***
"Terima kasih," Lisa tersenyum setelah Jisoo menyajikan secangkir teh untuknya. Mereka duduk di rumah wanita itu, sebuah rumah besar yang juga ditinggali oleh sebuah keluarga besar. Lisa tidak tahu siapa saja yang tinggal di sana, namun beberapa orang berbeda sudah tiga kali bolak-balik melewati ruang tamu dan pergi ke dapur. Mungkin orang-orang yang bekerja untuk sang aktor, mungkin juga keluarga semacam sepupu atau keponakan yang menumpang tinggal di sana.
Lisa datang untuk minum teh bersama seorang teman sesama relawan. Gadis itu menikmati pembicaraan mereka di sana. Ia nikmati basa-basi di antara mereka. Jisoo bekerja di restoran sebuah hotel bintang lima. Ia termasuk yang terkenal, sebab beberapa kali muncul di televisi membagikan resep makanan enaknya. Lisa berkata kalau ia mencoba resep yang Jisoo bagikan di televisi namun gagal karena tangannya tidak sengaja tersayat pisau.
Ia bilang kalau ia tersayat saat mencoba mengeluarkan tiram dari cangkangnya. Padahal kenyataannya, Lisa tersayat karena Kapten Jung melempar sebungkus paprika ke arahnya. Mungkin saat itu Lisa membuat Kapten Jung marah, saking seringnya pria itu marah, Lisa sampai tidak ingat alasannya diperlakukan begitu.
Ditengah obrolan menyenangkan itu, sebuah panggilan baru saja masuk ke handphone Lisa. Panggilan dari seorang yang tidak ia kenal. Ia sempat menolak panggilan itu. Namun panggilan itu kembali masuk dan nomor yang sama juga mengiriminya sebuah pesan. "Angkat teleponku, aku Im Nayeon," tulis si penelepon dalam pesannya.
"Kau bisa menjawabnya, kelihatannya penting," gumam Jisoo, mempersilahkan Lisa untuk menjawab panggilan yang masuk ke handphonenya.
Lisa tahu siapa Im Nayeon, Jennie sering membicarakannya— wanita yang beberapa kali terlihat mesra dengan sang pilot. Jennie menyebutnya si anak baru, seorang pramugari yang sudah dua tahun terakhir ini bekerja di maskapai mereka. Jisoo terlihat resah saat itu namun tanpa bertanya alasannya kelihatan begitu, Lisa menjawab panggilannya. Im Nayeon ingin bertemu dengannya. Lisa sempat menolak. Ia tidak ingin terlibat, ia ingin terus berpura-pura buta, ia tidak ingin tahu tentang detail perselingkuhan suaminya. Hidupnya yang nyaman bisa goyah kalau perselingkuhan itu naik ke permukaan.
"Aku akan mendatangimu jika kau sibuk," tekan Nayeon, bersikeras untuk tetap bertemu. "Kita harus bertemu," susulnya, dengan rasa percaya diri yang tergambar jelas di tiap nada bicaranya.
Lisa mengakhiri panggilan itu tanpa mengatakan apapun. Terserah apa yang akan Nayeon lakukan, Lisa tidak memberikan jawabannya. Kalau pintar, pramugari itu harusnya tahu jika Lisa mengenalinya. Jika Lisa mengetahui hubungannya dengan Kapten Jung.
"Maaf, sampai dimana kita tadi?" Lisa yang sudah mengakhiri panggilannya kembali menyimpan handphonenya di dalam tas. Kini ia menatap Jisoo, mengajak wanita itu untuk kembali berbincang, melanjutkan obrolan mereka tadi.
Jisoo menunduk, kemudian mengangkat kembali kepalanya lantas berpaling. Ketidak nyamanan terlihat jelas di wajahnya. Lisa menunggunya bicara, lantas di detik selanjutnya Jisoo meminta maaf. Wanita itu mengundang Lisa ke rumahnya sebab ia tahu apa yang sedang terjadi. "Im Nayeon adalah sepupuku," katanya, yang selanjutnya meminta maaf sebab Im Nayeon diam-diam dekat dengan Kapten Jung.
Wanita itu melihat sepupunya bersama Kapten Jung di hotel tempatnya bekerja. Di saat itu juga, Jisoo menegur Nayeon. Berfikir kalau Nayeon mungkin tidak tahu jika Jung Hoseok sudah menikah dan memberitahunya. "Aku tahu, dia menikah dengan wanita pilihan ibunya. Seorang pengasuh sewaan di rumah sakit yang tidak punya keluarga, aku tahu siapa istrinya," justru itu jawaban yang keluar dari mulut Nayeon.
Jisoo tidak bisa menerimanya. Jisoo tidak bisa melihat sepupu dekatnya melakukan kejahatan seperti itu. Maka didesaknya Nayeon. Ia minta Nayeon untuk mengakhiri hubungannya dengan Hoseok. Jawabannya sudah jelas, Nayeon menolak. Hoseok bisa mendukung karirnya di maskapai. Hoseok bisa membuatnya bahagia. Hoseok memperlakukannya dengan sangat baik hingga Nayeon tidak bisa melepaskannya begitu saja.
Selain bersedih sebab sepupunya memilih jalan itu, Jisoo pun merasa bersalah. Ia merasa bersalah pada Lisa yang selalu tersenyum bersamanya di acara amal. Ia merasa bersalah pada gadis lembut yang setiap dua hari sekali berkunjung ke rumah mertuanya, membantu mertuanya yang sudah tua serta kakak iparnya yang hamil.
"Sebagai keluarganya, aku minta maaf," kata Jisoo, tentu tanpa memberitahu Lisa penolakan sepupunya itu. "Akan aku buat mereka berhenti bertemu. Aku minta maaf atas apa yang sepupuku lakukan padamu, pada keluargamu," bujuknya, sembari meraih tangan Lisa, mengusapnya, berharap agar Lisa tidak terlalu hancur.
Hati Lisa terasa sangat nyeri sekarang. Rasa percaya diri yang Nayeon pamerkan membuat dadanya sesak. Kenapa wanita itu sangat percaya diri? Kenapa wanita itu justru terdengar sangat membanggakan posisinya? Apa Jung Hoseok memberitahu Nayeon kalau ia bisa dengan mudah mereka singkirkan? Apa Nayeon akan merebut semua yang dimilikinya sekarang?
Membayangkan dirinya ditendang keluar sebab suaminya lebih memilih wanita lain, membuat tubuh Lisa bergetar, marah dan khawatir bercampur menjadi satu dalam dadanya. Merasa posisinya terancam, di hari itu juga Lisa menemui Nayeon. Jisoo berkata kalau ia tidak perlu menemui Nayeon. Wanita itu berjanji, ia akan memastikan Nayeon berhenti menemui Hoseok.
"Lalu kalau wanita itu meninggalkan suamiku, apa semuanya akan selesai?" tanya Lisa, yang merasa kalau dirinya harus menemui Nayeon. Ia harus tahu apa yang membuat Nayeon merasa sangat percaya diri. "Tidak kan? Suamiku bisa saja marah, karena ia sangat menyukai wanita itu. Aku harus menemuinya. Aku harus tahu sejauh mana hubungan mereka," ia bersikeras, membuat Jisoo melangkah mundur. Ia biarkan Lisa pergi setelah berkali-kali meminta maaf atas kesalahan sepupunya. Mengatakan kalau dirinya luar biasa malu atas sikap sepupunya, juga berharap Lisa tidak akan membeberkan perselingkuhan itu ke publik. Jisoo tidak ingin nama suaminya disebut-sebut dalam perselingkuhan yang Nayeon lakukan. Adik ipar Lee Minho merusak rumah tangga seorang pilot— Jisoo tidak ingin ada berita seperti itu di internet. Pada akhirnya, semua orang memang akan memikirkan diri mereka sendiri.
Pada akhirnya, Lisa menemui Nayeon. Ia datang ke sebuah restoran yang Nayeon pilih. Melangkah mendekati wanita yang sudah lebih dulu duduk di salah satu mejanya, di sudut ruangan. Lantas duduk di sana dengan semua rasa percaya dirinya.
"Ternyata benar, kau cantik saat dilihat secara langsung," komentar Nayeon tepat setelah Lisa duduk.
Lisa bahkan belum mengatakan apapun.
"Tapi datang ke tempat tinggalku dan memberitahu sepupuku, bukan kah itu curang?" katanya, meniru dialog dalam drama yang ia tonton.
Lisa tertawa mendengarnya. Tawa mengejek yang kedengaran sinis. "Kalau datang ke sana disebut curang, lalu apa sebutan yang pantas untukmu? Pelacur jadi terdengar sangat sopan, bukan begitu?" susulnya tentu menyulut sebuah pertengkaran di sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing In The Hell
Fanfiction"...jangan melakukannya, kau akan masuk neraka!" katanya, begitu kata mereka. Kenapa aku harus takut akan masuk ke neraka? Aku sudah hidup di sana, seumur hidupku.