12

453 90 2
                                    

***

Ketika ia membuka matanya, cahaya yang luar biasa terang menyilaukannya. Membuatnya kembali menutup matanya rapat-rapat. Ia rasakan sesuatu mengikat tangannya lantas menduga kalau dirinya berada di gudang antah berantah dan akan segera dieksekusi sekarang. Jantungnya mulai berdegup keras. Bisa ia dengar suara bising kaki-kaki yang melangkah, namun tidak ia kenali suara-suara manusia di sana. Merasa kalau dirinya akan mati, membuatnya menangis sekarang. Lisa mulai terisak, memohon untuk di selamatkan.

"Selamatkan aku, tolong... Tolong selamatkan aku," katanya, tanpa berani melihat orang-orang di sekitarnya. Suara langkah kaki itu terdengar semakin dekat, sangat dekat hingga bisa ia rasakan sebuah tangan menyentuh bahunya.

"Nyonya Jung?! Kau baik-baik saja? Nyonya?" suara itu bukan milik Jiyong. Bukan juga milik Asisten Song.

Lalu, ketika akhirnya ia buka matanya. Baru lah gadis itu sadar kalau dirinya tidak ada di gudang. Ia tidak terikat. Lisa berbaring di ranjang rumah sakit, dengan lengan yang dipasangi infus. Lalu siapa pria yang memanggilnya tadi? Pria itu adalah Kang Daesung.

Lisa memperhatikannya, begitu juga sebaliknya. Lantas pria itu menghela nafasnya. "Asisten Song bilang, ini perintah Boss," jelas Pengacara Kang.

"Kenapa?" Lisa bertanya sembari bergerak untuk duduk. Gadis itu tidak sakit, ia hanya dilarikan ke rumah sakit karena Kang Daesung perlu untuk membuat alibi.

"Saat detektif bertanya, katakan kalau Im Nayeon menculikmu. Dia datang bersama beberapa pria dan ingin melukaimu. Dia ingin memeras suamimu dan menjadikanmu sandera," katanya, membuat Lisa hanya bisa menatapnya tidak percaya.

"Dia juga masih hidup?" tanya Lisa dan Pengacara Kang menaikan bahunya. Ia tidak tahu apapun soal itu. Ia hanya dihubungi untuk mengurus masalah Lisa. "Kenapa Boss melepaskanku?" susulnya dan kali ini Pengacara Kang mendekatinya. Lisa bergerak mundur, menghindari pria itu namun Kang Daesung menahan bahunya. Pria itu berbisik.

"Kebaikan terakhir suami? Atau sudah jadi mantan suami? pada istrinya yang melarikan diri?" tanya Daesung, membuat Lisa langsung bergidik ngeri. Mereka tidak pernah menikah apalagi mendaftarkan sebuah pernikahan— yakin Lisa. Kecuali kalau candaan anak-anak dan ocehan ketika mabuk bisa dianggap serius.

Lisa kemudian terdiam. Memeluk dua kakinya sendiri di atas ranjang sembari mengeluh nyeri di pinggangnya. Ada memar di sana. Entah karena ia berkelahi dengan Nayeon atau karena Kapten Jung memukulnya dua hari lalu.

Melihat Lisa tengah berfikir kemudian dahinya mengkerut menahan sakit, Pengacara Kang kembali bicara, "ternyata kau rutin mencatat luka-lukamu. Kau berencana menuntut suamimu atas penganiayaan?" tanyanya.

"Aku hanya mengumpulkannya."

"Kenapa tidak menuntutnya dan bercerai saja? Kau sudah punya banyak bukti."

"Lalu apa yang aku dapatkan? Sedikit uang tunjangan?" balas Lisa, sembari memperhatikan sekelilingnya. Mereka ada di UGD sekarang. Baru beberapa menit setelah jam makan siang, hari belum berganti. Ia bahkan tidak disekap selama satu hari penuh.

"Kalau begitu jangan melakukannya. Asisten Song memintaku untuk membebaskan Kapten Jung," kata Pengacara Kang selanjutnya. "Dalam rencanaku, kira-kira tiga bulan lagi dia bisa bebas karena sakit. Itu pun kalau tidak ada masalah lainnya. Jadi kalau kau ingin menuntutnya dan bercerai, lakukan setelah aku membebaskannya, gagal menyelesaikan perintah Boss bisa membuat kepalamu sakit, kau tahu itu 'kan?" tuturnya, meminta Lisa bekerja sama dengan pekerjaannya. Sedang Lisa sendiri masih sibuk sekarang, sibuk menebak-nebak apa alasan Jiyong melepaskannya. Ia ragu kalau pria itu bisa melepaskannya hanya karena kasihan.

Lisa diantar pulang setelahnya. Keadaan rumahnya masih sama seperti saat ia tinggalkan. Kecuali beberapa obat yang berserakan di lantai sekarang sudah bersih. Tidak ada lagi sisa-sisa narkoba di sana namun rumahnya masih sangat berantakan.

"Ada pesan dari Boss," kata Daesung sebelum ia meninggalkan Lisa sendirian di rumahnya. Lisa menoleh untuk mendengarkannya. "Aku sudah punya anak, dua orang, laki-laki hampir satu tahun dan perempuan baru lahir beberapa bulan lalu, aku tidak membutuhkanmu lagi— begitu pesan dari Asisten Song yang katanya itu pesan dari Boss, kau benar-benar mantan istri Boss?" heran Daesung dan tentu saja Lisa tidak memberinya jawaban apapun. Gadis itu terlalu terkejut sekarang.

Setelah berpesan agar Lisa tidak melupakan cerita penculikan Nayeon tadi, Kang Daesung berpamitan untuk pergi. Kini Lisa ditinggalkan seorang diri. Mengingat pria itu membuat hatinya luar biasa nyeri. Membuatnya harus menahan sakit sendirian.

Mereka tidak pernah berkencan. Mereka tidak pernah dekat. Tuan muda punya banyak wanita di sisinya, sedang pelayannya sendirian. Sedari lahir sendirian. Namun suatu siang, Paman tiba-tiba berkata kalau Lisa harus mengandung anak keponakannya. "Lahir kan satu orang anak untuk Jiyong, setelah semua yang aku berikan untukmu, kau bisa melakukannya bukan?" pinta Paman, yang terasa seperti sebuah perintah untuk Lisa.

Saat itu Lisa jelas menolak. Ia buat ribuan alasan untuk menolak. Namun Jiyong sama sekali tidak membantunya. Pria itu tidak peduli dengan siapa yang akan ia tiduri, siapa yang akan mengandung anaknya. Pria itu tidak peduli akan punya anak atau tidak. Satu-satunya yang memenuhi kepalanya waktu itu hanya cara untuk membalas dendam ayahnya. Untuk menghabisi orang-orang yang sudah membunuh ayahnya. Saat itu hanya Lisa dan Paman yang bersitegang.

Lisa akhirnya kalah. Demi mendapatkan apa yang ia inginkan, Jiyong menerima permintaan Paman. Ia ikut membujuk Lisa. Tentu dengan jutaan kata-kata manis penuh janji. "Paman tidak akan memberiku dukungan kalau aku tidak melakukan, Lisa tolong bantu aku. Aku tidak pernah meminta bantuanmu sebelumnya, hanya kali ini, aku mohon," pintanya berulang-ulang.

Mengurung, mengikat, mengancam, memperkosa tentu akan lebih mudah bagi Jiyong. Namun pria itu tidak melakukannya. "Akan ku berikan sebuah bar untukmu, aku akan membantumu agar bisa berhenti dari pabrik. Aku bahkan bisa menikahimu kalau itu yang kau inginkan. Kalau kau tidak mencintaiku, kita bisa berpisah setelah anak yang Paman inginkan lahir. Lisa, tolong aku," ia beri Lisa banyak iming-iming.

"Aku tidak mau, aku tidak mau melahirkan seorang anak untuk hidup seperti ini," Lisa bersikeras menolak. Bahkan setelah paman mengancam akan membunuhnya. Paman benar-benar akan membunuhnya— Lisa merasa begitu— ia dikurung di kamarnya, di basement rumah paman. Tanpa diberi makan, tidak juga air. Paman pikir, kalau Lisa sudah kelaparan ia akan kehilangan akalnya. Ia akan menerima permintaannya.

Melihatnya membuat Jiyong tidak bisa mengabaikannya. Meski tidak banyak bicara, mereka berdua berteman. Jiyong menganggapnya begitu— Lisa adalah orang yang selalu menemaninya mengobati luka-lukanya, sejak kecil. Akhirnya Jiyong meminta Paman untuk berhenti. "Entah bagaimana caranya, aku akan memberikan apa yang Paman mau, seorang anak meski itu bukan dari Lisa. Secepatnya. Paman juga tidak perlu mendukungku, balas dendamku akan aku lakukan sendiri, tapi biarkan Lisa hidup, aku mohon," pria itu berlutut di depan pamannya, memohon demi seorang temannya.

Siapa sangka, hati Lisa yang sekeras batu pelan-pelan luluh karena Jiyong berlutut. Tidak langsung bersetubuh seperti percepatan adegan dalam drama, mereka perlu membangun kepercayaan lebih dulu. Keduanya dekat, cukup dekat untuk saling tersenyum dan menertawakan lelucon yang sama. Cukup dekat untuk mengusap bahu satu sama lain ketika bertemu. Cukup dekat untuk sekedar menanyakan kabar. Cukup dekat sampai akhirnya mereka berbagi selimut yang sama dan Paman mendapatkan apa yang ia inginkan. Bagi Paman, itu adalah akhir bahagia untuk mereka semua. Tapi bagi Lisa, kehamilan itu adalah awal dari keterpurukannya juga puncak dari kemarahannya.

"Harusnya sedari awal kau memberitahuku kalau kau ingin sebuah bar," kata Paman. "Kalau tahu kau mau hamil demi sebuah bar, aku pasti langsung memberikannya," susulnya, membuat Lisa merasa jadi seekor sapi perah yang hanya hidup untuk melahirkan. Jadi ia singkirkan bayi itu.

***

Dancing In The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang