TEKA-TEKI MAHESA
Jam dinding yang berada di atas ruang tamu rumah mungil itu, menunjukan pukul 02.41.
Grace dan Sunny masih berada di tempat yang sama. Tak bergeser sedikit pun.
"Ck... andai hari ini Radit nggak ajak gue ke Braga," sesal Sunny setelah Grace menyudahi ceritanya.
"Memang kalau lo lihat gue dan Mahesa bertarung dan hampir berciuman apa yang akan lo lakukan?" tanya Grace.
"Hm..." Sunny mengambil mode berpikir. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu.
"Yang pasti gue akan dukung lo, menyerukan nama lo untuk kasih semangat. Memperhatikan jurus-jurus yang lo dan Mahesa keluarkan. Kan bisa jadi ide cerita gue. Gue masukin ke dalam cerita gue,"
Apa yang Grace alami tadi sore akan menjadi cerita bertema romance action yang sangat menarik. Bagaimana bisa dua orang terlibat pertarungan yang sengit, pada akhirnya saling mengagumi paras satu sama lain, lalu hampir berciuman? Jika Sunny memasukan ke dalam ceritanya, pasti banyak pembaca yang datang ke lapaknya memamerkan karya hasil imajinasinya.
Grace menghelakan nafas, menggelengkan kepalanya berulang-ulang. Sebagai sahabat Grace tahu Sunny begitu menyukai cerita bertemakan action fantasi. Semua cerita yang Sunny tulis, mengenai orang-orang yang memiliki kekuatan supranatural dan pandai mengolah seni bela diri. Dulu, sebelum Sunny mengenal Radit, Grace adalah orang pertama yang membaca tulisan hasil imajinasi Sunny. Grace yang mendukung Sunny mengejar impian menjadi penulis. Apalagi Sunny memang memiliki bakat merangkai kata yang sang baik, cerita-cerita sungguh menarik.
Kadang muncul rasa iri, ketika melihat impian Sunny sudah terwujud. Sedangkan Grace membunuh impiannya sebagai penyanyi dan pianis bertalenta.
Tapi, di sisi lain Grace turut bangga dan bahagia. Melihat tulisan-tulisan Sunny yang Grace lihat dalam bentuk file di laptop kini berubah wujud menjadi ratusan novel yang terpanjang hampir di seluruh toko buku di kota mereka. Beberapa bookstagram mengulas novel Sunny dan memasangnya di akun instragam mereka.
"Mendadak gue jadi inget adegan Film, Mr & Mrs Smits. Habis mereka tembak-tembakan, baku hantam, rumah sudah kayak kapal pecah. Eh, malah akhirnya ciuman. Andai saja anak baru itu nggak datang..." Sunny sengaja menggantungkan kalimatnya.
Pipi Grace kembali merona. Jantung berdebar-debar kencang. Tanpa diminta, kepala kembali membayangkan diri berhadapan dengan Mahesa. Mata yang saling menatap, bagai magnet Grace terus memandangi manik cokelat bening itu, pasrah dengan apa yang akan Mahesa lakukan kepadanya. Seandainya Carolus tidak ada...
Grace menggeleng, membuyarkan bayangan saat bibirnya dan Mahesa hampir menempel.
"Itukan film, bukan kenyataan. Lagian di film itu mereka berstatus semua istri. Sedangkan gue dan Mahesa?"
"Justru itu titik poinnya. Lo dan Mahesa berstatus Nona Kost dan penyewa kost. Kalian juga nggak dekat, bak sepasang orang asing. Tapi, kalian itu banyak kesamaan. Satu kesamaan lagi baru ditemukan, kalian berdua menguasai ilmu bela diri."
"Banyak kesamaan?" kening Grace menyatu. Seperti Grace tidak tahu fakta tentang dirinya dan Mahesa. Maklum, Grace tidak seperti Sunny yang hobi bersosialisasi dengan penghuni kost Nona Grace lain. Sunny tahu gosip hangat yang sedang dibicarakan. Tapi, Grace masa bodo. Yang Grace pedulikan, hanya sang penyewa kamarnya, bayar tepat waktu dan menjaga kebersihan kost.
"Lo nggak sadar, anak-anak kost menyebut Mahesa itu versi cowok lo?"
Lipatan di kening Grace makin dalam, "Versi cowok gue?" ulang Grace, baru tahu tentang fakta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOST NONA GRACE
RomanceNomor peserta : 27 Tema yang diambil : Mental health Nona? Hmm... kira-kira bagaimana wujud si ibu kost? Apa sama seperti ibu-ibu kost lain? Galak? Judes? Akan meneror jika kamu telat bayar? Seorang ibu yang sudah tua? Kesepian dan belum menikah...