01. Sebuah Awal

18.5K 1.3K 32
                                    

Welcome to my story
.
.
.
Selamat menyelami imajinasi appffien
.
.
"Tidak semua senyuman berarti kebahagiaan"

...

    Disebuah kamar bernuansa hijau muda itu seorang gadis tengah menyisir rambut pendeknya. Ia menatap cermin didepannya dengan tatapan yang rumit.

Sedetik nya senyum miris menghiasi wajah manisnya.

Kemana rambut panjangnya pergi? Dia memotongnya. Alasannya cukup simpel ia hanya ingin meluapkan segala emosi yang ia pendam. Ia ingin meluapkan segala kekecewaannya dengan memotong rambut kesayangannya.

Selesai dengan masalah rambut, gadis itu keluar dari kamarnya. Bukan tatapan hangat yang tertuju padanya namun tatapan dingin serta sinis yang ia dapat. Mengapa?

Ia juga tidak tahu.

Sejak kehadiran seorang anak angkat dirumah ini, seluruh keluarganya mengabaikan dirinya. Walaupun dari awal memang ia terabaikan namun kini lebih parah lagi.

Ayahnya dan kakak laki lakinya menatap dirinya dengan sorot mata tajam meski begitu, Gladys hanya tersenyum kearah mereka.

"Bagus kan kak rambut aku?" Ujar Gladys dengan senyuman hangatnya. Mahen mengabaikannya, laki laki itu justru berjalan kearah seorang gadis berhijab yang seumuran dengan Gladys.

Gendis namanya.

"Adik kakak cuma gendis doang gak ada yang lain." Ucapan tersebut sungguh menyayat hati Gladys.

"Cukup simpel Gladys, ikut ajaran kami dan kami akan memperhatikan kamu seperti dulu lagi." Ucap sang papa tanpa mengalihkan pandangannya dari tabletnya.

"Sampai kapanpun Gladys gak akan meninggalkan kepercayaan Gladys karena- karena hanya Tuhan yang tau perasaan Gladys. Dan juga mama-"

"Jangan sebut jalang itu lagi!"

Air mata Gladys kini siap meluncur kapan saja. Ia tidak terima ketika mamanya yang kini telah dipanggil Tuhan itu disebut sebut jalang.

"Hahah! Jalang? Miris!" Ujar Gladys tentu dengan nada kecewanya. Tatapannya kini terarah kepada sang kepala keluarga itu.

"Papa jahat!"

"Saya jahat sama kamu karena kamu tidak mau menurut keinginan saya! Apa susahnya kamu berpindah keyakinan hah!"

Jika sudah menyangkut masalah keyakinan seperti ini, Gladys hanya diam saja. Bukan berarti ia membenarkan ucapan sang papa. Ia sangat menentang ucapan sang papa.

Gladys hanya diam ditempanya. Gadis itu tersenyum lalu menatap sang papa dengan tatapan sendunya. Tidak lama hanya beberapa detik saja.

"Gladys pamit kesekolah dulu pah!" Ujar gadis itu masih dengan senyumannya. Ketika ia berbalik badan, senyuman itu luntur seketika diganti dengan tangisan yang tertahan.

Begini drama setiap pagi setelah kepergian sang mama tercinta dan setelah hadirnya gadis berhijab itu.

Ia tidak menyalahkan gadis berhijab yang entah siapa namanya itu. Ia hanya menyalahkan takdir. Mengapa takdir begitu kejam padanya. Mengapa ia merasa Tuhan meninggalkannya?

Apa benar Tuhan kini meninggalkan dirinya hingga setiap kemalangan selalu terjadi dihidupnya. Ia kehilangan mamanya dan satu satunya sahabat diwaktu yang hampir bersamaan.

Ia kehilangan hidupnya.

Sahabatnya yang selalu ada disaat ia membutuhkannya kini juga pergi menghadap Sang Pencipta.

I'm Serious! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang