HARI 36

31 7 2
                                    

PENGUSIRAN YANG MENYAYAT HATI

"DIAM!"

"MASUK KAMAR!"

Mata Sunny membesar, cairan bening keluar dari pelupuk matanya. Bahunya bergetar, takut campur tak terima. Ditambah rasa bersalah. Menyesal telah mengucapkan sesuatu yang membuat amarah Grace makin besar dan tak terkontrol.

Sunny harusnya diam saja. Seharusnya dia tidak mendesak Grace mengeluarkan keluh kesahnya.

Mata Grace ikut terbelalak. Terkejut dan menyadari tindakannya kepada Sunny sudah membuat sahabatnya itu ketakutan. Baru kali ini dia membentak Sunny. Bahu Grace bergetar. Air mata bercucuran tanda penyesalan. Seandainya, dia bisa mengontrol emosi. Seandainya dia sadar, dia masih punya gadis di depannya.

"Sunny, Gue minta maaf!"

"Grace, Gue minta maaf!"

Ujar mereka nyaris bersamaan. Menyadari bahwa mereka saling menyakiti. Menyadari jika maaf tak segera terucap, akan timbul masalah baru. Salah satunya, mereka tidak dapat melanjutkan tidur.

Grace, takut Sunny kembali berniat meninggalkan kost. Sunny takut, Grace bukan hanya mengusir dari rumah mungil ini, tapi dari kostan.

Seketika bahu mereka berguncang, bibir mereka tertarik ke atas. Tawa mereka lepas, mengeluarkan beban yang sempat menimpa bahu mereka. Dada yang sesak, perlahan menjadi lapang. Kedua saling bergerak, mendekat, dan berpelukan.

Bagai kilat yang melesat di awan, mereka menyudahi pertengkaran. Bagai asinnya air laut, mereka menjaga persahabat.

**

Grace mematung, memandang Sunny yang sedang mengobati luka pada pelipisnya. Pikiran Grace mengembara kejadian pagi, seorang melakukan hal yang sama dengan yang Sunny lakukan. Menuangkan sedikit demi sedikit obat merah di pelipis Grace.

"Pipi lo kok jadi merah?" Sunny menyadari perubahan warna wajah sahabatnya.

Butuh satu setengah menit Grace membuka mulut.

"Tadi pagi, Mahesa cium kening gue," aku Grace, yang sebenarnya ingin menutupi kejadian itu dari sahabat. Tapi, entah kenapa mulutnya gatal untuk memberitahu.

Mata Sunny membola, "Serius?"

Grace mengangguk. "Tadi pagi Papi dan A Yi..." Grace menceritakan apa terjadi tadi pagi, sampai akhirnya bibir Mahesa mendari di kening Grace.

"Grace, Mahesa cinta banget sama lo," komentar Sunny.

"Cinta banget?" tanggap Grace dengan nada mengejek. Mendengus kesal. Raut wajah jadi dingin lagi. Sorot mata jadi benci. Namun, hati jadi bimbang. Apa benar yang Sunny ucapkan? Atau... Sunny hanya beramsumsi.

Jika cinta, mengapa kata menjijikkan bisa mudah dia ucapakan ke gue hanya karena masalah sepele? Dada Grace terasa sakit, bagai ujung pisau menghunus jantungnya.

**

Sudah pagi. Pemberitahuan Grace pada dirinya sendiri.

Menoleh ke kanan, gadis yang tidur di sampingnya sudah bangun duluan. Grace juga mendengar suara tuas kompor diputar. Sunny pasti sedang memasak air untuk membuat kopi. Minuman pertama yang Sunny cari setelah membuka mata, untuk memancing inspirasi baru untuk novel yang sedang digarap.

Dengan pelan gadis itu menyeret tubuhnya keluar dari ranjang. Meringis pelan saat kaki kanan menapak di lantai dingin. Masih terasa sakit. Berdiri dengan berpegangan bangku kayu yang ada di samping ranjang.

"San, gue mau bubur ayam!" sapaan pagi Grace ketika keluar dari kamar.

Matanya kembali terpejam, masih terasa berat. Bersandar di tepi pintu kamar. Tak sadar bila seseorang memperhatikannya dengan sorot mata penuh kekaguman. Terpesona dengan kecantikan naturalnya, apalagi penampilan Grace cukup berbeda dari biasanya, tubuh Grace terbalut gaun tidur pendek bertali spageti membuat gadis itu terlihat sexy.

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang