***
"Tuhan, kalau kau membiarkannya hidup, aku juga akan membiarkan semua bajingan ini hidup," pinta Jiyong sama satu minggu penuh, selama Lisa berada di ruang perawatan intensif setelah semua operasinya. Setiap hari— selama Lisa tidak sadarkan diri— pria itu datang ke rumah sakit, melihat Lisa untuk lima sampai sepuluh menit di setiap waktu besuknya. Meski gadis itu tidak pernah sadarkan diri ketika ia datang.
"Tuhan, akan aku bunuh semua bajingan ini, kekasih-kekasih mereka, orangtua mereka, saudara mereka, juga anak-anak mereka kalau kau tidak menyelamatkannya," paksa pria itu, pada Tuhan yang sebelumnya tidak ia percayai, setiap kali ia lihat tubuh tidak berdaya si bayi cantik di atas ranjang rumah sakitnya.
Lantas satu pekan setelahnya, pihak rumah sakit meneleponnya, mengatakan kalau Lisa sudah siuman dengan kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia tengah berada di basement hotel sewaannya ketika mendengar kabar itu. Dengan sebaris pendulum manusia di depannya, para bajingan-bajingan yang ia gantung dengan posisi terbalik. Bajingan-bajingan itu sudah lemas, hampir tewas karenanya. Tergantung telanjang tanpa penis dengan rantai besi, siapa yang akan tahan?
"Lepaskan mereka," kata Jiyong pada seorang pesuruhnya. Ia tepati janjinya pada Tuhan, setelah mengirim Song Mino untuk pergi ke rumah sakit.
Ia perintahkan Mino yang pergi sebab kakinya terasa sangat lemas, kakinya terasa terlalu berat untuk ia seret ke rumah sakit. Rasa bersalah membuatnya tidak bisa menatap mata Lisa yang akhirnya terbuka. Janjinya pada Paman untuk melindungi Lisa, sudah ia langgar. Meski akhirnya gadis itu bangun, Jiyong merasa terlalu malu untuk menemuinya.
Beberapa jam setelahnya, Asisten Song kembali ke hotel tempat Jiyong menunggu laporannya. Pria itu tengah berbaring sendirian di sofa ketika Mino datang, menutup matanya dengan lengannya sendiri, seolah tidur namun nyatanya tidak.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Jiyong tanpa menarik lagi lengannya, tetap menutupi wajahnya.
"Dia mencarimu, Boss," lapor Mino. "Dia ingin bertemu denganmu," katanya namun Jiyong tidak menanggapinya. Tidak ada sepatah katapun yang bisa ia keluarkan sekarang. Hatinya terlalu nyeri untuk bisa bicara. "Akan butuh waktu untuknya bisa bergerak lagi, untuk sementara waktu dia tidak bisa membuat obat-"
"Lupakan obatnya," potong Jiyong. "Cari obat lain atau cari orang lain yang bisa membuat obat sialan itu. Keluarkan Lisa dari semua rencanamu," katanya, tidak lagi ingin melibatkan Lisa dalam urusannya. Tidak lagi ingin melukai gadis itu.
Jiyong merasa dirinya sangat membenci Lisa setelah apa yang gadis itu lakukan padanya. Namun rasanya, Lisa sudah membayar terlalu mahal untuk kesalahannya waktu itu. Jiyong tidak lagi ingin melibatkannya, melukainya, menyiksanya, balas dendam atau apapun istilahnya.
"Baik, Boss," Asisten Song menyetujuinya tanpa sedikit pun membantah. Nyawanya baru saja diampuni karena Lisa kembali hidup, ia tidak ingin membahayakan lagi hidupnya. "Lalu apa yang akan kau lakukan padanya sekarang?" tanyanya kemudian, menunggu perintah selanjutnya.
"Tidak ada," jawab Jiyong. "Biarkan dia menjalani hidupnya sendiri," putusnya, enggan menempatkan Lisa dalam hidupnya lagi.
"Apa perlu ada seseorang yang menjaganya dari jauh?" tawar Mino, sebab khawatir Lisa akan terluka separah itu lagi. Gadis itu tidak bisa menjaga dirinya sendiri— nilai Mino.
"Tidak," tolak Jiyong. "Lepaskan dia, biarkan dia benar-benar pergi dan tidak lagi terlibat dengan semua ini," yakin pria itu.
Jiyong terdengar sangat yakin ketika ia meminta Song Mino untuk benar-benar melepaskan Lisa. Membiarkan gadis itu hidup dengan semua yang ia miliki, dengan semua keinginannya, dengan semua kebebasannya. Namun sesekali pria itu tetap mengkhawatirkan Lisa. Namun sesekali, masih ia perhatikan Lisa dari jauh. Melihatnya dari jauh dan berpura-pura berpaling ketika Lisa menyadari keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing In The Hell
Fanfiction"...jangan melakukannya, kau akan masuk neraka!" katanya, begitu kata mereka. Kenapa aku harus takut akan masuk ke neraka? Aku sudah hidup di sana, seumur hidupku.