JANGAN PERGI!
Tak berapa lama Regina meninggalkan kamar Sunny, Grace datang.
Mata sang Nona kost terbelalak. Air mata langsung merosot ke pipi. Tak menyangka dia akan melihat Sunny memasukan pakaian-pakaiannya ke koper. Hal yang Grace takutkan. Hal yang tidak pernah ingin Grace lihat.
"Lo mau ninggalin gue?" pekik Grace.
Seakan ada batu di kepala Sunny, dengan berat dia mengangguk. "Lo ke sini mau ngusir gue' kan, Grace?" mulut Sunny bergetar, menahan tangis.
Ada rasa takut, bila ucapannya tadi telah menusuk batin Grace. Selama bersahabat, Sunny tidak pernah semarah tadi pada Grace.
"Lo ngomong apa, sih? Ini rumah lo! Mana mungkin gue ngusir lo!"
Grace memegang kedua tangan Sunny, menahan Sunny melanjutkan pekerjaannya, memasukan baju ke dalam koper.
Sebenarnya, Grace salah duga, Sunny sedang mengeluarkan pakaiannya dari koper orange itu. Hendak mengembalikan ke lemari pakaiannya. Dan Sunny beranggapan Grace akan mengusirnya, karena sudah berani memarahi Grace.
"Gue ..."
Grace menggeleng. Menarik tangan Sunny, hingga dada mereka beradu, Grace memeluk erat Sunny.
"Jangan Pergi!" mulut Grace bergetar. Menangis bagai gadis kecil yang ingin ditinggalkan ibu. Grace sudah melupa, bahwa dia sudah mau mengumbar-umbar air mata di depan manusia lain, terutama Sunny. Tapi, kali ini pengecualian.
"Gue takut sama lo, Grace! Makin lama, lo makin terlihat dan terasa asing di mata gue. Lo kayak punya dunia baru. Lo berimajinasi sesuka lo, tapi undang gue ke dalam dunia lo. Lo jahat, Grace. Lo lupa dulu apa pun yang lo punya pasti lo bagi sama gue. Kenapa lo nggak bisa ajak gue masuk ke dunia baru lo?"
"Apa sih, maksud lo? Gue nggak ngerti, San?"
"Gue takut, Grace," Sunny memeluk Grace lebih erat. "Gue takut, lo melakukan apa yang Miss X lakukan. Gue takut, suatu hari gue masuk ke rumah lo, lihat lo terbaring kaku. Seperti waktu kita lihat tubuh Miss X,"
Grace bungkam sejenak. Jantung berdegup kencang. Grace pernah, bahkan sering berpikir untuk melakukan apa yang pernah Miss X lakukan. Menyayat pergelangan tangannya.Tapi, Grace membuang pikiran itu. Grace lebih memilih mendatangi Lorong Bawah Tanah, mencari pertarung hebat yang mampu membunuhnya. Tapi, apa yang Sunny tuturkan, membuat Grace sadar ada seseorang yang akan sedih dan kehilangnya jika dia mati.
"San, maafin gue, ya. Sudah bikin lo marah dan nangis."
Grace melepaskan pelukannya untuk bisa menghapus air mata di pipi Sunny. Rasa bersalah tarasa mencupit dada. Dulu Grace akan marah jika ada yang membuat Sunny menangis. Sekarang dia lah yang membuat Sunny menangis.
Sunny tersenyum kecil, mengangguk. Untuk Sunny, memaafkan adalah hal yang mudah. Apalagi untuk Grace, orang yang paling penting di hidupnya.
"Jangan ngomong mau mati lagi," Sunny menunjukkan kelingking di depan wajah Grace.
"Gue janji," tanpa ragu, Grace melingkari jari kelingking Sunny dengan kelingkingnya. "Lo akan jadi alasan gue untuk hidup,"
Sunny tersenyum senang.
"Satu lagi, lo harus berhenti pergi ke Lorong Bawah Tanah! Gue nggak mau, ada nomor asing yang telepon gue bilang lo ada di kantor polisi atau di rumah sakit." Sunny kembali menunjukkan jari kelingkingnya. "Gue juga nggak mau lihat wajah lo penuh luka-luka," sambung Sunny.
Kali ini Grace mematung. Ragu untuk mengangguk dan kembali menyatukan kelingking mereka.
Pada akhirnya, Grace menggeleng. "Gue butuh tempat itu. Gue harus kembali merebut gelar Ratu dari Mahesa," Grace masih penasaran untuk mengalahkan Mahesa.
Sunny menghelakan nafas. Mengangguk paham. "Janji, lo pulang dalam keadaan hidup dan baik-baik saja. Pastikan saat gue masuk ke rumah lo di pagi hari, lo ada di sana,"
Grace mengangguk. Kembali kelingking mereka menyatu.
Tangan terbungkus sarung tangan karet berwarna kuning itu memungut benda-benda yang sudah tak terbentuk lagi, yang rserekan di lantai. Dengan tatapan bersalah dan tak tega Grace memasukan ke dalam kantok plastik besar berwarna hitam. Sebagian barang yang Grace banting ke lantai sebagai pelampiasan segala emosi negatif itu adalah barang kenangannya bersama Mami. Piala-piala saat memenangkan berbagai perlombaan.
Sedangkan Sunny berada di bak pencuci piring, menyuci piring-piring sehabis menyantap nasi bakar. Sambil mengoles piring dengan busa putih sabun pencuci piring, gadis itu bersenandung. Mendadak teringat lagu yang sering dia dan Grace nyanyikan di masa SMA, lagu bertema persahabatan, bernuasa riang gembira.
"♪Ingin ku lukis semua hidup ini. Dengan cinta dan cita yang terindah. Masa muda yang tak pernah kan mendung. ku bahagia♪" Sunny mulai bernyanyi.
Dalam bayangan kepalanya, dia dan Grace masih memakai seragam putih abu-abu bernyanyi dan menari mengikuti gerakan demi gerakan lima remaja SMU yang mereka tonton di layar televisi.
Saat itu sedang marak film AADC season ke dua, sempat di buat mini seri yang bekerja sama dengan aplikasi Line.
Saat AADC season pertama mereka berdua, baru belajar berbicara, mereka sepakat untuk mencari CD untuk menonton film pertama yang relate dengan kehidupan mereka saat itu. Mengenakan seragam SMA dan mulai menyukai lawan jenis. Mereka menyukai OST dari film terpopuler pada masanya. Berhari - hari Grace menyanyikan lagu itu dan memutarnya di mobilnya saat berangkat ke sekolah.
"... dalam hidup ini. Arungi semua cerita indahku. Saat-saat remaja yang terindah. Tak bisa terulang..." Grace melanjutkan nyanyian saat Sunny berhenti bernyanyi, ponsel berbunyi.
Ada pesan dari Radit, mengucapkan selamat malam dan menyatakan kelegaannya bila Sunny dan Grace sudah berbaikan.
Setelah sepasang sahabat itu berpelukan, Sunny segera memberi pesan supaya Radit tak perlu menjemputnya dan memberitahu mereka sudah berbaikan.
Radit memang tidak buru-buru menjemput pacarnya itu. Menyuruh Sunny berpikir ulang atas keputusan yang didorong oleh emosi dan pikiran-pikiran negatif.
Jika saja Sunny saat itu kekeh dengan keputusannya, Sunny mungkin tidak pernah tahu dan sadar, perasaan Grace terhadapannya sefrekuensi dengan perasaan yang Sunny miliki untuk Grace. Menganggap Sunny lebih dari sahabat. Dan apa Sunny akan mendapatkan tempat senyaman Kost Nona Grace? Mungkin setiap malam, Maria akan mendatangi mimpi, bertanya mengapa Sunny tak menepati janjinya.
"♪Ku ingin nikmati. Segala jalan yang ada dihadapku. Kan kutanamkan cinta tuk kasihku. Agar ku bahagia♪" kedua bernyanyi sampai bait terakhir, lalu tertawa bersama.
"Hari ini lo tidur bareng, ya?" ajak Grace.
Sunny mengangguk tanpa banyak berpikir.
Terakhir kali mereka tidur di kamar yang sama, berbagi ranjang, sudah lama sekali. Di malam - malam Sunny harus beradaptasi hidup tanpa kedua orang tua. Malam, di mana duka lebih terasa kejam dan menakutkan. Bagai monster yang berada di bawah kolong ranjang. Menimbulkan sesak yang tak tahu kapan menjadi lapang.
Di sanalah Grace hadir, menyiapkan bidang kosong pada ranjangnya untuk Sunny. Mengatakan semua akan baik-baik saja, bersama Grace, Sunny tidak perlu takut sendiri. Mereka akan selalu bersama, menghadapi badai kehidupan yang menerjang. Saling berpegangan tangan dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST NONA GRACE
RomanceNomor peserta : 27 Tema yang diambil : Mental health Nona? Hmm... kira-kira bagaimana wujud si ibu kost? Apa sama seperti ibu-ibu kost lain? Galak? Judes? Akan meneror jika kamu telat bayar? Seorang ibu yang sudah tua? Kesepian dan belum menikah...