***
Kwon Jiyong berdiri, dan dengan satu gerakan tegas ia berhasil melepaskan tangan Kapten Jung dari bajunya. Kapten Jung terhuyung, meski tidak sampai jatuh. Lisa menjawab panggilan itu setelah beberapa detik teleponnya berdering. Begitu suara lembutnya mengudara, Jung Hoseok merebut telepon itu. Di depan tiga pria lainnya, ia bentak Lisa. Menuduh Lisa berselingkuh dengan Jiyong, menyuruh wanita itu untuk segera datang ke penjara, menjelaskan segalanya.
Lisa tidak menjawab apapun pertanyaannya, justru yang terdengar dari panggilan itu adalah suara dentuman keras— Lisa menjatuhkan handphonenya karena terkejut mendengar suara Hoseok. Selama beberapa menit, Jiyong membiarkan Jung Hoseok memaki-maki istrinya yang katanya berselingkuh.
"Apa yang kau pikirkan sampai berani berselingkuh dariku?! Kau sudah gila?! Lalisa! Jawab aku pelacur sialan! Kau tidur dengan pria lain selama aku ada di sini?! Kau sudah gila?! Ya! Pelacur sialan! Jawab pertanyaanku, bodoh!" marah Jung Hoseok setelah kepalanya dengan cepat mencerna situasi itu— Kwon Jiyong menyukai istrinya, menggoda istrinya untuk berselingkuh dengannya kemudian meminta Lisa untuk menceraikan suaminya yang sedang dipenjara— hanya itu yang dapat Jung Hoseok bayangkan.
Kali ini, sebab enggan bersusah payah, Jiyong memberi tanda agar asisten juga pengacaranya memegangi Jung Hoseok. Dengan bantuan Mino juga Daesung, Jiyong mendapatkan handphone itu dan ia ambil alih panggilannya. "Lisa, apa yang kau katakan padaku saat menemuiku kemarin? Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Jiyong dalam panggilan yang sedang berlangsung.
Lisa yang sebelumnya diam, kali ini bersuara, "bantu aku bercerai," bisiknya. Gemetar dan lemah. Ketakutan berlebihan tergambar dalam suara itu.
"Kenapa kau ingin bercerai?" Jiyong kembali bertanya, tidak peduli pada suara takut gadis di ujung panggilan.
"Karena dia memukulku," suara Lisa masih terdengar berbisik, masih terdengar ketakutan.
"Lisa! Kau sudah gila?! Aku memukulmu karena kau membuat kesalahan! Jangan bercanda! Kau tahu kalau itu bentuk- akh!"
"Berisik," sinis Jiyong setelah ia menendang wajah Jung Hoseok yang dipaksa berlutut. Kang Daesung dan Song Mino yang memegangi pria itu agar tetap berlutut, meski wajahnya baru saja di tendang sepatu boots yang keras.
Mendengar suara Jung Hoseok mengaduh kesakitan, Lisa menjatuhkan gelasnya. Jiyong dalam panggilan itu dapat mendengar suara dentuman handphone dan gelas yang jatuh dari pegangan Lisa. Ia pun dapat mendengar suara wanita lain yang masuk dalam panggilan itu. Lisa sedang berada di rumah Jennie ketika Jiyong menelepon.
"Lisa? Ada apa? Kau baik-baik saja?" tanya Jennie, yang suaranya terdengar sampai ke telinga Jiyong. "Siapa yang meneleponmu? Kenapa kau jadi sangat pucat? Astaga! Lalisa! Kau baik-baik saja?" paniknya sekali lagi, karena di detik selanjutnya suara itu menjauh, di susul dentuman langkah kaki dua orang yang terburu-buru.
"Kita tunggu dia selesai muntah sebelum melanjutkannya," kata Jiyong sembari menggelengkan kepalanya, keheranan karena Lisa masih saja muntah setiap kali gugup dan ketakutan, saat merasa hidupnya terancam.
"Kau masih mengingat kebiasaannya, Boss? Aku saja lupa," gumam Mino, yang memakai kakinya untuk menekan punggung Kapten Jung. Agar pria itu membungkuk, hampir tidak bisa bergerak.
"Justru aneh kalau kau melupakan kebiasaan menjijikan itu," acuh Jiyong yang kini bicara lagi pada teleponnya. "Lisa! Cepat kembali ke sini! Aku tidak punya waktu untuk menunggumu," protes Jiyong yang akhirnya suara gemetar Lisa kembali terdengar, disusul suara gedoran di pintu yang meminta Lisa keluar dari toilet. Suara khawatir Jennie yang meminta Lisa keluar dari kamar mandi di rumahnya.
"Halo?" bisik Lisa dengan suara gemetarnya.
Jung Hoseok kembali bereaksi, ia berteriak sekali lagi, menyuruh Lisa untuk mengakui semua situasi ini sebagai kesalah pahaman. Lisa hanya diam, gemetar di dalam kamar mandi karena suara Jung Hoseok. Sebelumnya ia bisa menerima makian juga pukulan pria itu. Sebelumnya ia bisa memaklumi suaminya yang kasar. Namun beberapa hari lalu, nyawanya terancam, membuat Lisa tidak bisa lagi menerima semua perlakuan Kapten Jung.
Jiyong mengulangi pertanyaannya setelah membuat Jung Hoseok diam dengan isyarat tangannya. Ia perintahkan dua orangnya untuk menutup mulut Hoseok. "Bagaimana dia memukulmu sampai kau ingin bercerai?" tanya Jiyong untuk kedua kalinya.
"Dia memukul mataku," bisik Lisa, yang Jiyong balas dengan sebuah gumaman pendek.
"Berapa kali?"
"Tidak tahu."
"Baiklah, akan aku kira-kira sendiri, berapa kali dia memukulmu sampai matamu jadi hitam begitu."
Jiyong menyuruh Lisa menunggu, ia letakan handphone Pengacara Kang di atas meja kemudian memberi tanda pada Mino untuk melepaskan pegangannya dari tubuh Jung Hoseok. Kapten Jung akan bicara, mengatakan alasannya memukul istrinya, tapi pukulan Jiyong sudah lebih dulu mengenai mata kirinya.
Satu kali, dua kali, tiga kali, hanya empat kali Jiyong memukul pelipis kiri Jung Hoseok, membuatnya jatuh di lantai terkapar seolah hampir mati. Di setiap pukulan itu, suaranya terdengar sampai ke telinga Lisa, membuat Lisa berteriak, meminta Jiyong untuk berhenti. Lisa pun tahu, kalau Jiyong bisa membunuh Jung Hoseok hanya dengan pukulannya.
"Matanya akan sama seperti milikmu besok, lalu apa lagi yang ia lakukan?" tanya Jiyong, setelah memukul Jung Hoseok dengan sangat kuat. "Heish, bangunkan dia. Ini baru permulaan," susulnya karena Jung Hoseok belum bangkit setelah ia pukul. Bahkan Lisa bisa menahan semua pukulannya, pria ini benar-benar payah— nilai Jiyong. Jung Hoseok tidak pernah berkelahi sungguhan, ia hanya bisa memukuli wanita, pengecut memang selalu begitu— nilai Mino, yang menggeleng karena harus membantu Jung Hoseok kembali bangun.
"Dia menampar wajahku," bisik Lisa lagi dan kali ini Jiyong menampar Jung Hoseok sampai sudut bibirnya terluka— dan satu giginya tanggal. Jiyong tidak sengaja menanggalkan gigi pria itu di tamparan terakhirnya.
"Dia menjambakku, memukul wajahku ke dinding," kata Lisa setelah Jiyong bertanya sekali lagi. Jambakan ini yang membuat telinga Lisa terluka begitu parah namun karena Jung Hoseok tidak memakai anting-anting, Jiyong memakai pisau lipat kecil yang selalu ada di sakunya.
"Jangan bergerak, aku tidak terbiasa membuat sayatan kecil," kata Jiyong, memperingatkan si pengecut Kapten Jung yang sudah tidak berdaya.
"Dia mencekik leherku, lalu mengancam akan menggorok leherku dengan pisau bedah," lanjut Lisa setelah Jiyong mengatakan kalau ia selesai dengan telinga Jung Hoseok.
"Wah... Yang satu itu bisa benar-benar membunuhnya. Apa tidak apa-apa kalau lehernya patah?" bingung Jiyong, yang kemudian mencekik leher Jung Hoseok dengan sebelah tangannya. "Aku... memakai... tangan... kiriku," lapornya terbata-bata, sebab ia harus menekan leher Jung Hoseok sekuat mungkin.
Melihat mata Jung Hoseok terbelalak, Mino menepuk lengan Jiyong, menyuruh pria itu berhenti sebelum Kapten Jung benar-benar mati. Ditariknya lagi nyawa Jung Hoseok yang hampir pergi karena dicekik. "Wah! Aku baru mulai menikmatinya sekarang, apa lagi yang dia lakukan padamu?" komentar Jiyong, yang mengerakan tubuhnya, meregangkan otot yang tegang di leher dan bahunya untuk mendapatkan gerakan dengan kekuatan sempurna.
"Dia menendangku," jawab Lisa. "Jangan membunuhnya, tolong jangan membunuhnya," bisiknya yang Jiyong jawab dengan sebuah anggukan sebelum pria itu kembali menyiksa Jung Hoseok dengan beberapa tendangan juga injakan di tubuhnya yang tidak berdaya. Meski ia sudah memohon, Jiyong tidak berhenti menendang perut, dada juga kepala Kapten Jung.
Kwon Jiyong baru selesai setelah beberapa menit. "Dia belum mati," kata Jiyong sebelum ia akhiri panggilannya. Lalu kemudian, ia bersihkan tangannya yang kotor karena darah Kapten Jung. Ia bersihkan juga pisau lipat kesayangannya dengan sobekan dari baju tahanan Jung Hoseok. "Dapatkan cap jarinya untuk bercerai kalau dia tidak bisa menandatanganinya," suruh Jiyong, kali ini pada Kang Daesung.
Pria itu masih berjongkok di tubuh lemas korbannya. Ia perhatikan wajah tidak berdaya itu, lantas berkata, "kenapa kau memukulinya?" tanyanya namun selain batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya, Hoseok tidak bisa menjawab. Jiyong pun tidak mengharapkan jawaban apapun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing In The Hell
Fanfiction"...jangan melakukannya, kau akan masuk neraka!" katanya, begitu kata mereka. Kenapa aku harus takut akan masuk ke neraka? Aku sudah hidup di sana, seumur hidupku.