HARI 35

33 6 0
                                    


AMARAH DI DINI HARI


Pukul 00. 47

Mata Grace menatap langit-langit kamar dengan backsound suara dengkuran lembut Sunny. Sekali-kali Grace menoleh ke Sunny, menatap sedih sahabatnya.

Tangan kanan Grace bergetar, terulur ke kepala Sunny. Gadis itu batal untuk membelai rambut warna-warni itu. Grace tidak mau sampai Sunny terbangun.

Matanya sempat berkaca-kaca. Bibir bergetar. Grace sekuat tenaga untuk tidak menangis.

Grace membuang muka, ketika air mata lancang menetes di seprai.

Dengan pelan, menahan sakit di pergelangan kaki kanan, Grace turun dari dari ranjangnya. Melangkah keluar kamar dengan tertatih-tatih.

**

Ditemani segelas susu cokelat mereka favoritnya, Grace duduk di sofa tunggal cokelat muda yang warna sudah kusam dan beberapa bagian sudah mengeluarkan busa.

Kali ini Grace membiarkan air mata mengalir deras membasahi pipinya. Menatap keluar jendela, mencari kerlap-kerlip bintang di langit hitam.

Membayangkan cicin emas putih bertakhta berlian mungil di tengah cincin itu. Dada sesak Grace sesak, seakan memberi peringatan bahwa waktu bersama Sunny makin menepis.

Mata Grace berahli pada anak tangga menuju lantai dua yang jarang Grace kunjungi. Tak sengaja membayangkan sosok kecil yang berlari kecil turun dari lantai dua dengan wajah yang riang.

"Mami masak rawon?" seru Grace riang. Menghirup aroma lezat dari dapur.

Itu salah satu makan favoritnya, juga sahabatnya. baru pertama kali mencoba makan berkuah hitam, dengan daging dan toge kecil. Dilengkapi oleh emping. Grace dan Sunny langsung menyukainya.

"Hari ini kita makan bareng keluarga Sunny, Sayang!" sahut Mami yang masih berada di depan koper. Mencicip kuah hitam apa rasa sudah pas dengan selera dua bocah yang menjadi tuan putri rumah ini dan rumah depan mereka.

"HORE!!" seru Grace girang.

Grace paling senang ada acara makan bersama dengan Sunny dan keluarga. Pastinya mereka akan makan malam di rumah Sunny yang meja makan bisa menampung lebih dari lima orang.

"Memang ada acara apa, Sayang?" tanya Papi yang baru saja keluar dari kamar. Mengendong gadis kecilnya dan mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi. Memeluk dengan erat, itu yang biasa Peter lakukan setelah mandi sore, sehabis pulang kerja.

"Acara satu tahun persahabatan putri kesayangan kita dengan putri kesayangan tetangga depan. Sandra mau ini rayakan. Agar Sunny dan Grace bisa jadi sahabat sampai mereka tua nanti. Sandra sih pengen Grace dan Stefan nanti bisa berjodoh. Tapi, semua tergantung merekan kan?"

"Ohhh... jadi hari ini, hari spesial Grace dan Sunny. Apa kamu menyayangi Sunny, Grace?" tanya Peter ke Garce.

Dengan cepat Grace mengangguk. "Sayang banget dong, Papi! Sunnykan baik sama Grace. Sunny nggak pelit.,Sunny selalu bagi apa yang dia punnya ke Grace. Pokok Sunny sahabat Grace yang terbaik,"

Maria berjalan mendekati suami dan putrinya. Mengecup pipi putrinya yang masih dalam gedongan Peter. "Ingat ya, Grace. Selalu jaga persahabatan kalian sampai tua. Karena Grace lahir lebih dahulu dari Sunny, Grace harus mengalah sama Sunny. Grace nggak boleh bikin Sunny nangis. Janji, Sayangnya Mami?" Mami menyatukan hidungnya dengan hidung kecil itu.

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang