Bab 7

80 34 0
                                    


RASA TAKUT SEORANG SAHABAT

Jika Sunny yang menyiapkan sarapan untuk mereka, itu berarti tugas Grace mencuci piring. Ini memang bukan peraturan tertulis, tapi berusaha untuk berlaku adil. Lagi pula Grace dan Sunny punya kesukaan yang sama dalam aktivitas beres - beres rumah yaitu cuci piring.

Dulu, Grace selalu jadi 'kenek' Mami saat beliau masak. Grace akan siap di depan bak cuci piring, untuk mencuci semua piring tempat Mami menaruh bahan masakan. Sedangkan Sunny, sebagai anak perempuan paling kecil dan satu - satunya, selalu ditugaskan mencuci piring setelah keluarganya yang terdiri dari Papa, Mama, kakak laki - laki, dan Sunny. Walaupun selalu berakhir dengan baju yang basah. Sunny tak pernah betah memakai baju yang sudah basah, dia pasti akan mengantinya, walaupun baru beberapa menit dipakai dan hanya bagian bawah yang basah.

"Wajah Kak Regina kayak lo, babak belur." tiba - tiba saja Sunny mengingat salah satu penghuni kostan ini. Penghuni paling tua dan terlihat sangat religius.

Setiap Grace dan Sunny lewat pintu kamar nomor dua, selalu terdengar lagu - lagu rohani dari dalam kamar itu.

Kamar Regina tepat sebelah kamar Sunny, kamar nomor satu dan kamar yang paling istimewa. Tentu untuk Grace. Regina kadang sering mengajak Grace untuk pergi ke gereja, tapi gadis itu menolak. Bahkan terang-terangan bilang jika dia bermusuhan dengan Tuhan. Menyebut diri sebagai seorang Ateis. Sejak saat itu, Regina menyerah mengajak Grace untuk ke Gerja.

Sebenarnya dulu, Grace begitu aktif dalam pelayan, tiap minggu suara emas bergabung dengan alunan piano yang Grace mainkan, sebagai 'kata sambutan' untuk para jemaat yang baru masuk ke dalam ruang ibadah. Grace begitu berpotensi menjadi pemusik dan penyanyi yang profesional. Bahkan sudah banyak tawaran agar Grace mengeluarkan album rohani.

Tapi, saat tawaran itu datang Grace memiliki fokus yang lain.

Saat itu, kesembuhan Mami adalah prioritasnya. Grace juga ingin album rohaninya itu hasil ciptaannya sendiri, bukan hasil ciptaan orang lain. Grace juga merasa belum layak membuat album karena keterlibatannya di dunia pertarungan jalanan ilegal.

Setelah Mami dipanggil Sang empunya kehidupannya, Grace mendadak membenci Tuhan. Bahkan mengusir orang-orang yang ingin mengadakan kebaktian empat puluh hari di rumah Grace. Grace marah ke Tuhan, merasa Tuhan telah bertindak kejam dan tidak adl. Kenapa Tuhan harus mengambil Mami, satu-satu orang yang Grace sayang dan menyayanginya? Kenapa Tuhan membiarkan Papi meninggalkan dan mengkhianati mereka?

"Nggak perlu ikut campur urusan orang lain," sahut Grace selesai mencuci piring.

Sebetulnya Grace sudah tahu penyebab wajah Regina babak belur, tapi Grace tak suka mengubar masalah orang lain.

"STEVENN!!" teriak Regina histeris dari kamar nomor dua, menghentikan sandal kuning telor itu melangkah.

Jantung Grace hampir melompat dari rongganya. Kedua tangannya meremas sekuat tenaga. Grace bingung apa dia harus melangkah dan masa bodo, karena baginua yang ada di dalam bukanlah urusannya.

"Jauhi Athur!" seorang laki-laki berteriak lebih kencang dari teriakan Regina.

"Aku..."

BUK! Grace mendengar suara bantingan tubuh ke ranjang.

Dada Grace naik-turun. Dalam kepala dia membayangkan, tubuh Regina di banting ke ranjang. Jantung Grace berdebar-debar tak karuan. Seakan dia berada di posisi Regina. Membayangkan wajah laki-laki bernama Steve itu terlihat mengerikan, bagai serigala lapar.

"Tolong mengertilah! Aku dan Athur terlibat pekerjaan," nada Regina bergetar.

"BOHONG!!" teriak Steven.

"Pergi dari sini, Steven! Aku mohon!" minta Regina. "Kita nggak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku capek!"

"Aku janji nggak akan seperti ini lagi! Jangan putus, ya! Jangan ninggalin aku, ya!" nada Steven mendadak memelas. Memohon.

"Aku nggak bisa. Kamu terlalu cemburu. Aku takut..."

"Aku janji nggak akan kayak tadi lagi. Aku sayang, aku cinta banget sama kamu," ucap Steven cepat.

Pada akhirnya Grace melangkah meninggalkan kamar nomor dua.

Grace adalah ratu es yang antisosial. Baginya memikirkan dan peduli urusan masnusia lain adalah dosa. Begitu juga sebaliknya, orang yang mencoba masuk dan ingin tahu kehidupannya adalah dosa.

"Grace, kadang manusia itu harus peduli sama sesamanya. Apalagi mereka berada dalam satu atap yang sama. Gue pengen tahu aja apa yang terjadi sama Kak Regina. Mungkin aja, dia kayak lo, datang ke ruang bawah tanah untuk bertarung dan bertaruh,"

Grace tersenyum sinis, geleng - geleng kepala.

Mata Sunny membesar saat tak sengaja melihat keluar jendela. Senyum Sunny mengembang.

Segera Sunny berdiri dari kursi, berjalan keluar rumah.

Grace hanya memperhatikan Sunny dari dalam rumah. Sahabatnya sejak TK itu berlari ke pagar putih, dan mendorongnya untuk mempersilakan Xpander putih masuk.

Seorang pria berusia tiga puluh tahunan turun dari mobil itu. Berjalan menghampiri Sunny, membantu gadi itu menarik pagar kembali. Tangan pria itu meniban tangan mungil Sunny. Mereka saling menyatu untuk berkerja sama.

Setelah pagar kembali ke posisi semua, Pria itu mengecup kening lalu perlahan berpindah ke bibir merah muda Sunny, dan melumatnya dengan lembut. Sunny memeluk tubuh tinggi besar itu.

Grace membuang muka, memasang raut wajah tak suka. Dada kembali sesak. Kini rasa cemburu menguasainya. Seakan sesuatu yang berharga terebut darinya. Sekuat tenaga mengepal kedua tangannya, menahan perasaan negatif yang mendesak keluar ke permukaan. Menahan untuk tidak melakukan kata-kata yang ada di dalam kepalanya. Berteriak, meminta Sunny untuk menjauhi laki-laki itu, lebih tepatnya memutuskan hubungan dengan laki-laki bernama Radit itu.

Grace tahu jika dia menuruti emosinya, dia adalah sahabat yang egois. Grace boleh melarang dirinya tidak jatuh cinta dengan makhluk bernama pria. Tapi, dia tidak boleh meminta Sunny mengikuti jejaknya. Apalagi Sunny terlihat bahagia.

Ada rasa takut jika suatu saat Sunny pergi dari kost. Berhenti melakukan kegiatan bersama seperti belanja bulanan, nonton bioskop, atau melakukan hal lainnya yang hanya melibatkan mereka berdua

Diam-diam Grace menginginkan Sunny sebagai penganti Mami, menemaninya hingga rambut mereka berubah menjadi putih.

Tidak! Grace tidak boleh melakukan apa yang dia rencanakan. Mengerti bahwa rencana itu adalah bagian dari keegoisannya.

Lamunan Grace pecah berhamburan, ketika pintu rumahnya digeser ke arah dalam.

"Grace, gue mau pergi sama Radit ke Braga. Lo mau nitip apa?" tanya Sunny sambil mengambil ponsel yang masih tergeletak di meja bulat itu.

Grace menggeleng sebagai jawabnya.

"Oh... Ya udah. Kalo nanti pengen sesuatu WA aja, ya!"

"Pulang jam berapa?" tanya Grace datar, mata menatap ke luar. Tepat ke pria yang sedang menunggu Sunny keluar dari rumah mungil itu.

"Hmm... mungkin jam enam lewat. Kita makan malam, bereng ya. Kali ini gue yang beli makanan untuk lo. So, bilang aja kalo lo mau makan apa?"

Grace mengangguk, "Bersenang-senanglah!" ucap Grace datar, tapi mengandung ketulusan. Sebagai sahabat, Grace nggak ingin Sunny pulang dalam keadaan wajah bete atau menanggis. Grace pasti akan ikut sedih. Menjadikan Radit sebagai samsak tinju, 

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang