Welcome to my story
.
.
.
Selamat menyelami imajinasi appffien
.
.
.
"Perasaannya telah jelas, semoga semesta merestui hubungan kita"~N~
Gladys memeluk erat Rajendra yang dibalas pelukan hangat pula oleh pria itu. Rajendra menatap dingin kearah papa Gladys. Papa Gladys sedikit tersentak. Pria itu tidak akan pernah lupa dengan yang namanya Rajendra.
"Bukankah sudah menjadi kesepakatan kita bahwa kau akan melindungi ivona serta anak-anaknya?" Kata Rajendra tajam. Hendrik, papa Gladys tersenyum miris. Pria itu menatap putri kandungnya yang kini dipeluk oleh Rajendra dengan tatapan tajam.
"Jangan menatap putriku seperti itu!" Peringatan Rajendra. Rajendra tidak menyukai cara Hendrik menatap putrinya.
"Putrimu? Jadi benar bahwa perempuan itu masih berhubungan denganmu?" Ucap Hendrik yang sedikit salah paham mengenai perkataan Rajendra.
"Dia tidak serendah itu. Kau telah berjanji akan melindunginya tapi mana janjimu? Kau ingkar!" Lanjut Rajendra dengan nada tegas dan tajam.
"Bahkan mirisnya kau mengangkat anak kandungmu sendiri sebagai anak angkatmu," lanjut Rajendra sembari menatap remeh kearah Hendrik. Tubuh Hendrik menegang seketika. Pria itu menatap tajam kearah Rajendra yang disuguhi senyuman miring.
Gladys menatap ayahnya tak percaya. Maksud ayahnya apa? Apa Gendis yang dimaksud oleh sang ayah?
"Maksud ayah apa?" Lirih Gladys yang mendapat respon senyum menenangkan dari Rajendra. Rajendra lalu menyerahkan putrinya itu kepada Zein. Sedari tadi Zein hanya menyimak kejadian di depannya. Zein tidak banyak bicara sama seperti Rafandra. Walau memang dia ini adalah Rafandra.
"Saya tahu soal perselingkuhanmu dengan wanita itu, bahkan saya tahu kalau kau pernah menikahi ibu dari Gendis kan? Saya mengetahui semua kebusukanmu namun saya masih berbaik hati untuk tidak memberitahu ivona yang sebenarnya karena saya tahu bahwa ivona mencintai pria brengsek seperti mu," ucap Rajendra yang membuat Gladys menegang ditempatnya. Rahasia besar semakin terungkap. Memperlihatkan seluruh masa lalu yang ingin dikubur dalam-dalam.
Gendis mendengar semuanya dan seluruh rangkaian cerita ini semakin runyam ketika Gendis mempertanyakan hal tersebut kepada sang papa dengan linangan air mata.
"Jadi selama ini aku anak kandung papa? Aku yang selama ini bayangan Gladys adalah anak kandung papa?!" Ucap Gendis sembari menatap sang papa dengan tatapan terluka. Hendrik yang merasa terpojokan pun mengusap wajahnya kasar. Pria itu hendak meraih tangan putrinya namun Gendis menepis tangan papanya itu.
"Papa tega! Mama masuk rumah sakit jiwa karena papa! Papa orang yang jahat! Aku menyesal karena mau menuruti semua kata papa!" Pekik Gendis yang terlampau kecewa dengan sang papa. Hendrik menatap putranya. Ada guratan kecewa di balik tatapan datar mahen.
Hari ini semuanya kacau karena kedatangan Rajendra yang mengungkap kebusukan Hendrik. Rajendra tersenyum puas sembari menatap putrinya dengan tatapan lembut. Pria itu mengusap sayang kepala sang putri.
"Jangan mengatas namakan agama untuk menyiksa putrimu. Agama manapun tidak akan pernah mengajarkan untuk membenci putri kandungnya sendiri kecuali, karena egomu yang begitu tinggi itu. Kau adalah orang yang baik Hendrik tapi sayang, hatimu tumpul. Kau tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, karenamu hidup dua wanita hancur." Ucap Rajendra tajam, mengeluarkan unek-unek nya yang telah ia pendam beberapa tahun terakhir ini.
Rajendra berjalan kearah Hendrik.
"Perbaiki semuanya sebelum terlambat," kata Rajendra yang dibalas bogeman mentah oleh Hendrik. Hendrik dengan nafas tak teraturnya menatap Rajendra tajam. Sedangkan Rajendra tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Serious! [End]
FantasyAwalnya ia hanya penasaran dengan sebuah novel yang jarang diminati oleh kalangan anak muda. Kebanyakan dari mereka menilai bahwa buku yang kini ia pegang kurang menarik. Meski begitu, Gladys justru membeli novel mahal serta bersampul tak menarik it...