3

549 98 9
                                    

***

Ini adalah hari lainnya. Di pukul enam Lalisa bangun seperti biasanya. Jung Hoseok ada di sebelahnya, memeluknya namun pelukan itu bisa dengan mudah ia lepaskan. Dengan tenang gadis itu pergi ke dapur. Ia buat secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Obat tidur yang ia bubuhkan pada air minum sang pilot semalam, bisa memberinya pagi tenang yang selalu ia idamkan.

Berdiri di dapur, ia menghadap pada halaman belakang, berdiri tepat di balik dinding kacanya. Dari sana, ia bisa melihat bunga-bunga yang ditanamnya— krisan putih, yang biasanya ada di upacara pemakaman juga beberapa mawar dengan kelopak-kelopak bertumpuk membentuk sekuntum bunga besar. Dedaunan di sana basah karena embun, tanahnya pun kelihatan lembab dan Lisa menyukainya.

Bersama kopi paginya, ia berkeliling rumah itu— rumahnya. Setelah lama tinggal di basement yang dingin dan kering, kini ia tinggal di sebuah rumah mewah. Sebuah pencapaian yang luar biasa, hanya dengan menikahi seorang pria kaya raya. Seorang pria dari keluarga pilot, yang hampir seluruh leluhurnya juga pilot.

Lama gadis itu menikmati paginya yang tenang. Sampai kemudian suaminya bangun dan mengeluh kalau kepalanya sakit. Lisa hanya tersenyum, mengatakan kalau ia akan membelikan suaminya itu obat selepas sarapan nanti. Niat baik Lisa diterima, ia siapkan sarapan untuk suaminya kemudian menyiapkan juga untuk dirinya sendiri. Mereka menikmati sarapan itu bersama, layaknya sepasang suami istri normal pada umumnya.

"Malam nanti aku punya janji dengan temanku, urusan pekerjaan, aku akan pulang terlambat," kata Kapten Jung yang hanya Lisa tanggapi dengan anggukan kecil. Gadis itu menunjukan wajah tidak senangnya, sengaja untuk membuat suaminya senang. Suaminya itu selalu jadi sangat senang jika Lisa bertingkah seperti itu— bersikap seolah Lisa sangat membutuhkannya— dan jika sudah begitu, ia akan memberi Lisa uang lebih banyak.

"Kau sudah lama tidak tinggal di rumah," kata Lisa, mempermainkan perasaan pria di depannya. "Tapi baiklah, pergi lah," susulnya, yang membuat Jung Hoseok terkekeh, mengusap pipi Lisa kemudian berjanji ia akan membelikan Lisa hadiah nanti malam. Sebagai ganti waktu yang bisa mereka habiskan bersama.

Lisa mengangguk, sembari tersenyum. Rencananya berhasil pagi ini. Ia yang sebenarnya tidak peduli dengan jadwal suaminya, hanya ingin menyirami hati pria itu, membuat bunga-bunga di sana cepat mekar kemudian memetiknya. Meski disebut pengeruk emas oleh saudara-saudara suaminya, Lisa tidak peduli. Ia memang bertahan di sana untuk uang suaminya. Duduk manis, membuka kakinya sesekali, menerima beberapa pukulan sesekali kemudian menerima limpahan kekayaan.

"Hidupmu sangat menyedihkan," nilai Jennie, yang tidak pernah melihat secara kesedihan Lisa sebenarnya.

Lepas sarapan juga setelah ia selesai melayani suaminya, mereka bersiap-siap untuk pergi berbelanja. Hadiah yang Kapten Jung janjikan, ia akan memberikannya sekarang. Lisa boleh memilih sendiri hadiahnya. Namun sebelum pergi, suasana hati pria itu berubah. Ia terlihat kesal setelah melihat Lisa dengan pakaiannya. Tidak ia suka wanitanya itu memakai celana jeans pendek yang hampir memperlihatkan seluruh lekuk kaki indahnya.

Lisa menenangkannya, "jangan marah, aku akan menggantinya," katanya namun itu tidak cukup. Kapten Jung mencubit paha Lisa, dengan sangat keras hingga gadis itu menangis karenanya. Sekarang, ada luka di paha Lisa. Gadis itu tidak akan lagi bisa memakai celana seksi itu.

"Cepat ganti celanamu, aku tunggu di mobil," ketus Kapten Jung, yang membiarkan istrinya mengeluh kesakitan di lantai kamar. Lisa heran, kenapa Jung Hoseok selalu memakai seluruh tenaganya untuk melukainya? Padahal pria itu harusnya tahu kalau Lisa tidak akan membalasnya, tidak akan memberontak.

Masalah belum selesai sampai di sana. Keseharian yang harus Lisa terima sepanjang suaminya ada di rumah adalah mimpi buruk. Tiba di garasi, Lisa kembali di marahi karena membuat Kapten Jung menunggu terlalu lama. Wanita itu hanya mengobati pahanya kemudian mengganti celana pendeknya dengan celana panjang, namun Kapten Jung bersikap seolah ia sudah menunggu puluhan jam di garasi. Kali ini, untuk melampiaskan emosinya, Lisa di tendang, tepat di tulang keringnya. Lagi, gadis itu jatuh ke lantai garasi, hampir menangis namun berusaha menahan rasa sakitnya. Tidak apa-apa, ini adalah harga yang harus aku bayar untuk hari-hari tenang penuh kehormatan lainnya, saat Kapten Jung tidak di rumah.

Hanya dalam sembilan jam berdiri di sebelah suaminya, Lisa sudah punya sepuluh luka baru. Kasarnya, hampir satu jam sekali Lisa ditendang, dicubit, diremas, dijambak, ditampar juga dipukul. Semua luka itu datang tanpa alasan masuk akal. Sebagian besar alasannya karena Kapten Jung cemburu setiap kali Lisa tersenyum pada staff toko yang melayaninya.

Kapten Jung tidak menyukai istrinya tersenyum pada pria lain. Ia marah kalau Lisa tidak mendengar kata-katanya. Ia kesal kalau Lisa bicara terlalu lama dengan orang lain, meski orang itu perempuan. Ia ingin istrinya hanya bicara padanya, hanya melihatnya, hanya tersenyum padanya. Tapi tersenyum pada seseorang yang sudah menolongnya adalah sopan santun, Lisa tidak bisa memasang wajah ketusnya pada staff toko yang membantunya mengambil barang. Mereka bisa mendapat jalan tengah kalau Kapten Jung mau membantu Lisa mengambil barang di rak yang tinggi, atau sekedar memegangi tasnya sebentar. Namun tentu saja Jung Hoseok tidak sudi melakukannya.

Di mobil, dalam perjalan Lisa masih dimarahi. Gadis itu dimaki, dijambak kemudian dahinya dibenturkan ke dashboard mobil. Kali ini karena Lisa tidak bisa menghabiskan mala soup yang mereka pesan di restoran. "Aku sudah mengikuti kemauanmu! Aku sudah membelikan semua yang kau mau! Hitung berapa uang yang sudah aku habiskan untukmu! Tapi apa yang aku dapat?! Kau bahkan tidak menghargaiku!" marah Kapten Jung, sebab Lisa tidak bisa memakan mala soup super pedas dengan bibir yang sebelumnya sempat berdarah karena ia tampar.

Si kejam Kapten Jung, merasa Lisa tidak menghargainya, merasa Lisa tidak mencintainya, sebab Lisa tidak bisa menghabiskan mala soup yang mereka pesan, sebab Lisa tidak bisa menoleransi keinginannya. Orang gila itu bisa membunuh orang dengan peringainya yang mengerikan ini.

Penyiksaan itu baru berhenti di pukul tujuh malam, saat mereka berdua tiba di rumah. Tanpa turun dari mobilnya, Jung Hoseok menyuruh Lisa untuk turun. "Cepat turun dari mobilku pelacur sialan!" pria itu masih marah. Ia dorong Lisa, meski gadis itu hanya diam, menangis sembari menerima semua pukulannya. Ia buka pintu mobilnya dari dalam, kemudian mendorong Lisa agar gadis itu cepat keluar, cepat pergi dari pandangannya. Lisa yang belum siap, yang masih pening karena baru saja dipukul, lagi-lagi jatuh ke jalan. Di atas aspal kotor, di jalanan sepi, di depan rumah mereka.

Melihat itu, lagi-lagi Jung Hoseok merasa kesal. Ia tidak suka melihat Lisa yang sangat ringkih seperti itu. Ia tidak suka melihat istrinya lemah tidak berdaya begitu, namun akan jadi lebih marah lagi kalau Lisa masih berani mengangkat kepalanya. Rasanya ia ingin terus memukuli istrinya selagi wanita itu masih bisa mengangkat kepalanya. Di menit selanjutnya, mobil itu melaju pergi setelah melempar istrinya juga belanjaan mereka ke jalan. Kapten Jung adalah contoh sebenarnya dari definisi orang gila.

***

Dancing In The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang