10

408 91 3
                                    

***

Penyelidikan sudah dilakukan selama beberapa hari. Namun tidak seorang pun menemukan Im Nayeon. Baik pihak kepolisian maupun Song Mino. Wanita itu bersembunyi, entah di belahan dunia bagian mana. Beberapa kali selama penyelidikan ini, Choi Seunghyun datang menemui Lisa. Sekedar bertanya tentang apa yang Lisa ketahui soal wanita simpanan suaminya. Meski rasanya sedikit tidak pantas, tapi Seunghyun tidak punya pilihan lain karena Im Nayeon benar-benar menghilang.

"Dia hanya pramugari yang berselingkuh dengan suamiku, informasi apa yang kau harapkan dariku, Detektif Choi?!" heran Lisa, sebab pria itu terus datang ke rumahnya hanya untuk bertanya tentang Im Nayeon. "Aku sudah memberitahumu semua yang aku tahu! Im Nayeon datang menemuiku sekitar satu minggu sebelum kau menangkap suamiku. Dia memintaku untuk menceraikan suamiku, dia juga bilang kalau dia tahu rahasia terbesar suamiku, dia bilang padaku kalau suamiku tidak akan pernah bisa meninggalkannya karena rahasia itu. Hanya itu yang aku tahu. Aku tidak tahu apa-apa tentang rahasia itu. Aku tidak tahu di mana wanita itu tinggal, di mana dia biasa tidur dengan suamiku, di mana mereka biasa berkencan, aku tidak tahu apapun!" kesalnya, yang ingin Detektif Choi berhenti menemuinya.

Lisa terus merasa gelisah setiap kali detektif itu datang. Ia takut Detektif Choi datang lalu menanyainya tentang masa lalunya, tentang alasannya pindah dari Poppy Island dan bagaimana hidupnya di Poppy Island. Wanita itu resah, khawatir orang-orang disekitarnya akan tahu jika sebelum pindah ke Bellis, gadis itu bekerja di bar, di Poppy Island. Ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya sekarang merasa jijik padanya— si gadis bar yang tidak pernah benar-benar melayani pelanggan.

Sedang di tempat lain, di salah satu distrik sepi, di pinggiran kota Bellis, Im Nayeon bersembunyi. Ia yang tidak ingin keluarganya tahu kalau dia berselingkuh dengan suami orang lain, kini terjebak dalam kubangan lumpur yang lebih menjijikkan. Bukan hanya perselingkuhannya yang ketahuan, bahkan namanya kini disebut-sebut sebagai komplotan pengedar narkoba. Label namanya jadi semakin jelek— penggoda suami orang yang juga mengedarkan narkoba.

Mungkin tidak masalah kalau Nayeon benar-benar mengedarkan narkoba. Kalau ia punya pesuruh yang membantunya mengedarkan obat-obatan itu. Yang membuatnya jadi semakin menyedihkan adalah kenyataan kalau dirinya sendirian. Ia harus bersembunyi dari Song Mino dan orang-orangnya, begitu peringah Hoseok. Dan kini keadaan memburuk, ia juga harus bersembunyi dari polisi.

Di sebuah motel kecil pinggir pantai, Nayeon bersembunyi. Meratapi nasibnya yang terperosok sangat dalam ke lubang kotoran. Tidak ia tahu apa yang harus dilakukannya sekarang. Tidak ada yang bisa ia ajak bicara sebab Hoseok pun tidak lagi bisa dihubungi. Pria itu sudah dikirim ke penjara meski sidangnya belum selesai. Satu bulan lamanya ia bersembunyi di dalam motel sampai ditetes terakhir uang tunainya.

Rasa takut juga khawatir menekan Nayeon. Dan tekanan itu jadi semakin besar setelah gagalnya ia menemui Hoseok. "Tahanan 2389 sudah menerima kunjungan hari ini, silahkan datang lagi besok," kata petugas di meja resepsionis yang terhalang dinding kaca.

"Siapa yang mengunjunginya?" tanya Nayeon, yang siang itu datang dengan identitas lainnya.

"Keluarganya," si resepsionis tidak bisa menjelaskan siapa yang datang. Ia bisa dianggap menyebarkan privasi Jung Hoseok kalau melakukannya.

Nayeon melangkah keluar dengan gontai. Ia sudah berjuang keras untuk bisa datang ke sana tanpa ketahuan. Ia sudah memotong rambutnya, mengubah penampilannya hanya untuk mengendap-endap menemui Hoseok. Lantas, di akhir langkahnya ia melihat Lisa keluar dari rumah tahanan itu. "Tunggu sebentar," katanya pada supir taksi yang mengantarnya. "Ikuti mobil itu," susulnya meminta sang supir untuk mengikuti Lisa dan mobilnya.

Kini rasa marah membuat Nayeon semakin tertekan. Bagaimana tidak? Lisa tetap terlihat cantik dan terawat meski suaminya di penjara. Gadis itu masih memakai pakaian mahalnya, membawa tas mewahnya, mengendarai mobil mewahnya juga. Kondisinya jauh berbeda dengan Nayeon yang bahkan tidak bisa membeli pakaian baru. Uang tunai yang dimilikinya, hanya cukup untuk membeli pakaian-pakaian bekas di pasar.

Nayeon ingin segera kembali pada kehidupannya yang lama. Namun rasanya itu mustahil. Kemarahan Nayeon meledak ketika dilihatnya Lisa membelokan mobilnya ke sebuah pusat perbelanjaan. "Suaminya dipenjara dan dia masih bisa pergi belanja?!" heran Nayeon, jelas kesal. Tapi karena khawatir akan bertemu polisi apalagi orang-orang suruhan Asisten Song, Nayeon meminta taksinya untuk pergi kembali ke tepian kota. Membuat gadis itu harus memakai ikat terakhir uang tunainya untuk membayar taksinya.

Sekarang Nayeon hanya punya beberapa lembar uang tunai, juga beberapa koin. Di dalam penginapannya gadis itu meratap. Menangis karena marah. Ia harus pergi dari penginapan itu besok lusa namun tidak ada lagi uang di sakunya. Harusnya ia mengambil uang lebih banyak kemarin. Harusnya ia meminta Hoseok memberinya lebih banyak uang kemarin. Atau seharusnya ia tidak menemui Hoseok dan menghabiskan uang terakhirnya untuk biaya taksi.

"Kenapa aku yang harus hidup begini?! Harusnya dia minta istrinya untuk melakukan ini!" seru Nayeon, lupa kalau ia pernah menyombong sebab Hoseok melibatkannya. Menyombong dengan bilang kalau Lisa terlalu bodoh bagi seorang pilot seperti Kapten Jung, bilang kalau gadis itu bukan apa-apa selain benalu.

Merasa amat tertekan, gadis itu lantas membuat rencana. Rencana untuk menyerah. Nayeon ingin menyerah, bukan pada polisi namun pada Asisten Song. Dipikirnya, jika menyerah pada Asisten Song ia tidak akan diseret masuk ke penjara, kalau beruntung dia pun bisa memeras uang dari mereka. Akan ia khianati Jung Hoseok, namun sebelum melakukannya, ia ingin menyeret Lisa ke dalam lingkaran setan itu.

"Wanita itu tidak boleh hidup tenang setelah semua yang terjadi padaku," pikirnya, luar biasa iri pada hidup yang Lisa miliki. Ia marah karena Hoseok membiarkan Lisa tetap hidup nyaman sementara dirinya harus jadi buronan menyedihkan seperti sekarang.

Setelah yakin dengan rencananya, gadis itu muncul di depan Lisa. Berdiri di depan rumah gadis itu setelah melempar batu ke arah CCTV di jalan dekat sana. Lisa tidak bisa menolak kehadirannya, sebab di tangan Nayeon ada selembar foto Jung Hoseok dengan pria yang tidak asing baginya. "Buka pintunya, atau aku kirim foto ini ke kantor polisi dan suamimu akan mati di penjara," ancam Nayeon lewat intercom di sebelah gerbang masuk.

Nayeon di persilahkan masuk. Tentu tidak ada sambutan apapun di sana. Dengan sebuah tas jinjing gadis itu melangkah masuk lalu duduk di ruang tengah seolah dengan begitu angkuh. Seolah dirinya punya seluruh dunia di tangannya. Yakin kalau ia akan mendapatkan kembali kebebasannya. "Apa kau tidak tahu kalau aku bisa menelepon polisi dan mengatakan kau datang ke sini?" tanya Lisa, yang mengambil posisi jauh dari dari gadis itu. Ia tidak ingin paginya di rusak oleh seorang seperti Nayeon.

"Lakukan saja," tenang Nayeon. "Lalu suamimu akan mati di kantor polisi," ancamannya. Yang sebenarnya tidak seberapa menakutkan bagi Lisa. Ia justru akan senang kalau suaminya mati di sana dan semua harta pria itu jatuh ke tangannya. "Apa kau tahu siapa orang-orang yang bekerja dengan suamimu? Tentu saja tidak, apa yang kau tahu? Kau hanya bisa memasak dan membersihkan rumah," cibirnya.

Dihina seperti itu, Lisa mengepalkan tangannya. Ia tahan emosinya agar tidak meledak di sana. Agar ia tidak jatuh ke perangkap yang mungkin sudah Nayeon buat untuknya. Lantas Nayeon membuka isi tasnya, mengeluarkan sebuah koper metal seukuran kamus bahasa Inggris dan mendorongnya ke atas meja. "Orang-orang yang bekerja dengan suamimu akan datang ke sini," kata Nayeon kemudian. "Aku yang memanggil mereka ke sini, aku tidak akan mati sendirian," susulnya. Terdengar sangat tenang.

***

Dancing In The HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang