HARI 27

39 10 5
                                    


SEBUAH KEPERCAYAAN SEORANG AYAH KEPADA

 LAKI-LAKI DI DALAM RUMAH MUNGIL


Mereka masih mematung. Memasang raut wajah sedih, terluka, dan yang lebih besar adalah rasa bersalah.

Apa perbuatan mereka di masa lalu, tidak bisa Grace ampuni? Mereka hanya ingin membangun ulang hubungan baik dengan Grace. Apalagi sekarang Grace tinggal seorang diri. Memang ada Sunny, tapi mereka tahu cepat atau lambat Sunny akan meninggalkan Grace. Menikah dan memiliki kehidupan baru yang mungkin keterlibatan Grace hanya beberapa persen saja.

Grace membutuhkan keluarga, kehangatan dari orang-orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Sayangnya, hati Grace sama kerasnya dengan baja. Memandang mereka bagai kuman yang harus Grace jauhi.

Hati Peter diliputi khawatir, pertanyaan-pertanyaan memenuhi kepalanya. Siapa laki-laki yang membukakan pintu dan menyambut mereka? Ada hubungan apa laki-laki itu dengan putri sulungnya? Dan apa yang terjadi, atau lebih tepatnya apa yang Grace lakukan sehingga laki-laki itu berteriak panik menyebut nama Grace.

Apa Grace kembali melukai dirinya?

Peter sempat melupakan kebiasaan buruk Grace dan yang tak bisa Peter mengerti.

Setiap Grace bertemu dan gagal mengusir Peter, Grace akan selalu melukai dirinya sendiri. Puncak Grace menusuk pisau ke lengannya di hari ulang tahun ke tujuh belas dan mengalirkan darah itu ke kue ulang tahun yang mereka bawa. Grace jadi sosok yang menakutkan sekaligus memprihatinkan.

Sekarang suasana di dalam rumah jadi hening. Hanya ada suara isakan tangis yang samar.

Berangsur-angsur hati Peter menjadi lapang dan lega. Ada seseorang yang berada di sisi putri kesayangannya di saat dia sebagai seorang ayah tak bisa di sisi Grace. Dari tatapan mata Mahesa waktu pemuda itu menoleh ke putrinya, Peter bisa melihat pria muda itu sangat menyayangi putri kesayangannya.

"Kita pulang, Marta! Yang penting kita udah tahu Grace baik-baik aja. Kalau nanti Grace kenapa-napa, Sunny pasti kasih tahu," ajak Peter, berbalik pulang.

Marta mengangguk, menghelakan nafas berat.

"Grace, Papi dan A Yi pulang dulu, ya! A Yi bawain makanan kesukaan Grace. Di makan, ya, Grace!" ucap Marta menaruh rantang makan di depan rumah Grace dengan tangan sedikit bergetar.

Berharap Grace akan makan, masakan yang Marta masak khusus untuk Grace. Masakan itu mampu membuat hati Grace luluh. Memaafkan kesalahan yang Marta dan Peter lakukan. Memahami jika mereka menyayangi Grace. Kembali merajut hubungan mereka menjadi lebih baik dan hangat.

Beberapa langkah mereka berjalan meninggalkan rumah mungil itu, mereka sempat menoleh ke dalam dari jendela, menemukan Grace dan Mahesa sedang berpelukan. Bahu Grace yang membelakangi jendela bergoncang beberapa kali.

"Aku berharap anak laki-laki itu bisa membuat Grace kembali memelukku dan mamanggilku papi seperti dulu lagi," harapan Peter.

Pagi tadi, Marta tak sengaja mendengar mendengar para tetangga berbicara sambil berbelanja di tukang sarung keliling.

"Grace itu emang tangguh. Beda sama anak-anak cewek zaman sekarang. Cuman bisanya nonton youtobe, liat tik-tok, rebahan, sama dadan. Bukan cari kerja, tapi malah cari laki-laki yang bisa diporotin harta,"

"Iya, Almarhum Cik Maria emang pinter didik Grace. Bukan cuman cantik, tapi bisa berantem. Grace udah kayak artis action. Nggak kayak Mercy, cuman bisanya dandan, habisin uang Koh Peter. Hm... emang beda ya," seoorang ibu melirik sinis ke Marta yang pura-pura tuli dan fokus dengan sayur-mayur di hadapannya.

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang