Welcome to my story
.
.
.
Selamat menyelami imajinasi appffien
.
.
"Kamu kembali ketika rasa itu telah pergi"~N~
Gladys bingung, otaknya masih mencerna sesuatu yang ganjal. Sejak tadi gadis itu termenung di mejanya bahkan ditegur oleh gurupun ia masih melamun. Sang guru yang mengetahui keadaan Gladys pun menyuruh gadis itu untuk beristirahat di UKS. Guru tersebut menatap kasihan ke arah Gladys, ia menilai bahwa mungkin Gladys masih trauma dengan kejadian yang terjadi padanya maka dari itu, guru yang terkenal killer itu menyuruh Gladys untuk ke UKS.
Gladys menurut. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan kepala menunduk. Melirik sekilas sosok yang dirindukannya yang ternyata tak menatapnya sama sekali. Hatinya sakit, tapi apa daya kejadian itu telah lama berlalu. Eric pantas mendapatkan orang yang lebih baik dibanding dirinya. Namun tanpa sepengetahuan Gladys, Eric menatap punggung yang semakin menjauh itu dengan tatapan rumit. Terselip rasa rindu yang begitu besar dibalik tatapan rumitnya. Gladys ternyata tumbuh menjadi gadis yang cantik. Meski beberapa rumor yang sempat ia dengar tadi sedikit membuat cowok itu kasihan dan merasa gagal sebagai seorang sahabat.
Tapi, apa hubungannya dengan Gladys saat ini bisa disebut sahabat?
Gladys berjalan dengan langkah pelan. Angin berhembus menerpa dirinya, ia memperhatikan lapangan basket. Lapangan yang kini terisi beberapa siswa yang tengah bermain basket. Namun ketika Gladys kembali menatap kedepan, bola basket melesat ke arah Gladys dengan kencang. Suara pekikan pertanda bahaya sempat didengar oleh Gladys sebelum tubuhnya dipeluk oleh seseorang sekaligus menghadang bola basket itu.
Sesaat keadaan sekitar Gladys sunyi. Gladys pun demikian, tidak berani bergerak sedikitpun. Namun ketika suara tak asing itu memasuki Indra pendengarannya, dadanya terasa terhimpit sesuatu yang tak kasat mata.
"Maaf... Tolong maafkan aku..." Katanya yang membuat tubuh Gladys membeku seketika. Belum juga sadar akan terkejutnya ini,seorang siswa meminta maaf kepada Gladys dan cowok tadi.
Gladys memilih mengabaikannya. Dirinya masih menatap sosok didepannya dengan tatapan ragu sekaligus rindu.
"Aku punya alasan untuk meninggalkanmu dulu Gladys," katanya dengan tatapan sungguh-sungguh. Gladys seakan hanyut dalam tatapan lembut itu. Hingga tidak sadar bahwa ada orang lain, menatap keduanya sebal.
"Sialan! Saingan gue banyak banget sih," katanya sembari berbalik pergi dengan sumpah serapah yang terus terlontar dari mulutnya.
###
"Lo ninggalin gue gitu aja dan hilang terus sekarang lo nemuin gue, buat apa? Kenapa lo gak hilang terus aja? Kenapa lo harus hadir lagi?" Ucap Gladys begitu keduanya memasuki UKS. Gladys duduk disalah satu brankar lalu mengambil air putih dan menegaknya sampai habis.
"Aku punya alasan," kata Eric.
"Alasan? Alasan apa yang ngebuat Lo sampe ninggalin gue? Gue tau kalo gue gak cantik, gue yang bodoh ngungkapin rasa konyol itu ke elo!" Sarkas Gladys sedangkan pemuda didepannya tersentak mendengar penuturan bernada kasar yang berasal dari Gladys.
"Jadi rasa itu gimana sekarang?" Tanya Eric yang mendapat kekehan miris dari Gladys. Gladys menatap Eric yang berdiri dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Gladys mengingat sedikit kejadian lalu, waktu ia mengungkapkan rasanya dengan membawa sebatang coklat. Ia ingat bagaimana Eric menyerahkan coklat itu kepada temannya dan Gladys ingat dengan jelas bagaimana Eric berbalik pergi usai cowok itu mengatakan terima kasih dan selamat tinggal. Rasanya memang telah hilang namun perihnya masih terasa hingga kini. Dan untuk Alderic, Gladys memilih Alderic daripada Eric.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Serious! [End]
FantasyAwalnya ia hanya penasaran dengan sebuah novel yang jarang diminati oleh kalangan anak muda. Kebanyakan dari mereka menilai bahwa buku yang kini ia pegang kurang menarik. Meski begitu, Gladys justru membeli novel mahal serta bersampul tak menarik it...