26. Buket Bunga

4.3K 528 8
                                    

Welcome to my story
.
.
.
Selamat menyelami imajinasi appffien
.
.
"Kamu adalah tokoh utama di dalam hidupmu"

~N~

Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa esok hari usia Xena akan mencapai usia dua puluh tahun. Sebetulnya bukan hanya Xena, melainkan Azriel. Selama itu pula Xena selalu bersikap dingin terhadap keluarganya.

Azriel memetik beberapa bunga lalu ia rangkai. Jauh dibelakang Azriel, Xena menatap punggung Azriel dengan tatapan tak terbaca. Entahlah, akhir akhir ini Xena berfikir bahwa kematiannya dahulu bukan sepenuhnya salah Azriel. Azriel hanya salah satu pion milik manusia jahat itu.

Xena terdiam ditempatnya, semilir angin menerpa wajah cantiknya hingga menerbangkan helaian rambut silvernya. Gadis itu memejamkan matanya sesaat lalu kembali membuka kelopak matanya.

"Xena, ini aku punya sesuatu untukmu!" Ujar Azriel sembari memberikan buket bunga sederhana itu kepada Xena, senyum manis dan terasa sangat tulus itu mampu membuat Xena tertegun untuk beberapa detik.

Entahlah, perasaanya sungguh tidak enak. Perasaan ini seperti dahulu sewaktu Alderic duduk disampingnya untuk yang terakhir kalinya. Xena menepis pikiran itu. Azriel ada didepannya, dan Azriel dalam keadaan sehat saat ini.

Xena mengulas senyum manis lalu mengambil buket bunga matahari itu dari tangan Azriel.

"Terima kasih," ucap Xena tulus sembari meraih buket bunga matahari itu dari tangan Azriel. Azriel yang mendapati senyuman tulus dari Xena ikut menyunggingkan senyum termanisnya.

Azriel mengangkat tangannya lalu mengacak pelan puncak kepala Xena. Xena yang diperlakukan demikian hanya menatap Azriel dengan pandangan tidak terbaca. Ada yang janggal akan senyuman Azriel itu tapi apa?

"Besok kita genap dua puluh tahun, entah akan ada kejadian hebat apa besok. Terima kasih sudah mau bertahan sejauh ini dan jangan keluar kediaman ini untuk sementara waktu, mengerti?" Xena reflek mengangguk. Seperti seorang anak kecil yang tengah diberi peringatan oleh orang tuanya.

Setelah itu Azriel menggenggam tangan Xena dan keduanya pun berjalan menuju ke arah gazebo paling besar yang berada di taman kediaman Xena ini. Keduanya tampak kalut dalam pikirannya masing-masing. Hingga tidak terasa hari mulai petang. Beberapa pelayan menghampiri keduanya guna memberitahu bahwa makan malam telah siap.

"Ayo, jangan jauh-jauh dari ku mengerti?" Lagi perkataan penuh dengan perhatian ini membuat Xena mengangguk pasrah. Lantas, keduanyapun berjalan menuju ke ruang makan.

Tanpa mereka sadari beberapa pria berpakaian serba hitam tampak mengawasi segal aktivitas mereka sejak tadi. Begitu pula dengan Rafandra. Pria yang mungkin bisa mencegah hal ini terjadi namun memilih diam karena bila dia ikut campur dalam permasalahan ini, dia tidak akan bereinkarnasi dan bertemu Xena nantinya.

"Aku harap kamu mampu bertahan Xena, tolong jangan sia-sia kan pengorbanan Alderic." Gumamnya sembari melihat jauh kedepan, pria itu berdiri di balkonnya sembari melipat kedua tangannya di belakang.

Rambut panjangnya mengibar tak tentu arah. Awan mendung perlahan mulai menggantung diatas langit sana. Menutupi bulan dan bintang yang hendak bersinar.

Di lain sisi, Xavier beserta kedua saudaranya tampak mengunjungi Xena. Ketiga bersaudara itu makan begitu lahap didepan adik perempuan mereka yang kini merasa jengkel dan benci melihat ketiganya.

Dengan sebal Xena memakan makanannya dengan kasar. Tidak mempedulikan tatapan Xavier yang sedari tadi tertuju padanya. Entah mengapa sebagai kembaran yang baik untuk pertama kalinya, Xavier merasa akan ada hal besar terjadi. Mengingat ulang tahun keduanya yang akan dirayakan esok hari secara mewah di kediaman utama. Hal ini tidak serta merta membuat perasaan Xavier membaik.

Aldebaran yang melihat sang adik melamun pun sedikit menyenggol bahunya.

"Ada apa?" Tanya Aldebaran yang membuat perhatian keempat orang selain keduanya menatap keduanya dengan pandangan berbeda beda. Xavier menjawab dengan gelengan kecil.

"Ada masalah Xavier?" Tanya si paling tua, Orion.

Xavier lagi lagi menggeleng, lalu setelahnya mereka melanjutkan acara makan malam mereka sebelum suara teriakan serta lampu yang tiba tiba padam membuat suasana seketika mencekam.

Tentu mereka merasa waspada apa lagi ketika mereka merasa ada bahaya besar yang sedari tadi mengintai mereka. Inilah alasan ketiga kakak beradik itu berada dikediaman Xena malam ini. Ketiganya sudah berfirasat buruk bahwa akan ada hal buruk yang terjadi disini. Mengingat ada beberapa orang asing yang belakangan ini memasuki area kediaman Vincent.

Awalnya mereka hanya mengabaikan namun semakin lama semakin menjadi dan nampaknya puncaknya hari ini.

"Xena!!!" Teriak Azriel sembari mencari keberadaan Xena. Mata Azriel berubah menjadi merah darah, matanya secara luar mencari keberadaan Xena. Tentu teriakan Azriel tersebut mengundang perhatian ketiga kakak Xena.

Lampu kembali menyala. Kini kursi yang ditempati oleh Xena kosong. Xena menghilang dari tempatnya. Orion, Aldebaran dan Xavier kompak memelototkan matanya. Ketiganya lalu bangkit berdiri dan memerintahkan kepada pengawal serta pelayan untuk mencari Xena.

Malam itu, malam yang seharusnya menjadi malam indah karena genapnya usia Xena harus menjadi malam yang paling dingin serta mencekam.

Hujan deras diluar sana menambah kesan suasana mencekam di kediaman Vincent. Kabar menghilangnya Xena untuk kedua kali ini tersebar begitu cepat. Dan lagi lagi nyonya dan tuan Vincent menangis atas menghilangnya putri cantik mereka.

Sementara Azriel, pria itu berlari tak tentu arah mencari keberadaan Xena. Mengandalkan instingnya ia mencoba peruntukan untuk mencari keberadaan Xena. Namun ketika berada dipertengahan jalan dirinya dihadang oleh beberapa orang berpakaian hitam.

Rambut Azriel berubah warna menjadi merah, matanya ikut memerah. Amarahnya memuncak ketika lagi lagi pengganggu pengganggu ini menghalangi dirinya.

"Siapa kalian?" Tanya Azriel dengan nada dingin. Hujan yang enggan mereda ini menyamarkan perkataan mereka namun telinga Azriel mendengar dengan jelas ucapan mereka.

"Jika kau ingin hidup, maka kembalilah! Jangan mencari gadis itu!" Bibir Azriel membentuk seringai.

"Bahkan kalian bukan tandingan ku, beraninya kalian memerintahku?" Kata Azriel, setelahnya teriakan keempat orang itu saling bersahut sahutan. Leher mereka seperti terbakar meski Azriel tidak bergerak seincipun. Lihat bukan? Azriel bukanlah tandingan mereka.

Tak lama setelahnya keempat orang itu terkapar tak berdaya diatas tanah yang kini telah tergenangi air hujan. Darah yang berasal dari mulut mereka nampak keluar begitu banyak. Seketika itu juga, genangan darah dari keempat orang itu menghiasi tanah pinggiran hutan ini.

"Sial!" Umpat Azriel ketika dirinya kehilangan jejak dari Xena. Benar benar cerdas orang yang menculik Xena.

Sementara itu, Xena yang disekap di ruang tertutup ini tampak menggeram marah. Apakah ini perasaan tidak enak yang sedari pagi ia rasakan?

Jeruji besi itu perlahan terbuka sendirinya. Tampak seorang pria muda dengan pakaian mewahnya memasuki ruangan sempit dan pengap ini. Mantel tebal itu menutupi tubuh pria muda ini.

"Hai Xena ah atau bisa kupanggil Evelyn?" Kata pria itu yang membuat Xena menatap benci kearahnya.

"Siapa kau sebenarnya?" Desisi Xena sembari mencoba melepaskan ikatan ditanganya.

Pria itu membuka tudung kepalanya. Mata Xena memelotot terkejut.

"Berikan aku bunga suci itu dan kau akan hidup bahagia dengan pria mu!" Katanya diiringi seringai liciknya. Sementara Xena, gadis itu tak ikut menyeringai kecil.

"Menurutmu, aku akan percaya kembali dengan omongan busukmu Yuandara? Andara sang tangan kanan Raja bodoh itu ternyata masih bersembunyi disini? Pengecut!" Ucap Xena sembari menatap remeh ke arah Yuandara yang kini mengepalkan tangannya erat erat.

***

Ada yg nungguin? Part favorit kalian?

See u next chapter guyss

-appffien

I'm Serious! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang