HARI 37

26 7 0
                                    


KENANGAN BERSAMA SESEORANG BERNAMA CARLOS


"Kamu memang menjijikkan dan mengerikan, Grace!" desis Mahesa marah. Melangkah menuju pintu masuk, meninggalkan dua gadis itu.

Mata Grace mengikuti punggung Mahesa menjauh darinya. Kedua tangan mengepal sekuat tenaga. Menahan rasa sakit di bahu kanan. Dada jauh lebih sakit, dua kata yang keluar dari mulut Mahesa bagai pisau yang menghunjam dada. Sakit tapi tak berdarah.

Dalam hati menyesali tindakan impulsif yang tidak bisa dikontrol. Air mata Grace bercucuran. Setengah hati, merasa menang, Mahesa pergi sesuai keinginannya. Setengah hati tak rela untuk kaki jenjang itu menjauh darinya dan lenyap di balik pintu masuk.

Ditambah lagi bayangan adegan-adegan yang terjadi dua puluh empat jam lalu, saat Mahesa datang membawa sarapan sesuai apa yang Grace inginkan. Lalu saat Mahesa menahan tangan Grace melakukan self harm, lalu memeluk gadis itu dengan sangat erat. Yang tak Grace duga, Mahesa mengecup kening yang menghangatkan hati. Saat Mahesa menggandeng tangannya. Semuanya muncul, membuatnya menyesal, ditambah rindu.

Sunny dan Grace tidak saling berbicara, enggan membahas apa yang terjadi. Keduanya larut dalam benak masing-masing.

Sunny menjalankan tugasnya sebagai sahabat yang baik. Mengobati luka Grace yang dia buat sendiri untuk mengusir Mahesa.

Kedua saling menatap, air mata saling berlomba siapa yang paling banyak. Bahu berguncang berlomba siapa yang paling hebat. Kedua kembali berpelukan. Menumpahkan perasaannya lewat air mata.

Cukup lama. Hingga air mata mereka menyusut, tangisan perlahan mereda bagai hujan deras yang perlahan berubah menjadi rintik-rintik gerimis, bertanda matahari kembali muncul.

Sunny tidak ingin membahas apa yang terjadi hingga Grace nekat menusuk lengannya dengan ujung gunting yang dia pakai untuk mengunting sachet kopi instans. Sunny tahu, itu cara Grace menyamarkan sakit hati yang jauh lebih tersiksa dari luka fisik.

Setelah puas menangis, tanpa memberi penjelasan alasan dari hamburan air mata mereka. Mereka membisu ketika menyantap bubur ayam yang Sunny beli di depan rumah mereka. Bubur ayam langganan, kesukaan mereka.

"Grace, hari ini tanggal satu!" pemberitahuan Sunny dengan nada girang.

Grace berpikir sejenak, menoleh ke tanggalan sobek. Di sana masih tertera tanggal 30 April.

"Mau ke mana kita?" tanya Grace.

Hari ini hari mereka berdua keluar bareng. Menghabiskan sebagaian gaji mereka untuk memenuhi kebutuhan bulanan, mencari makanan enak, atau berbelanja pakaian.

"Kaki lo gimana? Trus lo..."

"Kan, lo yang nyetir,"

"OKE!" riang Sunny. "Gue mau bahas semua mau gue tulis di Saara vs Keenan. Seru banget! Lo pasti suka!"

**

Itu waktu Grace dan Sunny belanja bulanan sekalian cuci mata. Bagi Grace yang lebih banyak di rumah, memastikan kost aman dan nyaman, itu waktunya gadis itu 'keluar dari kandang'. Sebelum menghabiskan uang untuk membeli barang kebutuhan bulanan, mereka akan cari kuliner yang belum mereka coba.

"Hai Sunny, mau ke mana?" sapa Carolus yang baru saja keluar gerbang kuning. Seperti biasa Carolus meminggul gitar. Tersenyum penuh persahabatan.

"Halo, mau jalan-jalan bareng Grace sekalian belanja bulanan," jawab Sunny yang tak kalah ramah. Tersenyum dan melambaikan tangan ke pemuda itu.

KOST NONA GRACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang