26

380 90 7
                                    

***

Kini mereka tidak lagi bekerja di bar. Belum lama ini, di Poppy Island Jiyong membangun sebuah perusahaan baru— pabrik kosmetik. Mendapat ide dari sebuah film, pria itu bekerja sama dengan seorang pengusaha. Akan aku buat sebuah pabrik dengan namamu, akan aku produksi juga produkmu, namun apa yang terjadi di dalamnya, itu urusanku. Kau hanya perlu diam dan menerima bagianmu— kata Jiyong pada si pengusaha. Tanpa tahu apa yang sebenarnya Jiyong rencanakan, pengusaha itu setuju untuk meminjamkan nama produknya pada Jiyong.

Pria itu masih punya beberapa bar, ia masih sangat kaya meski perlu berhutang untuk membangun sebuah pabrik juga kantor kecil di Poppy Island. Saat meminjam uang ke bank, pria itu pun memakai trik yang sama dengan mengambil hati si pengusaha. Ia beri mereka obat-obatannya, membuat mereka semua kecanduan sebelum kemudian memanfaatkan uang dan kekuasaan kepala mabuk itu. Ia jerat semua yang dibutuhkannya dengan obat-obatannya. Menipu mereka semua dengan pesta whiskey juga wine. Menukar serbuk maupun butir memabukan dengan kesepakatan-kesepakatan menguntungkan.

Kini ia mengaku sudah pensiun dari gelarnya sebagai gangster. Ia adalah pengusaha dengan banyak uang, yang tidak bekerja dimana-mana selain di rumahnya. Di bar, di pabrik sampai di kantor hanya ada anak buahnya. Ia mengaku sebagai seorang investor sekarang, dengan Song Mino yang masih jadi asistennya. Pria yang menyaring semua informasi dari poin-poin lainnya di papan catur.

"Kau menyuruh seseorang untuk mengikuti Lisa?" Kwon Jiyong bertanya pada asistennya setelah ia kembali dari kantor polisi tanpa lebih dulu mengantar Lisa ke rumahnya.

Mendengar pertanyaan itu, Song Mino membeku. Ia yang sudah lebih dulu tiba di ruang kerja Jiyong, di dalam rumah utama pria itu, berdiri kaku di tempatnya, merutuki dirinya sendiri sebab perbuatannya baru saja ketahuan. "Aku hanya meminta seseorang untuk menjaganya," kata Mino, mencoba mencari-cari alasan untuk membenarkan perintahnya. "Aku khawatir dia akan dalam bahaya seperti saat di Kokaina Hill," susulnya, menambah kuat alasannya. Di dalam ruang kerja itu, bukan hanya Jiyong yang punya sebuah meja dengan berkas-berkas, Mino pun memiliki mejanya sendiri di sana. Di sudut lain ruangan itu.

"Jadi selama ini kau tahu dimana dia berada dan apa yang dia lakukan?" tanya Jiyong yang kemudian memberikan buket bunganya pada Mino. Menyuruhnya melakukan sesuatu pada bunga-bunga itu agar tidak layu.

"Kurang lebih? Aku tidak bermaksud memata-matainya, aku hanya meminta seseorang untuk menjaganya. Hanya menjaganya," tegas pria itu. "Boss, kau memberiku bunga? Untuk apa?" bingungnya karena buket mawar merah muda itu.

"Kalau begitu tarik lagi orang yang kau suruh itu. Tidak perlu menjaganya," kata Jiyong. Tidak ia beri Mino jawaban apapun mengenai bunganya, lantas melangkah meninggalkan pria itu untuk masuk ke ruangan lain. Untuk mengganti pakaiannya yang sudah tiga hari belum ia ganti.

"Kau tidak marah, Boss?" Mino bertanya, namun lawan bicaranya mengacuhkannya. Jiyong tidak menjawabnya, pria itu tetap pada langkahnya, meninggalkan Mino di dalam ruang kerjanya.

Jiyong kembali setelah beberapa menit, dan di saat itu ia lihat Song Mino meletakan buket bunganya di tempat sampah. "Ya! Apa yang kau lakukan padanya?! Aku menyuruhmu menyimpannya di vas, bukan di tempat sampah! Bodoh!" teriak Jiyong, membentak Song Mino sembari melangkah ke meja kerjanya. Ia suruh Mino mengambil lagi buket bunga yang dibuangnya, kemudian menyimpannya ke vas bunga dan meletakannya di suatu tempat.

Tentu pada akhirnya bukan Mino yang menyimpan bunga itu ke dalam vas. Seorang pelayan wanita yang akhirnya merawat bunga-bunga itu. Meletakannya di dalam vas kemudian menyimpannya di kamar tidur Jiyong, di nakas pendek, di sebelah ranjangnya. Sedang piagam penghargaan Lisa, yang masih ada di meja Jiyong, ia berikan pada Mino, menyuruh Mino menaruh piagamnya di makam Paman.

"Oh? Ini milik Lisa?" tanya Mino setelah membuka piagam tadi. "Ah... Dia ada di kantor polisi untuk ini?" gumamnya, bicara pada dirinya sendiri sebab Jiyong mengabaikannya. "Tapi Boss, sungguh aku harus menarik orang yang menjaganya? Beberapa minggu lalu dia hampir masuk rumah sakit karena berkelahi dengan preman pasar," tanya Mino sekali lagi.

"Dan dia dapat penghargaan itu karena berkelahi dengan mereka. Dia bisa menjaga dirinya sendiri. Lepaskan dia," kata Jiyong, hanya menjawab pertanyaan yang terakhir.

Meski ragu, Mino akhirnya setuju. Mau tidak mau ia harus setuju. "Jangan sampai kau mengancam akan membunuhku kalau dia terluka lagi, Boss. Aku sudah menarik orangku," katanya, beberapa menit setelah ia selesai menelepon. Lagi, Jiyong hanya menggumam untuk menjawab laporan itu.

Selanjutnya tidak ada hal spesial terjadi, sebab Jiyong sibuk dengan pekerjaan juga kecurigaan beberapa petugas polisi terhadapnya. Tanpa tahu apa yang salah dari langkahnya, kini orang-orang mengincarnya. "Kami dapat informasi kalau kau mengedarkan narkoba," kata beberapa petugas dengan jiwa keadilan mereka. Orang-orang menganggunya dengan berbagai kecurigaan.

Bahkan kemarin, alasannya ditahan adalah si pelapor. Seorang informan yang katanya pernah bekerja dengan Jiyong. Seorang yang mengaku punya banyak bukti kalau Kwon Jiyong si investor kaya raya telah memasok narkoba ke seluruh penjuru negeri. "Siapa informan itu? Kau sudah mengetahuinya?" Jiyong bertanya, meski sebenarnya ia tidak benar-benar penasaran.

"Jung Hoseok— yang menyamarkan namanya jadi Jeon Jungkook," Mino menjawab, juga melangkah mengantarkan beberapa foto pada Jiyong. Dalam berkas itu, di dapat gambar-gambar dari rekam CCTV yang memperlihatkan Jung Hoseok tengah menemui polisi yang menangkap Jiyong kemarin. Mereka bertemu di pelabuhan, di tempat yang Jung Hoseok pikir aman.

"Jadi dia ada di sini sekarang? Di Poppy Island?" tanya Jiyong dan Mino menganggukan kepalanya. Jung Hoseok ada di dekat mereka sekarang, mengawasi Jiyong juga anak buahnya dari dekat, berharap bisa menjatuhkan mereka dengan informasi yang ia miliki. "Lalu dimana dia sekarang?"

"Entahlah, mungkin bersembunyi di suatu tempat?"

"Dia ada di sekitar Lisa?"

"Aku sudah memastikannya, tapi tidak. Aku rasa dia tidak tahu Lisa ada di Poppy Island," jawab Mino, berdasarkan laporan dari pria yang ia suruh untuk menjaga Lisa. "Jung Hoseok baru tiba di sini sekitar pekan lalu, dengan perahu," susulnya, yang sudah cukup mencaritahu sejak beberapa hari lalu Jiyong menginap di kantor polisi.

Jung Hoseok menjadi batu sandungan bagi mereka sekarang. Mungkin sudah saatnya pria itu membalas dendam— setelah semua yang Jiyong lakukan padanya. Mungkin memenjarakan Jiyong adalah rencana Jung Hoseok untuk membalas dendam. Aku sudah merasakan hidup dipenjara sampai harus bercerai karenamu, kini giliranmu yang pergi ke sana— mungkin begitu rencana Hoseok. Lantas, sama seperti Hoseok yang bisa membuat rencana itu, Jiyong pun sama. Ia juga bisa membuat rencana untuk menendang batu kecil yang menghalangi jalannya.

"Pancing dia keluar," suruh Jiyong. "Setelah itu buat dia jadi pembohong. Seorang yang tidak bisa dipercaya," susulnya. Mino sempat membisu, ia putar otaknya untuk mengikuti arah pembicaraan Jiyong, lantas menaikan alisnya.

"Kita akan memanfaatkan Lisa?" tebaknya dan Jiyong menganggukan kepalanya.

"Hanya sekali dan harus langsung berhasil," tegas Jiyong, sedang Mino masih kehilangan akalnya. Mino merasa cinta Jiyong untuk Lisa tidak sebesar penilaiannya. Pria itu ternyata masih bisa memanfaatkan bayi cantiknya untuk melindungi kekayaan juga kekuasaannya. "Dan jangan sampai Lisa menyadarinya, kalau sampai tahu, dia bisa menggagalkan rencana ini," susul Jiyong, mengakhiri pembicaraan itu, lantas memulai pembicaraan lain mengenai hal lainnya, mengenai urusan lainnya, mengenai pekerjaan mereka yang lainnya.

****

Dancing In The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang