BAB 8

74 29 0
                                    


KEDATANGAN TAMU YANG TIDAK PERNAH DIHARAPKAN


Setengah jam kemudian, Sunny keluar dari pintu gerbang nomor dua.

Gadis itu sudah rapi, sweater orange yang melebihi tubuh ramping dipadupadankan dengan celana pendek berbahan jins. Wajah cantik tertutup topi bisbol, rambut warna-warni dimasukan ke dalam lubang topi bisbol.

Sunny tersenyum bahagia, tangannya digenggam erat oleh Radit.

Semua tingkah pasangan kekasih itu tak lepas dari pantauan Grace yang masih berada di posisi yang sama. Berdiri di tempat yang sama saat Sunny izin pergi bersama Radit. Menahan rasa sakit ditambah dengan pikiran pikiran negatif yang hanya membuat sesak. Tangannya meremas sekuat tenaga, menahan diri untuk tidak berteriak, memohon sahabat tidak pergi.

Jika di pagi hari kamu tahu alasan Sunny menyimpan rasa iri terhadap Grace. Sekarang kamu harus tahu Grace juga menyimpan rasa iri pada sahabat, kadang merasa tidak adil. Sunny memiliki apa yang Grace idam - idamkan.

'Sempat' memiliki keluarga yang lengkap dan saling menyayangi. Memiliki ayah selalu ada untuk Sunny. Grace selalu cemburu melihat kedekatan Sunny dan papanya. Papa dan Mama yang tampak mersa. Mereka selalu menghadiri acara sekolah Sunny bersama. Seperti Mengambil rapot Sunny atau rapat tahunan di awal tahun ajaran baru. Tapi, Grace hanya mendapatkan kesempatan itu satu kali bisa diambilkan rapot oleh Mami dan Papi. Selebihnya, dia hanya berdua Mami, tanpa kehadiran Papi.

Dulu, rumah Sunny berada di depan rumah Grace.

Grace selalu memperhatikan interaksi Sunny dan keluarganya. Saat Sunny bergelayut manja di lengan papanya, saat Sunny tertawa girang karena mendapatkan hadiah - hadiah dari Papa. Atau pun saat mereka mengundang Grace makan bareng, Grace melihat interaksi ayah dan putri itu sangatlah akrab. Grace harus menahan tangis oleh rasa-rasa negatif yang tidak diharapkan untuk datang. Rasa iri, rindu, dan marah yang melebur menjadi satu.

Sunny juga memiliki seorang kakak laki-laki. Kini Stefan sudah menikah dan tinggal di luar negeri bersama istri dan putra Stefan. Walaupun tinggal jauh, Grace tahu Stefan begitu menyayangi adik semata wayangnya. Bahkan Stefan masih mengirim uang jajan dan uang kost untuk adiknya setiap bulan. Sampai nanti Sunny melepaskan masa lajangnya.

Andai Grace memiliki saudara kandung, mungkin Grace punya tempat bersandar. Ada orang yang punya nasib dan perasaan yang sama saat Grace harus menghadapi drama-drama di dalam keluarganya.

Sering Grace berandai - andai, seandainya dirinya dan Sunny bisa bertukar jiwa. Berada satu jam saja di keluarga Sunny yang di mata Grace sempurna. Hanya satu jam, Grece ingin lagi merasakan kasih sayang seorang ayah dan memiliki keluarga yang lengkap.

Namun, kebahagian Sunny bersama keluarga terampas dengan kejam. Dalam perjalan pulang dari Jakarta ke Bandung, mobil yang orang tua Sunny kendarai mengalami kecelakaan. Papa dan mama Sunny meninggal di tempat, mobil mereka bertabrakan dengan truk.

Targedi naas itu terjadi tiga tahun lalu, Sunny begitu sangat terpukul, namun kembali ceria berkat dukungan Grace dan Mami.

Suara bel tanda bahwa seseorang sedang berdiri di depan rumah mungil, membuyarkan lamunan yang menggerogoti kepalanya. Grace melangkah menuju pintu kuning telor itu. Menebak-nebak siapa yang di luar sana, ada perlu apa dengannya.

Grace berharap obrolan mereka cepat. Grace tidak betah berlama-lama berbicara dengan seseorang. Jika mereka bukan orang dalam daftar, orang penting di hidupnya, seperti Sunny dan anak-anak lampu merah.



Ketika pintu kuning itu diseret ke dalam, mata Grace membesar melihat siapa orang yang berdiri di hadapannya saat ini. Tangan kanannya mengepal sekuat tenaga. Jantung berdebar-debar. Sorot mata makin dingin, menyimpan kebencian yang sudah mendarah daging.

Sungguh menyesal. Membukakan pintu untuk tamu yang tak akan pernah dia undang, bahkan gadis itu berharap orang itu lenyap dari Bumi.

Seorang wanita berwajah sangat mirip dengan mendiang Maria. Grace juga memiliki garis wajah yang sama dengan wanita itu.

Wanita yang dulu pernah menjadi seseorang yang sangat dia favoritkan. Tapi, untuk sekarang, wanita itu adalah musuh besarnya. Orang paling dia benci di dunia ini. Pencuri dan perebut laki - laki yang harusnya ada di sisi Mami sampai ajal, dan tetap bersamanya di rumah ini sampai detik ini.

Melihat wajah Grace yang tak karuan membuat raut wajah wanita itu berubah cemas.

"Grace, kamu kenapa? Apa karena kamu nolong Mercy? Ya ampun, Grace! A Yi obatin, ya." tangan Marta hendak merahi wajah Grace yang babak-belur.

Sayangnya, mereka terhalang pintu kawat nyamuk.

Air mata Marta berlinang. Tanda merasa bersalah campur khawatir.

"Pergi!" usir Grace sambil membuang muka. Mata Grace pun mulai berair. Grace meremas kedua tangannya, menahan sekuat tenaga emosi yang meluap-luap di dada. Berharap jika wanita itu segera angkat kaki dari istananya dan tak pernah muncul di depannya.

"Grace, A Yi (1) bawain makanan buat Grace. A Yi beliin cemilan kesukaan Grace. Masak makanan kesukaan Grace." Marta berusaha tersenyum, mengangkat rantang makanan tiga susun warna merah bermotif bunga-bunga di hadapan Grace. Tanpa peduli, Grace bersikap dingin dan menolak kehadirannya.

"Aku..."

"Ini tanda terima kasih A Yi, Papi, dan Mercy ke Grace yang udah nolong Mercy kemarin sore. Grace udah jadi Cie-Cie (2) yang baik untuk Mercy," ucap tulus Mercy.

Grace mengendus kesal. Mengingat apa yang terjadi kemarin sore, sesuatu yang seharusnya dia tak dia lakukan. Kesempatan emas untuk menghancurkan lebur hati Marta.

Langkah sepatu kest kuning itu berhenti di sebuah rumah yang tertunda proses pembangunannya. Telinga tak sengaja menangkap jeritan minta tolong di dalam bangunan dua lantai itu. Mata setajam mata elang itu melihat seseorang laki-laki besar dan bertato itu menarik seorang gadis masuk ke dalam rumah yang gelap. Tangan besar coba membekap gadis yang belum Grace tahu itu siapa gadis itu.

Tergerak untuk menolong, Grace masuk ke dalam rumah itu. Segera mengejar mereka. Dengan gerak cepat dan tak disadari, Grace memiting leher pria berbadan besar itu.

Aroma alkoho merebak, masuk ke indra penciuman Grace.

Cengkeraman leher itu membuat laki-laki terkejut, terpaksa melepaskan gadis itu. Laki-laki meronta, bebas dari lengah Grace yang terbungkus jaket rajut. Laki-laki itu menoleh ke Grace yang mencoba menjadi pahlawan dengan tatapan murka.

"MAJU! JANGAN BERANI SAMA CEWEK LEMAH!" bentak Grace menantang, memasang kuda-kuda bela dirinya.

Terjadi pertarungan yang tak seimbang. Yang satu buta bela diri, hanya bisa memukul dan menendang dengan teknik yang asal-asalasn. Yang satu lagi memiliki teknik bela diri yang mumpuni.

Grace sudah mendalam berbegai ilmu bela diri sejak masuk sekolah sadar. Dengan mudah, Grace membuat pria bertato itu lumpuh dan kabur.

"CIE GRACE!" teriak gadis yang dia tolong, sambil berlari memeluk Grace dari belakang. Sementara Grace mengatur nafasnya yang naik turun.

Mata Grace terbelalak, baru tahu siapa gadis yang dia tolong.

Dengan cepat Grace mendorong gadis itu, menatap tajam dan jijik ke gadis yang berbeda lima tahun di bawahnya. Menatap tajam dan penuh kebencian gadis itu dari ujung kepala hingga kaki, tubuh kurus tinggi, berkulit putih hanya terbalut kaos lengan pendek dan celana pendek. Lalu pergi meninggalkan gadis itu.



(1) Bibi / adik dari ibu dalam bahasa Thiong Hoa

(2) Kakak Perempuan dalam bahasa Thiong Hoa 

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang