tapi, itu udah takdir mereka. Di sini lo bukan penyelamat sama kayak yang ada di dunia lo. Mereka nggak bisa lo tolong. Dan lo pun nggak bisa nolong diri lo sendiri, seandainya lo mau.”

Aku bungkam. Ya. Benar sekali.

“Ayo masuk.”

Tatapanku lama sekali jatuh pada kondisi mengenaskan di sana. Manusia-manusia malang itu menangis pilu saat diri mereka diperlakukan sehina-hinanya seperti itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BluebonnetsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang