KENANGAN DI DETIK-DETIK MAMI MENGHEMBUSKAN NAFAS TERAKHIR
Hati Carolus terenyuh mendengar cerita apa yang terjadi di tanggal ini, tahun lalu. berusaha berempati atas duka yang Grace alami. mengerti begitu sulit untuk lepas dari rasa duka yang begitu mendalam. Carolus mengerti, rasanya kehilangan, mengerti jika Grace belum bisa terima kepergian Mami. Orang yang paling Grace sayang. Tempat gadis itu mencurahkan kasih sayang dan kebahagian. Tempat Grace mendapatkan kasih sayang yang tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Ditambah luka yang belum sembuh, rasa tak terima oleh pengkhianatan yang ayah dan bibinya lakukan ke mereka.
"Malam itu gue dan Grace melarikan Mami ke rumah sakit. Setelah di tangani dokter, Mami dinyatakan koma," cerita Sunny ke Carolus di warung bubur ayam dekat gang Budi Luhur.
Masih lekat diingatan Sunny, keceriaan Grace tertelan habis saat melihat wajah Mami yang tambah pucat ditambah darah yang keluar dari lubang hidung wanita yang telah memberikan kasih sayang ke Grace selama dua puluh dua tahun. menjadi ibu sekaligus ayah yang terbaik untuk Grace.
Tawa dan Kebahagian Grace bergani dengan tangisan dan jeritan yang sangat memilukan. Berusaha keras membangunkan Mami, berharap Mami kembali membuka mata dan berkata kalau beliau baik-baik aja. Tapi...
"Tiga hari, Grace tetap di rumah sakit, tetap duduk di samping ranjang Mami. Grace menolak untuk meninggalkan Mami. Bahkan Grace menolak untuk makan, Grace selalu menjawab dia mau makan kalo Mami makan."
Sunny berhenti bercerita ketika dua mangguk bubur di letakan di depan mereka. Melihat mangkok bubur penuh dengan toping, Sunny membuang wajah, mendadak rasa mual ketika mencium aroma. Menyesal telah menerima ajakan Carolus saat keadaan hatinya sedang berantakan. Bukan hanya kenangan Mami Maria yang menyeruak, tapi ada pikiran-pikiran lain yang menusuk batinya.
"Yang bikin gue makin khawatir, Grace terus ngomong hal yang sama ke Mami. 'Mi bangun! Ayo tiup lilin. Ayo potong kue. Ayo cobain kue yang Grace buat bareng Sunny dan temen-temen kost. Ayo Mi, suapin Grace dan Sunny. Kasih tahu rasa kuenya, enak nggak atau nggak?' " bahu Sunny berguncang hebat. Hingga Sunny mendorong mangkok bubur itu, memendamkan wajah di tangan yang bertumpu pada meja.
Nafsu makan Sunny menular ke Carolus. Merasa tidak enak hati meminta Sunny bercerita. Carolus mengelus pundak Sunny. Sedikit tak enak, ketika beberapa pasang mata melihat mereka dengan sorot mata bingung dan menghakimi. Mengira Sunny menangis karenanya. Di situlah Carolus sadar dia salah, terlalu ingin tahu urusan seseorang, yang tak ada hubungan dengannya. Dan yang tidak membawa keuntungan dan kerugian untuknya.
Sunny menegakkan tubuhnya. Menghapus air mata dengan tisu yang dia keluarkan dari dalam kotak tisu yang disediakan oleh sang pemilik warung.
"Hari ke empat kami menunggu Mami, berharap Mami bangun dari koma. Tapi, Sang Pemberi Kehidupan, berkehendak lain, Mami menghembuskan nafas terakhir. Dan untuk pertama kali, gue melihat sosok Grace yang begitu mengerikan, gelap, prihatin. Grace yang nggak gue kenal. Mungkin juga saat itu, dia bisa dimasukkan ke rumah sakit jiwa..."
Grace menggeleng keras, menatap nanar layar monitor yang memantau detak jantung Mami. Tiba-tiba tanpa firasat apa pun, ketika keadaan tenang, layar pada monitor itu menampilkan garis horizontal dengan monitor alat pacu jantung.
Dokter dan Suster datang atas panggilan Sunny yang menekan tombol di samping ranjang Mami. Mereka meminta Grace dan Sunny keluar dari ruang inap, namun Grace menolak. Berteriak dan memohon agar dokter dan suster bisa membangunkan Mami Maria. Teriakan saat itu cukup menganggu. Dan tidak ada yang menganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST NONA GRACE
RomanceNomor peserta : 27 Tema yang diambil : Mental health Nona? Hmm... kira-kira bagaimana wujud si ibu kost? Apa sama seperti ibu-ibu kost lain? Galak? Judes? Akan meneror jika kamu telat bayar? Seorang ibu yang sudah tua? Kesepian dan belum menikah...