***
Barang baru yang seharusnya sudah bisa dijual membuat kepala Song Mino pening. Sangat pening hingga pria itu tidak bisa berhenti mengumpat selama satu pekan terakhir. Sudah lama sejak mereka mendapatkan USB itu dan sidang putusan pembebasan Kapten Jung tinggal beberapa hari lagi. Sang Kapten akan segera dibebaskan setelah ia mengaku dirinya punya masalah kesehatan.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Mino, pada seorang pria yang ditugaskan memperbanyak barang baru itu. "Kau sudah punya USB-nya, kau juga sudah punya contoh barangnya, kenapa masih tidak bisa, berengsek?! Pakai kepalamu!" kesal pria itu sebab rasanya semua usahanya selama ini terasa sia-sia.
Dengan alasan yang selalu sama— mereka kekurangan contoh, mereka tidak bisa membuat barang itu hanya dengan "resep" rahasia yang ada di USB. Meski takarannya benar, meski bahannya sama persis, hasilnya tidak pernah sama. Sudah lebih dari dua tahun terakhir— sejak Lisa melarikan diri— kualitas barang dagangan mereka merosot. Meski tidak benar-benar berpengaruh pada pendapatan mereka— sebab Jiyong punya banyak sumber uang lainnya— tetap saja kemerosotan itu menjadi masalah yang membuat Song Mino gugup.
Ia yang bertanggung jawab atas semua obat-obatan yang mereka jual. Ia dituntut untuk mengembalikan lagi kualitas barang mereka, untuk mendapatkan kembali pelanggan-pelanggan yang kabur pada pemasok lain. Kaburnya Lisa membuat pria itu kesusahan memuaskan harapan bosnya. Bingung bagaimana caranya menemui Jiyong dan melaporkan kemandekan usahanya, Song Mino pergi menemui Lisa— pembuat obat sebelumnya. Yang sudah membuat obat-obatan memabukan selama bertahun-tahun, sejak usianya 15 tahun.
Masalah itu membawa Song Mino pada Lisa.
Apapun akan dilakukannya demi meningkatkan keuntungan bisnisnya. Hari ini adalah jadwal Lisa menemui suaminya di penjara. Dari Kang Daesung, Mino mengetahuinya dan ia temui Lisa di sana. Ia tunggu Lisa di tempat parkir dan gadis itu datang tidak lama setelahnya.Melihat Mino berdiri di tempat parkir, Lisa yang baru memarkirkan mobilnya enggan untuk keluar. Enggan untuk mematikan mesin mobilnya sampai Asisten Song menghampirinya dan mengetuk jendela mobilnya. "Buka pintunya," suruh Mino setelah jendela dibuka, namun Lisa menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada Boss di sini," katanya kemudian. "Aku datang sendiri, buka pintunya," susulnya kemudian dan kali ini Lisa mempercayainya. Ia buka kunci mobilnya, membiarkan Mino masuk dan duduk di sebelahnya. "Lama tidak bertemu, Lisa," sapa Mino setelah ia duduk kemudian menarik rem tangan mobil itu. Hanya untuk menyulitkan Lisa, kalau-kalau gadis itu akan menabrakkan mobilnya ke dinding, berencana membunuhnya.
"Apa yang kau inginkan?" ketus Lisa namun Mino tidak lekas menjawabnya.
"Apa kau tidak penasaran apa saja yang terjadi selama kau pergi?" katanya balas bertanya. "Kau mengugurkan kandunganmu, mengejutkan semua orang. Tidak hanya itu, kau bahkan menulis surat bunuh diri dan menaruhnya di tebing. Kami pikir kau benar-benar mati dan Boss disalahkan karenanya. Paman luar biasa marah dan dia melampiaskannya pada Boss. Ah! Paman sudah meninggal, dan Boss-nya sekarang Kwon Jiyong-"
"Paman sudah mati?!" potong Lisa, membuat Song Mino menatapnya sembari mengangguk.
"Ya. Serangan jantung karenamu. Setelah tahu kalau kau bunuh diri, tekanan darahnya naik. Tentu saja, pasti dia kesal, wajahnya selalu merah karena marah. Boss dipukuli karena tidak bisa menemukanmu— wanita itu tidak akan bunuh diri, dia pasti melahirkan anakmu di suatu tempat. Cepat cari dia, bawa dia dan anakmu ke sini— Paman bersikeras. Tapi tubuh seorang wanita ditemukan di tepi pantai, saat mendengarnya, jantungnya berhenti. Dia meninggal, karenamu."
Lisa membeku sekarang. Tangannya terkulai di atas pahanya. Ia bersandar lemas ke kursinya, kemudian air matanya jatuh. Ia tidak tahu alasannya menangis. Ia ragu apa jenis tangisannya sekarang. Apakah ia menangis karena sedih? Rasanya bukan. Apakah ia menangis karena senang? Rasanya pun tidak begitu. Ia tidak tahu alasannya namun air matanya terus keluar.
Asisten Song menunggu gadis itu selesai. Hanya sekitar sepuluh menit, lantas Mino oper sekotak tissue di antara mereka ke pangkuan Lisa. Ia suruh Lisa untuk berhenti menangis. "Mau aku ajak ke makamnya?" tanya Mino dan Lisa menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin bertemu Paman meski tahu pria itu sudah meninggal.
"Setelah Paman meninggal, kami berhenti mencarimu. Suasana chaos, Paman tiba-tiba mati dan Boss harus berdiri menggantikan Paman. Aku diminta mengurus obat-obatan karena Boss naik pangkat. Aku harus mengerjakan pekerjaan Boss sebelumnya tapi aku tidak punya seorang pun asisten. Bahkan peracik obatku luar biasa payah. Kita bertiga tim yang solid dulu, kau yang meracik obatnya, aku menjualnya dan Boss yang mencari bahan bakunya, tapi sekarang kalian meninggalkanku sendirian," cerita Mino sementara Lisa masih larut dalam perasaannya sendiri.
Lisa tidak peduli pada sulitnya pekerjaan Mino sekarang. Apa yang sedang dilakukannya hanya mencoba menata pikirannya, mencaritahu apa yang ia rasakan sekarang. Ia senang sebab Paman sudah pergi dan tidak akan pernah kembali, meski begitu tetap ada rasa kehilangan yang mendalam di hatinya. Seolah ia baru saja kehilangan ayahnya sendiri, seorang ayah kasar yang luar biasa jahat.
"Apa kau bahagia sekarang?" Mino bertanya kemudian. "Aku pernah membicarakanmu dengan Boss," susulnya. "Aku meminta Boss untuk tidak membunuhmu. Daripada membunuhmu lebih baik memaksamu untuk bekerja lagi. Tapi Boss justru melepaskanmu, dua kali. Dia sudah melepaskanmu dua kali. Padahal mulutmu lebih mengancam daripada Kapten Jung dan kekasihnya, tapi dia melepaskanmu dua kali," ceritanya dan baru sekaranglah Lisa tertarik. Ia tolehkan kepalanya, menatap pada Mino di sebelahnya.
"Dia melepaskanmu di bandara beberapa bulan yang lalu, sebelum Kapten Jung tertangkap. Dia juga melepaskanmu setelah membunuh Im Nayeon. Dia sangat marah karena kalian merusak sampel obat yang dibelinya. Kau pasti tahu berapa banyak yang dikorbankan untuk sampel obat itu. Berapa banyak yang mati demi obat-obatan itu."
"Bagaimana Nayeon mati? Suamiku tahu kekasihnya mati?"
"Awalnya aku berencana menggantungnya. Bunuh diri. Tapi Boss memukulinya sampai mati. Jelas sekali, dia melampiaskan emosinya ke wanita menyedihkan itu. Kapten Jung? Tentu saja dia tahu. Dia juga hampir mati karena memberikan sampelnya pada wanita itu," angguk Mino, membuat Lisa mengingat kalau beberapa bulan lalu suaminya tidak bisa dikunjungi. Pengacara Kang bilang, suaminya tidak bisa ditemui untuk memperkuat alasan pembebasannya.
"Tapi kenapa dia dibebaskan? Kalau Boss sangat marah, kenapa dia tetap bebas?"
"Kau tidak ingin suamimu bebas?" tanya Mino namun Lisa tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Jung Hoseok ada dipenjara, tentu lebih menguntungkan untuknya. Namun mengakui itu di depan Mino juga terasa memalukan untuknya. "Aku tahu masalahmu. Aku tidak datang ke sini tanpa persiapan apapun. Kalau kau takut padanya, aku bisa membantumu melarikan diri darinya. Tapi setelah itu kau harus membantuku juga. Kembalilah bekerja bersamaku," tawar Mino pada wanita yang masih bungkam.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing In The Hell
Fiksi Penggemar"...jangan melakukannya, kau akan masuk neraka!" katanya, begitu kata mereka. Kenapa aku harus takut akan masuk ke neraka? Aku sudah hidup di sana, seumur hidupku.