32

370 87 21
                                    

***

Choi Seunghyun berada di Bellis ketika Lisa tiba-tiba meneleponnya. Ini adalah hari liburnya, dan ia terkejut ketika menerima panggilan itu. "Hari ini aku membunuh orang, banyak orang, bisakah kau datang dan menangkapku?" kata Lisa, tepat setelah Detektif Choi menjawab panggilannya. Lisa buat pria yang akan pergi berlibur keluar negeri dengan keluarganya itu merubah arah penerbangannya.

Seunghyun butuh tiga jam untuk tiba di Poppy Island dan ia perlu waktu tambahan untuk menemukan posisi Lisa sekarang. Ketika akhirnya ia sampai di sebuah rumah dengan pagar tinggi dan tiga orang penjaga, ia tunjukan kartu identitasnya. Ia beritahu kalau ia seorang polisi dan baru menerima panggilan dari rumah itu. Tentu awalnya ia tidak dipercaya, sampai salah satu dari tiga penjaga itu menelepon ke rumah utama namun tidak mendapatkan jawaban apapun. Sampai seorang penjaga kemudian mengecek masuk ke dalam dan kekacauan besar terjadi di sana.

Saat itu masih pukul sembilan pagi. Memang ada yang mencurigakan, sebab pesta yang harusnya berakhir pukul tiga dini hari tidak juga selesai. Namun siapa yang berani masuk dan mengeceknya? Tidak ada. Karenanya, sampai Lisa menelpon Seunghyun dan sampai pria itu datang, tidak ada yang tahu kejadian di dalam sana, di dalam rumah liburan milik Kwon Jiyong.

Ketika Seunghyun masuk dengan beberapa pria lainnya, penjaga rumah juga beberapa polisi lokal, dilihatnya Lisa duduk di sofa, memangku kepala seorang pria yang berbaring tepat di sebelahnya. Mengusap-usap rambut pria itu yang lembab karena darah. Di sekitarnya ada banyak pria dan wanita lainnya, sebagian memakai setelan hitam yang kotor berdarah, sebagian lainnya telanjang. Suasana di sana bak rumah jagal, dengan banyak darah dan tubuh yang tergeletak begitu saja.

"Aku yang membunuh semuanya," kata Lisa, masih sembari mengusap-usap rambut Jiyong yang juga sudah mati. Sama seperti orang lain di sana, Lisa pun berdarah, rambutnya lengket karena darah, wajah juga tubuhnya pun punya noda darah. Hanya Jiyong, satu-satunya yang bersih, Lisa membersihkan wajah pria itu dengan tissue dari meja di depannya, sembari menunggu Seunghyun datang.

"Ada dua mayat lagi di rumahku," susulnya, seolah pemandangan mengerikan itu belum cukup mengejutkan.

Saat itu juga Lisa diamankan ke kantor polisi. Dengan hati-hati ia baringkan kepala Jiyong di sofa, kemudian mengikuti Seunghyun dan polisi lainnya. Gadis itu terlihat lemas, langkahnya gontai meski sudah diapit oleh dua polisi lokal. Berkali-kali ia terus menghela nafasnya, menunjukkan kelelahan ekstrim yang hampir tidak bisa ia atasi. Kepalanya seolah kosong, tidak ada apapun, jauh berbeda dari beberapa hari sebelumnya.

Ia bersedia bekerja sama dengan penyelidikan, ia bersedia mengakui semua pembunuhan itu. Namun tidak sekalipun ia mengatakan kalau dirinya menyesal. "Selama ini aku hidup di neraka," katanya saat Seunghyun bertanya apa alasannya membunuh begitu banyak orang dalam satu malam. "Aku bisa menahannya selama bertahun-tahun, sejak aku bayi. Tapi sejak minggu lalu semuanya tidak tertahankan lagi," susulnya di dalam ruang interogasi yang dingin. Masih dengan penampilannya yang mengerikan- penuh darah meski ia tidak banyak terluka. Bahkan bagi Seunghyun itu aneh, bagaimana seorang wanita seperti Lisa bisa membunuh sebanyak itu tanpa melukai dirinya sendiri?

"Apa yang terjadi minggu lalu?"

"Mantan suamiku datang. Dia meneror rumahku sepanjang malam. Terus menekan bel rumahku, membuatku jadi kesal setiap kali mendengar bunyi bel rumah. Lalu kami bertemu di lorong, dia memukulku, lalu ditangkap polisi tapi kembali bebas setelah beberapa jam. Dia datang lagi, dia menemuiku lagi, memaksaku untuk kembali padanya, dia memukulku lagi, dia memecahkan kaca mobilku, berteriak mengatakan kalau aku harus membiarkannya mencintaiku, kalau aku harus kembali padanya."

"Lalu dimana mantan suamimu sekarang?"

"Di rumahku, kau tidak menemukannya?" tanya Lisa dan Seunghyun tercekat. Tubuh tidak teridentifikasi di rumah Lisa kemungkinan adalah Jung Hoseok, dengan wajah yang hancur dan tidak dikenali lagi. Seolah telah dipukul berkali-kali dengan benda tumpul yang keras seperti batu.

"Kau bilang ada dua mayat di sana?"

"Ya. Satunya Song Mino, dia ditikam mantan suamiku, beberapa kali. Kalau sedikit lebih kuat, aku mungkin bisa menyelamatkannya."

"Jadi mantan suamimu menikam Song Mino, kemudian kau membunuh mantan suamimu? Benar begitu?" tanya Choi Seunghyun dan Lisa menganggukan kepalanya. "Lalu apa yang terjadi di rumah liburan?" susulnya.

Sebentar gadis itu terdiam. Ia menundukkan kepalanya, mengigit bibirnya untuk menahan tangis. "Kalau kau menyelidiki hidupku, bagaimana aku lahir, bagaimana masa kecilku, bagaimana aku hidup, kau akan tahu bagaimana hubunganku dengan orang-orang itu," jawab Lisa setelah sekali lagi menghela nafasnya, mengaku kalau ia tidak ingin mengingat-ingat bagaimana hidupnya sebelumnya. Hidupnya yang teramat menyedihkan. Bahkan tanpa perlu Lisa suruh, Seunghyun dan timnya pasti sudah memulai untuk melakukan itu.

"Bagaimana kau membunuh mereka yang ada di rumah liburan? Dua puluh satu orang dan tiga diantaranya pejabat," Seunghyun akhirnya mengutarakan rasa penasarannya.

"Semalam ada pesta narkoba di sana," kata Lisa. "Pesta untuk lima orang kaya raya bersama gundik mereka. Sejak dulu aku tahu di rumah liburan itu selalu diadakan pesta narkoba kecil untuk orang-orang seperti mereka. Mereka mencampur narkoba dengan minumannya lalu berpesta sampai pagi. Aku memasukan lebih banyak narkoba ke minuman mereka, satu persatu dari mereka kemudian pingsan dan aku membunuh mereka."

"Bagaimana dengan penjaga keamanan?"

"Mereka masuk ke dalam saat aku membunuh semua orang, jadi aku menembak mereka."

"Kenapa tidak ada seorang pun yang tahu tentang penembakan itu? Penjaga di pintu gerbang tidak masuk dan mengecek suara tembakannya?"

"Mereka tidak akan mendengarnya. Rumah liburan itu seperti benteng. Kedap suara, anti peluru, mungkin tidak akan hancur meski di bom."

"Kau sangat mengenal rumah hiburan itu?"

"Ya."

"Kau pun mengenal pemiliknya?"

"Ya."

Lisa tidak mengatakan semua yang terjadi malam itu. Tidak bisa ia katakan pada Choi Seunghyun kalau Jiyong lah menembak para penjaganya. Jiyong yang menembak semua pria dengan setelan hitam itu setelah ia membiarkan Lisa menusuk dadanya. Bahkan Lisa sebelumnya tidak tahu kalau Jiyong punya pistol di balik punggungnya.

"Kenapa kau membunuh mereka semua?" Seunghyun kembali bertanya.

"Sebelum malam ini aku sudah bertanya padanya- kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau membawa lagi Jung Hoseok kepadaku? Kenapa kau membiarkan mereka hidup? Dari semua orang yang sudah kau bunuh, kenapa orang-orang itu kau biarkan hidup?- aku sudah bertanya padanya. Aku berharap ia akan bilang kalau dia melakukannya untukku, setidaknya dia bisa berbohong dan bilang kalau dia melakukan semuanya untuk membuatku lebih kuat, atau alasan-alasan konyol lainnya.

Kita bisa bertengkar selama beberapa hari dan aku akan memaafkannya. Tapi dia justru bilang kalau dia hanya memanfaatkanku. Dia bilang kalau dia melakukan semua itu untuk bisnisnya, untuk kekuasaannya. Aku muak diperlakukan seperti itu. Kenapa aku selalu dijadikan alat untuk bisnisnya? Dimanfaatkan untuk bisnisnya? Aku tidak bisa memahaminya, aku marah dan merencanakan semuanya.

Aku beli obat-obat dari apotek. Lima belas apotek berbeda karena mereka tidak bisa menjual banyak obat sekaligus padaku. Lalu aku memintanya mengundangku ke pesta itu. Dia menolak, dia tidak mau aku datang. Lalu aku menangis di depannya, aku beritahu dia bagaimana perasaanku. Aku bilang padanya kalau aku tersiksa karenanya, karena keluarganya. Aku bilang kalau seharusnya mereka tidak pernah merawatku. Harusnya mereka membiarkanku mati kedinginan di dalam kotak. Aku lebih suka mati daripada hidup di neraka seperti ini," ceritanya. Jiyong tahu apa yang Lisa rencanakan namun tetap membiarkan gadis itu melanjutkan rencananya.

Meski ia bercerita seolah telah mengatakan segalanya, namun tetap ada bagian-bagian yang tidak ia katakan. Bagian ketika Jiyong memeluknya, melindunginya dengan menembak semua penjaga yang masuk. Bagian ketika Jiyong tersenyum kemudian memintanya pergi, mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja. Bagian ketika secara tidak langsung, pria itu bersedia di salahkan atas semua pembunuhan di sana. Bagian ketika Jiyong memberitahunya dimana letak uang-uang rahasianya berada. Memintanya memakai uang itu untuk hidup bahagia di tempat yang jauh dari sana. Sampai bagian dimana Jiyong berkata kalau ia sangat menyayanginya, kemudian tewas di atas pangkuannya. Lisa merahasiakan sebagian besar kejadiannya.

***
Tamat

Dancing In The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang