Sederhana, menceritakan kisah tentang Agler yang selalu berusaha ikhlas akan penyakit yang dideritanya. serta marischa yang ingin merasakan bahagia.
Ingin tau lebih lanjut?
Let's baca selengkapnya!
tahap awal. tulisan masih belum ada yang dirapih...
[USAHAKAN FOLLOW SEBELUM BACA BIAR GAK KETINGGALAN]
**** Membenci orang terlalu lama, memanglah sangat menyulitkan.bahkan lebih tepatnya kita yang akan terperangkap dalam permainan itu sendiri.
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
Agler. Cowok itu berjalan menyusuri koridor besar Markas Numero,dengan pakaian keluar-luaran,beserta tas hitam yang ia gantung di bahu kanannya, bahkan sorot mata cowok itu bersirat sangat amat tajam, membuat siapapun yang berkontak mata langsung mengalihkanya . Beberapa siswa disana juga lebih memilih untuk memberi jalan kepada Agler terlebih dahulu ketimbang harus ada sesuatu hal terjadi.
akan tetapi,Langkah cowok itu berhenti tepat di depan sosok perempuan berkuncir kuda, dari luar kelas sana pun, juga banyak sekali yang terlihat sangat penasaran, apa ada hal yang akan terjadi.
bukan berniat caper atau apa, justru untuk sekarang perasaan lelaki itu terlihat sangat misteri, bahkan rasa emosi nya juga sejak tadi sudah mulai naik turun. Sangat mengerikan bila dibayangkan;
"Minggir." Ucap Agler sedikit malas,
Melihat kelakuan Agler, yang amat sangat tidak mengenakkan itu sukses membuat zergan melihatnya ingin sekali menbogem lelaki itu. Namun zergan juga harus bisa menyakinkan dirinya untuk bisa menahan emosinya. Ia tidak mau marah di depan umum seperti ini, apalagi dia juga belum ada hubungan apa- apa, sangat aneh Emang perasaannya untuk sekarang ini.
Tangan kekar lelaki tersebut.refleks mendorong badan gadis didepannya itu,bukan sengaja atau apa yang pasti untuk sekarang perasaan lelaki terlihat sangat tidak dibilang baik - baik saja.
Melihat itu. Marischa cuma bisa mengangkat alisnya satu, dia sangat bingung dengan perubahan yang dialami Agler yang cukup cepat itu. Entah karena sesuatu atau apa perasaan Marischa sungguh semakin resah. apa lelaki itu sedang dendam kepadanya.?
"Lu dendam sama gue?," sahut marischa penasaran.
Agler rasanya ingin sekali mencari samsak sekarang, ia tidak suka dengan pertanyaan marischa, mengapa dia harus menanyakan soal tentang seperti itu, kalo pun tidak ada sebab ngapain juga Agler harus bersikap acuh kepadanya.
"Nggak ada," balas Agler bohong.
"yasudah, gue minta maaf,"
See? mengapa gadis ini,kenapa terlihat sangat tiba- tiba sekali. Dari kemarin dia sangat amat tidak perduli dengan keadaan ,tapi mengapa sekarang gadis itu. Seperti ini?.
"Kesalahan lo apa?" tanya Agler, sedikit menjebak.
Marischa hanya tersenyum kecut, "gue tau lo ngambek kan. sama gue? dengan persoalan kemarin, karena gue terlalu percaya pada zevan?"
Agler tidak menyahut, ia memilih terus berjalan menuju markas,dengan tatapan marischa yang terus mengarah padanya.
"ga sopan lo!jawab dulu!," Teriak Marischa cukup menggelegar.
Agler membalikkan tubuhnya, melihat Marischa, dan perempuan itu terlihat sangat berharap ada jawaban kata yang keluar oleh pria itu," jangan berisik,ini bukan kebun binatang tempat tinggal kamu."
****
"Lo kayaknya, nggak enak badan deh. ger,sini gue anter pulang," kata Areksa resah.disaat melihat kondisi Agler yang sudah sangat lemas, tertidur di paha-nya.
"Loh. bos Lo sakit,?" Aldres meletakkan tangannya di dahi lelaki ber-almet OSIS Kebanggan nya. "Astaghfirullah, lo kayaknya demam deh, ger.
" Sini biar Gue yang anter lo pulang bos,"ujar Varrel mulai ikutan panik. Ia membereskan barang bawaan Agler, dan segera mencari-cari kunci motor miliknya.
Tidak berniat berdiri. Agler justru lebih memilih tiduran di atas sofa sembari memainkan handphone miliknya,tanpa ada beban sama sekali di dirinya.
melihat kelakuan Agler yang biasa seperti itu,sukses membuat tangan Areksa bergerak menyambar handphone Agler.melempar kearah Varrel.
"huh,panik gue bang" ucap Varrel terlihat sangat terkejut.
Mereka semua sama sekali tidak tahu apa yang sudah terjadi oleh ketua mereka. Bahkan akhir-akhir ini lelaki itu sering sekali bersikap sangat aneh terhadap semua orang Tampa ada kejelasan, rasanya seperti ada masalah yang telah di pendam oleh lelaki itu.
"Lo ada masalah apasih?" tanya Areksa.
"Nggak ada," balas Agler. Berusaha menghindar perkataan yang akan berdampak dengan dirinya.
Areksa menggigit bibir bawahnya. Ia tidak sanggup ingin mengajar ketuanya itu sekarang, mengapa pria itu pandai sekali berbohong dengan keadaan seperti ini.
Lalu tanpa mengatakan apa-apa, Agler dengan ringannya berjalan kearah pintu keluar. meninggalkan teman- temannya yang masih setia memperhatikan. tentu membuat mereka sangat bingung di buatnya,
"gue pulang, gue capek," kata Agler. sembari membalikkan badan menghadap mereka,
Setelah melihat keberadaan Agler yang sudah benar-benar tidak bisa di jangkau oleh penglihatan mereka, seketika kumpulan lelaki tersebut hanya bisa memilih diam membis. sembari memikirkan banyak sekali hal yang ada di benak mereka. Sungguh mereka sama sekali tidak mengetahui akar masalah yang telah terjadi akhir- akhir ini kepada ketua mereka itu.
Nyatanya, mau sedekat apapun pertemanan, pada akhirnya mereka tidak akan pernah mengetahui masalah berat yang sedang di alami oleh diri kita, selain dirisendiri yang menghadapinya.