11

398 90 11
                                    

***

Lisa yang tidak tahu apapun membeku di tempatnya ketika Nayeon membuka koper metal tadi dan menunjukan sebotol obat dalam botol kaca di dalamnya. Nafasnya kini mulai terengah-engah. Sedang Nayeon kelihatan puas, terlihat senang seakan rencananya baru saja berhasil.

Lantas ia mendekat. Di mata Nayeon, Lisa hanya terkejut, kemudian penasaran bagaimana bentuk narkoba itu sebenarnya. Nayeon pikir Lisa hanya sedang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang, maka ia biarkan Lisa meraih botol obat itu. Mengangkatnya untuk dilihat lebih dekat. Ada USB di sebelah botol kaca itu, membuat Lisa yakin kalau itu adalah contoh obat baru.

Nayeon baru menjerit kaget saat Lisa membuang obat-obatan itu ke westafel dapurnya. Mereka berkelahi di sana, Lisa terus berusaha menyingkirkan obat-obatan itu, sedang Nayeon berteriak mengatainya bodoh. "Kau yang lebih dulu bodoh karena membawa itu ke sini!" seru Lisa, terus berusaha menyingkirkan pil-pil yang memabukan itu.

Karena gerakan Nayeon, obat-obatan itu jatuh ke lantai. Sebagiannya sudah masuk ke saluran air dan sebagian lainnya berceceran di lantai. Di saat itulah sekelompok pria datang. Tahu kalau keadaan akan semakin kacau, Lisa menendang Nayeon, berlari ke ruang tengah untuk mengambil USB di dalam koper itu.

Ia genggam kuat-kuat USB di tangannya sembari memutar otaknya. Kemana dan bagaimana ia harus melarikan diri saat itu. Haruskah ia menelepon Kwon Jiyong, teman lamanya? Atau membiarkan berikan saja USB-nya dan berserah?

"Kau bodoh! Kau benar-benar bodoh sialan!" bentak Lisa, pada Nayeon yang akan melarikan diri dari pintu depan belakang namun seorang pria sudah lebih dulu menunggu di sana. Rumah itu di kepung, oleh lima pria dan mungkin ada lebih banyak pria lain di luar— berjaga-jaga kalau polisi juga datang.

Nayeon melangkah mundur dengan gugup. Tentu ia takut pada pria bertato yang menatap tajam padanya. Karena Nayeon membuka pintu itu, kini si pria bertato bisa masuk dan menginjakan sepatu kotornya ke dalam rumah. Lisa ingat ia pernah melihat pria itu, meski tidak benar-benar mengenalinya.

"Siapa bosmu?" tanya Lisa sementara Nayeon sibuk mencari jalan untuk keluar. Pria tadi menoleh, berpaling dari Nayeon pada Lisa di ruang tengah. Tahu kalau perhatian pria itu baru saja teralihkan, Nayeon berlari, akan melarikan diri lewat pintu belakang sekali lagi.

Nayeon gagal. Pria tadi lebih dulu menarik kerah bajunya. Mendorongnya sampai ia berlutut di lantai dekat lemari es kemudian membuat gadis itu memohon agar diselamatkan. "Baik kalau kau tidak mau menjawabku," gumam Lisa, yang sekarang berjalan ke layar intercom di dekat pintu masuk. Ia tekan tombol kamera di sana, melihat siapa yang berdiri di balik pintunya.

Kwon Jiyong bersama asistennya dan dua pria lainnya ada di depan pintu. Kakinya seketika melemah. Ia hampir saja jatuh di tempatnya berdiri itu. Gadis itu masih berfikir, menimbang-nimbang langkahnya sendiri. Namun si pria yang berhasil masuk tadi sudah lebih dulu membukakan pintu depan untuk kelompoknya— sembari menyeret Nayeon, membuat gadis itu harus merangkak mengikutinya. Bukan ini yang Nayeon harapkan. Bukan ini yang ia rencanakan. Lisa harusnya menangis ketakutan sekarang, harusnya Lisa merengek minta diselamatkan, bukannya justru berdiri dengan wajah kaku super tegang tanpa mengatakan apapun.

Melihat Jiyong masuk ke rumahnya, dengan jaket kulit juga celana jeansnya, Lisa lantas melempar USB tadi ke atas karpet, di dekat kaki pria itu. Tidak ada yang bicara, semua orang memperhatikan satu sama lain. Seorang pesuruh mengambil USB itu, Song Mino bertukar tatap dengan Lisa yang kelihatan berantakan sedang Jiyong melihat sekeliling ruangan itu, mencoba menilai apa yang terjadi di sana. Dilihatnya koper metal itu kosong, USB yang baru saja diambil anak buahnya, juga beberapa pil yang berserakan di lantai dapur.

"Kau yang merusak barangku?" tanya Jiyong, yang sengaja berjongkok di depan Nayeon untuk melihat wajah gadis itu. "Bagaimana caramu bertanggung jawab sekarang?" susulnya.

Tentu Nayeon tidak menjawabnya. Gadis itu mengatakan kalau Lisa yang merusak segalanya. Kalau Lisa yang membuang semua pil itu, Lisa juga yang menumpahkannya ke lantai, menginjak beberapa sampai pil seharga rumah itu hancur berantakan di dapur. Sembari menangis ia salahkan Lisa, memohon agar dirinya di selamatkan.

"Kau akan melarikan diri lagi?" Jiyong kembali bertanya, kali ini pada Lisa. Pria itu menoleh, menatap Lisa kemudian menghampirinya. "Mati saja, daripada terus melarikan diri, bukan begitu? Kau juga lelah karena terus kabur, iya kan?" susulnya.

Kwon Jiyong mendorong kebelakang rambut Lisa, ia selipkan bagian yang berantakan ke belakang telinganya. Kemudian mengangkat dagunya. "Berhenti sekarang atau mati, apa pilihanmu?" tanyanya namun Lisa yang hanya diam membuat pria itu jadi semakin kesal. Ia sudah sangat kesal selama beberapa minggu terakhir ini. Batas kesabarannya sudah hampir habis.

"Singkirkan mereka," perintah Jiyong, yang akhirnya melangkah keluar karena Lisa tidak juga bicara padanya. Juga karena suara Nayeon yang memohon membuat telinganya sakit.

"Ya? Dua-duanya?" bingung Mino, sementara Jiyong hanya melangkah pergi bersama seorang pesuruhnya yang tadi memiliki USB itu.

Dua gadis itu dibawa pergi dari rumah Kapten Jung. Keduanya diikat, ditutup kepalanya dan dipaksa masuk ke bagasi mobil. Song Mino sama sekali tidak merasa bersalah saat melakukannya pada Nayeon, namun ia merasa ada yang salah ketika akan menutup bagasi untuk Lisa. "Tidak bisakah kau memohon saja padanya? Dia pasti akan memaafkanmu," kata Mino namun Lisa yang hanya diam membuat pria itu mau tidak mau menutup bagasinya.

Untuk apa memohon ampunan pria itu, kalau setelahnya ia akan dibawa ke rumah dan bertemu lagi dengan Paman— pikir Lisa. Di sana atau di rumah, di tangan Jiyong atau pun paman, ia tetap akan mati. Namun pagi ini, Lisa memilih untuk mati di tangan Jiyong. Lisa yakin, kalau pria itu tidak akan terlalu kejam, tidak akan terlalu keji padanya. Di dalam bagasi itu, Lisa sudah membayangkan bagaimana ia akan mati. Mungkin di gantung kalau Jiyong sudah berubah jadi sedikit kejam sekarang. Namun Lisa berharap pria itu akan menembaknya saja, tepat di kepala, kematian yang cepat dan tidak akan terlalu menyiksa. Lisa memutuskan untuk siap dimakamkan hari ini.

***

Dancing In The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang