25. Perihal perih, pudar, dan tegar

4.5K 562 17
                                    

Welcome to my story
.
.
.
Selamat menyelami imajinasi appffien
.
.
"Ini semua perih, apa lagi dengan pelukanmu yang semakin pudar dan aku yang hanya bisa berusaha tegar."

~asa~

"kau masih hidup?" Pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Azriel. Pria berambut hitam itu menghampiri Xena dengan tatapan yang rumit.

"Kemana saja?" Tanya Azriel.

Xena memandangi Azriel dengan tatapan datar. Gadis itu mengalihkan pandangannya ketika tatapannya tidak sengaja bertubrukan dengan tatapan Azriel.

"Mencari kebenaran mungkin?" Ucap Xena lagi.

Seluruh orang yang berada di kediaman Vincent itu tidak ada yang mengeluarkan suara hingga tiba tiba seluruh prajurit memerintahkan satu persatu orang orang tersebut untuk meninggalkan kediaman ini.

"Kakak kemana saja?" Ucap Elle dengan air mata buayanya.

"Kakak tahu? Ayah dan ibu mencari kakak kemana-mana,"

"Mencariku? Untuk apa? Bukankah aku hanya benalu disini? Sudah bagus bukan bila benalu itu hilang? Benar bukan nyonya Liliana terhormat?" Sarkas Xena dengan menatap Liliana dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah katapun. Aura gadis itu sungguh membuat mulut mereka membeku. Xena menguap bosan lalu bersedekap.

"Aku terlalu lelah meladeni kalian, lebih baik aku tidur." Ucap Xena lalu kembali berjalan dengan langkah santainya. Tak hanya disitu, yang membuat seluruh keluarga itu terkejut bukan main adalah, belum genap lima langkah Xena berjalan tapi gadis itu telah menghilang begitu saja.

***

Semakin hari sifat Xena semakin dingin terhadap keluarganya. Gadis itu bahkan sekarang jarang berinteraksi dengan mereka. Dan dengan azriel pun tidak. Untuk sekarangpun, ketika Azriel berdiri dengan tampang memelaspun tidak Xena hiraukan. Gadis itu justru sibuk dengan teh Telang yang baru ia seduh beberapa menit lalu.

"Xena, kumohon kembalilah seperti dahulu." Ucapnya memohon. Xena tidak peduli, gadis itu menyeruput tehnya dengan gaya anggun lalu menatap Azriel dengan tatapan dingin. Dingin sekali hingga Azriel terpaku untuk beberapa detik.

"Xena..." Lirih Azriel namun lagi lagi tidak digubris oleh gadis berambut silver itu.

"Aku tahu aku jahat, tapi kumohon beri aku kesempatan Xena..."

Lagi dan lagi Xena tidak mempedulikan ucapan Azriel.

"Xen-"

"Jangan ganggu dia lagi!" Tegas seorang pria yang kini berjalan ke arah Xena dan Azriel. Xena menoleh lalu tersenyum tipis ketika mendapati Alderic melangkah dengan langkah pasti dan tak lupa dengan tatapan maut itu. Azriel menatap pria itu sekilas lalu kembali menatap Xena yang kini malah menatap Alderic.

"Kurasa kau mendengar apa yang ku ucapkan bukan?"

Azriel mendengus sebal lalu menghadiahi Alderic dengan tatapan permusuhan.

"Aku memiliki urusan penting dengan Xena, kau pergi saja." Usir Alderic. Xena hanya diam menonton tanpa mau bersusah susah membuka suara.

Azriel menatap Xena sesaat lalu pergi begitu saja. Sementara Alderic, pria itu duduk disamping Xena. Untuk sesaat keduanya diam. Angin berhembus pelan menerpa keduanya. Salah satu dari mereka tampak memegang sesuatu yang selama ini dicari cari.

"Aku berhasil," ucap Alderic yang membuat Xena memandangi Alderic dengan tatapan heran. Alderic meletakkan bunga berwarna silver dengan empat kelopak memanjang itu di sela sela jarak duduk keduanya.

I'm Serious! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang