HARI 40

45 7 2
                                    


KENANGAN DI HARI TERAKHIR ULANG TAHUN MAMI


Ketika keluar dari kamar mandi, terbungkus baju handuk berwarna abu-abu, senyuman Grace mengembang, aroma rempah-rempah langsung menyambutnya.

Mata mereka bertemu kembali, Mahesa berada di depan kompor. Tangan yang terbungkus sarung tangan karet itu memegang spatula , menumis tahu yang dipotong dadu bersama beberapa iris cabai. Tahu cabai garam yang membuat perut Grace terasa kosong. Masakan yang Mahesa janjikan kemarin.

"Berhentilah menatap wajah tampanku, Nona. Cepatlah ganti baju dan duduk manis di sana!" perintah Mahesa dengan matanya terfokus pada pekerjaannya.

"Kenapa takut gosong masakannya? Atau, kamu juga terpesona denganku yang baru kelar mandi," goda Grace.

"Cepat sana! Aroma wangimu bercampur dengan aroma masakanku. Jadi bingung ingin mencicipi yang mana,"

Wajah Grace merona, "Dasar mesum!" Grace mengerucutkan keningnya.

Mahesa terkekeh. "Cepatlah! Jika tidak kurebut ciuman pertamamu!"

Pipi Grace memanas. Bukan segera melangkah menuju kamar, tapi matanya menantang, menghujamkan mata ke Mahesa. Ketika Mahesa berbalik hendak mengambil piring di rak, pelukan Grace di lengan berotot itu menghentikan Mahesa.

Mata mereka bertautan. Grace menempelkan keningnya dengan kening Mahesa.

"Terlalu cepat, Nona!" telunjuk Mahesa menoel hidung Grace.

"Tiga kali kamu gagal mengambil ciuman pertamaku," nada Grace sedikit merenggek.

Grace tahu ini terlalu cepat, apalagi baginya yang pernah berencana akan menjadi perawan sampai menghembuskan nafas terakhir. Tidak membiarkan mendapatkan status pacar seseorang. Tapi, kejadian minggu lalu, ketika bibir Grace dan Mahesa hampir menyatu, mengubah segalanya.

Grace pernah membaca satu kalimat di cover novel koleksi Sunny, 'SEBUAH PERTEMUAN MAMPU MENJUNGKIRBALIKKAN KEADAAN. HATI YANG BEKU PERLAHAN-LAHAN MENCAIR'. Itulah yang saat ini Grace rasakan.

Atau lagu yang dibawakan Andity.

Tak pernah kuduga
Semuanya berubah
Saat kau memandangku
Bergetar hati ini

Kau berikan harapan tentang, ho-oh
Warna-warni hariku

Semenjak ada dirimu
Dunia terasa indahnya
Semenjak kau ada di sini
Ku mampu melupakannya

Hati Grace berubah sejak bibir hampir menyentuh bibir Mahesa. Grace tak bisa menjelaskan apa yang ya rasakan.

"Kita akan melakukannya di saat tepat," Mahesa mengecup kening Grace.

Grace sedikit kecewa, tapi itu yang membuat Grace makin penasaran dengan Mahesa. Bersama Mahesa dia akan memulai cerita baru. Bahkan Grace berharap, bersama pria itu Grace akan memulai lembaran-lembaran baru yang lebih menyenangkan.

**

Tangan Grace merobek tanggal di kalender harian sobek, kegiatan yang kadang dia lakukan setelah keluar dari kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka di pagi hari.

Tanggal 11, bulan 5.

Melihat tanggal berapa hari ini, gadis itu tertegun. Bahu bergetar dari ringan, perlahan makin kencang. Air mata turun. Mulut pun bergetar ketika ingin membuka mulut. Rasanya tak sanggup untuk mengutarakan apa yang tertera di kepalanya.

Bel pintu memecahkan keheningan.

Namun, kaki Grace tetap pada tempat, tak berkutik. Seakan tuli, Grace tidak menoleh sedikit pun. Mata tetap tertuju pada tanggal yang tertera di sana, Sebelas Mei.

Untuk ke dua kali, Carolus menekan bel rumah mungil itu. Berniat untuk memakai jasa laundry. Sekaligus bertanya perihal nama dalam cek bukti pembayaran.

"Pecuma, Grace nggak akan membukakan pintu untuk lo. Bahkan untuk gue dan Mahesa," sahut Sunny di belakang Carolus.

Carolus menoleh, mata Sunny memerah seperti baru saja menangis. Hidungnya memerah.

"Ada apa dengan Nona Grace?" nada Carolus cemas. Takut terjadi apa-apa di dalam sana.

"Hari ini... tanggal ulang tahun Mami. Setahun lalu, adalah perayaan ulang tahun Mami yang terakhir bareng kami...." bahu Sunny bergetar. Air mata mengucur deras.

Hari itu Grace dan Sunny bekerja sama membuat kue ulang tahun untuk Mami. Demi membuat kejutan, mereka membuat di dapur belakang, dibantu oleh salah satu anak kost yang kebetulan, berkuliah di Jurusan Pastry.

Dua sahabat itu begitu semangat untuk membuat kue ulang tahun terbaik dan terenak untuk wanita yang mereka cintai. Ibu terbaik yang mereka miliki. Untuk Sunny, Mami adalah ibu yang Tuhan kirim untuk menggantikan kedua orang tuanya. Pelipur rasa saat Sunny merindukan Papa dan Mama.

Hari ini adalah ulang tahun Mami yang spesial, Mami menginjak usia lima puluh tahun. Kedua gadis itu bukan hanya menyediakan kue ulang tahun, tapi juga menyediakan makan malam spesial di restoran yang terbilang mewah. Mengundang beberapa teman dekat Mami, bahkan tetangga dekat. Ya, kecuali Peter, Marta, dan Mercy.

Grace dan Sunny berharap perayaan ini akan menjadi semangat Mami untuk berjuang melawan kanker payudara. Apalagi bulan depan, Grace dan Sunny akan membawa Mami berobat ke Penang atas usul seseorang .

Setelah makan malam dan berbicang-bincang hangat, Grace dan Sunny menunjukan kue hasil karya mereka. Kue black forest dengan lilin berbentuk lima dan nol di atasnya .

Semua tampak bahagia, menyanyikan lagu-lagu bertemakan ulang tahun yang riang gembira dan penuh suka cita. Semua bertepuk tangan dengan bahagia.

"Seperti yang selalu Mami ajarin ke Grace, sebelum tiup lilin, kita harus mengucap syukur dan make a wish. Apa harapan Mami di hari ulang tahun Mami?" ucap Grace.

"Grace, Sunny terima kasih. Kalian putri-putri Mami yang luar biasa. Mami bahagia punya kalian. Terutama kamu, Grace. Mami sayang sekali sama Grace. Pesan Mami, Grace harus jadi anak yang kuat. Mami mau Grace bisa berdamai sama Papi, A Yi, dan Mercy. Grace juga harus kerjar impian Grace. Lanjut sekolah dan kuliah. Tetap melayani Tuhan. Untuk Sunny, terima kasih udah jadi sahabat putri Mami. Kerja mimpimu, Sayang. Jangan putus asa! Mami percaya kamu akan jadi penulis hebat. Tetap sayang sama Grace. Mami mau kalian bersahabat sampai rambut kalian memutih." ucap Mami bergetar. Menahan air mata haru atas apa yang sudah dua putri lakukan untuknya. Bagi Maria, ini ulang tahun yang paling istimewa.

Mata Grace berkaca-kaca, "Sekarang Mami harus doa ke Tuhan, apa yang Mami doakan ke Tuhan?"

Mami kali ini memejamkan mata. Jari-jari kurus Mami menyatu, ditaruh ke dada.

Grace pun ikut terpejam. Bapa yang ada di Surga, Grace hanya mau Mami sembuh. Kalau Mami sembuh, Grace akan maafin Papi dan A Yi. Grace akan anggap Mercy adik Grace. Grace akan nurutin semua yang Mami perintahkan. Amin. Doa Grce tulus dan bersungguh-sungguh.

Mata Grace terbuka, tapi mata Mami tetap tertutup. Grace,. Sunny, dan yang lain menunggu Mami membuka mata. Grace tahu Mami jika berdoa lama.

Raut wajah Grace berubah, panik ketika melihat cairan merah kental keluar dari hidung Mami. Tangan yang terlipat jatuh lemas, kepala Mami jatuh ke bahu.

"MAMI!!!" teriak Grace panik.

Seketika itu tawa-tawa berubah dari cariran-cariran bening yang menetes di pipi.

Grace mendekat, menepuk-nepuk pipi Mami. "Mami buka mata! Kita masih di restoran. Mami belum tiup lilin. Ayo buka mata, nanti leleh lilinnya. Mi... MAMI!!!" jerit Grace frustrasi. Rasa takut menguasai sekujur tubuhnya. Grace belum siap jika harus kehilangan Mami. Dan hidup seperti anak yatim piatu. 

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang