Marischa sedang berduduk santai ,diruang tamu rumah nya. Sambil bermain -main alat musik gitar hanya sekadar untuk meluangkan waktu kosong dan juga mengluapkan semua masalah yang tengah terjadi oleh nya.
Perempuan berambut panjang lurus, itu memang sangat pandai mengendalikan suasana buruk nya dengan cara bernyanyi, walaupun dia tau gavindra selalu larang dia bermain alat musik, karena suatu hal tetapi tetap saja marischa selalu membantah hal tersebut;
" Lagu apa ya" ujar marischa yang sedikit bingung,mau bernyanyi lagu apa.tanpa berlama-lama marischa langsung memutar ingatanya,
Pedihnya tanya yang tak terjawab
Mampu menjatuhkanku yang dikira tegar
Kau tepikan aku kau renggut mimpi
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimu
Lebih baik kita usai di sini
Sebelum cerita indah tergantikan pahitnya sakit hatimarischa mulai bernyanyi, perempuan itu sangat lihai dan bermain gitar ditambah suara merdu dimiliki nya itu, sukses membuat hati nya juga merasa lebih tenang.
Mengerti kapan harus berhenti
Ku kan menunggu tapi tak selamanya
Kau tepikan aku kau renggut mimpi
Yang dulu kita ukir bersama
Seolah aku tak pernah jadi bagian besar dalam hari-harimuTiba- tiba kenangan masalalu terbenak di pikiran Marischa, sehingga membuat kepala milik perempuan itu sedikit pusing.ketika banyak sekali masalalu itu teringat,
"Ada apa ini,kenapa gue jadi pusing banget" lirih marischa sembari memijat pelipis dahinya.
"kenapa Lo?" Ujar gavindra disaat melihat marischa berdiam saja sedari tadi, sebenarnya gavindra masih terlihat peduli namun karena masalah gengsi dia memilih memedam itu semua;
Mendengar suara, padangan marischa sontak mengarah ketempat itu, disaat sudah melihat gavindra, yang memandang dirinya dengan aneh, marischa cuma memberi senyuman tipis saja ,tanpa ada satu kata yang keluar.
" Aneh,gua mau keluar. Jangan kemana-mana Lo" kata gavindra, sembari mencari- cari kunci motor miliknya, disaat sudah menemukan benda tersebut, dengan cepat dia langsung berburu pergi,dan sempat juga mengebrak pintu sangat keras, sehingga membuat marischa mendengar itu sangat terkejut.
"Gue kangen, bercerita banyak. sama Lo lagi bang," Lirih marischa.
****
Malam hari yang sunyi ini, mampu membuat siapa saja yang menikmati itu , sukses menjadi tenang, namu beda hal nya dengan agler, justru untuk sekarang lelaki itu terlihat sangat khawatir memikirkan banyak hal, sehingga membuat nya hilang sadar,
banyak sekali masalah.yang dia alami, sehingga membuat nya terasa muak, dengan hal itu.
Namun tidak lama dari itu ponselnya bergetar. dan berburu dirinya segera melihat;
Decakan kasar keluar saat dia melihat isi pesan yang zevan berikan. Lagi dan lagi, apa yang mau,dia lakukan?
" Kenapa,Lo?" Kata Baraka.yang baru terbangun dari tidur,dan melihat aura gelisah terjadi pada Agler.
"Gue ,mau pergi.tapi jangan bilang sama yang lain,kalo Lo tau gue keluar" tanya Agler membuat Baraka menautkan alis.
" Kema-"
Belum bertanya. Tiba - tiba saja Agler berlari ,keluar dengan cepat.sehingga mampu membuat Baraka melihat itu,hanya bisa berdecak sebal dengan tingkah nya itu.
****
Ciiitttt!!!
Agler mengerem laju motor yang dia kendarai saat melihat Zevan yang sudah berdiri di depan rumah tua bersama motor nya.
"boleh juga ,nyali Lo"ujar zevan dengan tenang. Kedua tangannya itu dimasukkan ke dalam saku celana;
" Cepat,Gua gaada waktu lama.buat ngadepin orang seperti Lo"sentak Agler memburu.
Zevan justru tertawa melihat Agler seperti itu. Ternyata musuh bebuyutan nya ,itu masih sama saja, tidak suka bertele-tele.
BUGH!
Zevan melayangkan pukulan kencang di bagian perut milik Agler hingga tubuh laki-laki itu ambruk ke belakang membentur motor miliknya. Ringisan pelan keluar dari bibir Agler karena pukulan zevan terasa sangat menyakitkan.
" Lo udah niat banget kan, membuat nama baik gue jelek di mata semua orang?, terutama kepada marischa" kata zevan masih terlihat sebal.
" Gajelas,gaada kerjaan banget gue . ngurusin hidup Lo"
"Oke, RASAIN INI!" seru zevan lalu memberikan tendangan kuat pada sisi perut bagian kiri milik Agler. Hal tersebut sukses membuat tubuh Agler sedikit oleng.
"Sshhhh," ringis Agler merasakan nyeri pada perutnya.
Rintikan hujan pun mulai berjatuhan. Namun, hal itu tidak membuat keduanya mengurungkan niat untuk berkelahi. Rasa kesal dialami zevan belum begitu tuntas;
"masalah kemarin?,itu salah lo.lo yang sudah membuat marischa babak belur kan." Agler tertawa kecil, saat melihat ekspresi zevan yang masih terlihat santai.
Awalnya, zevan memang tidak ingin menggunakan kekerasan dalam hal masalah seperti ini. Namun, melihat Agler sendiri yang memulainya tadi. Tidak lama,Laki-laki itu terus memberikan tendangan bertubi-tubi agar Agler terjatuh tidak berdaya.
Zevan tersenyum miring ke arah laki-laki itu dengan napas yang terputus-putus beserta tubuh yang gemetar. Melihat laki-laki itu sudah tidak berdaya tentu , membuat nya bahagia. Rasa emosi yang sejak tadi dia pedam , akhirnya berhasil tuntas.
Agler merasakan penglihatannya tiba-tiba kabur seketika, tetapi dengan usaha keras lelaki itu melawan rasa pusing yang tiba-tiba. Dengan langkah yang sempoyongan, Zevan kembali meninggalkan tempat itu dengan menggunakan motornya.
"Ger! Lo ngapain disini,sadar !"
Ucapan itu masih bisa Agler dengar samar-samar tetapi ia tidak bisa membuka matanya lagi. Dan suara itu, bukan suara zevan.
Terimakasih sudah membaca ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA DIA [ END]
JugendliteraturSederhana, menceritakan kisah tentang Agler yang selalu berusaha ikhlas akan penyakit yang dideritanya. serta marischa yang ingin merasakan bahagia. Ingin tau lebih lanjut? Let's baca selengkapnya! tahap awal. tulisan masih belum ada yang dirapih...