"Sial!" Patra mengumpat saat menarik pelatuk, tapi pelurunya telah habis. Padahal sangat ingin menembak kepala Kalandra yang terbujur lemah di hadapannya dengan darah yang mengalir deras dari lengan dan pundaknya.
Nora yang melihat itu kembali berdiri dan mendorong Patra.
"Nora?!" Patra terkejut menatap Nora yang memukulnya bertubi-tubi dan sekali lagi mendorongnya hingga ia mundur beberapa langkah.
"Bajingan!! Lebih baik kamu mati saja!!" jerit Nora diliputi amarah. Kemudian Nora kembali mendekati Kalandra, air matanya tak hentinya jatuh, mengalir begitu deras. Nora berteriak meminta tolong, berharap ada orang datang menolong mereka dan kembali menahan laju darah yang keluar dari pundak dan lengan Kalandra yang wajahnya telah memucat.
Saat mata Kalandra mulai terpejam dan nafas pria itu mulai putus-putus membuat Nora menangis menjerit, bahkan berusaha menopang tubuh Kalandra. Ingin sendiri membawa Kalandra pergi dari sana.
Sementara itu Patra diam melihat Nora yang menangis pilu seraya sekuat tenaga mengangkat badan Kalandra yang telah tak sadarkan diri. Meski wanita itu tidak bisa, tapi tetap memaksakan diri.
Tangannya yang memegang pistol tersebut melemas.
"Kamu beneran gak cinta sama aku, Ra," ujarnya lirih.
Nora yang tak bisa mengangkat tubuh Kalandra, duduk bersimpuh. "Aku mohon Bang Patra, tolongin Mas Kala. Aku mohon." Nora memohon tak lagi memikirkan jika pria tersebut orang yang jahat.
Patra hanya diam, menatap Nora dan Kalandra secara bergantian. Dadanya terasa sesak, ia menggeleng pelan berusaha tidak percaya dengan apa yang ia lihat kemudian ia tertawa lirih. Matanya mulai memanas.
"Gak, gak. Kamu cinta sama aku kan, Nora?!" bentaknya.
"Bang Patra aku mohon, bantu aku. Tolongin Mas Kala!" Nora masih saja memohon.
"Nora!!"
"Aku mohon, aku mohon." Tangisan Nora semakin pecah.
Nafas Patra tersengal karena segala emosi yang ia rasakan. Marah, sedih, patah hati dan kecewa.
Langkahnya mundur hingga mencapai sofa yang ada di dekat jendela.
"Bang Patra ..." Nora masih saja memohon padanya agar ia menolong Kalandra.
Patra naik ke atas sofa, menatap lurus Nora.
Mata Nora membulat saat Patra melangkahkan kaki keluar dari jendela yang terbuka tersebut. Suaranya tercekat. Meski pandangannya memburam karena air mata, Nora masih bisa melihat Patra yang hilang dari pandangannya.
"Bang Patra!!"
Nora terbangun, nafasnya tersengal dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya padahal pendingin kamarnya menyala. Bibirnya bergetar ketakutan dan merasa cemas. Ia menekuk kedua kakinya dan memeluk dirinya sendiri di tengah gelapnya malamnya.
Meski sudah sepuluh bulan berlalu, tapi tetap saja ia masih dihantui mimpi buruk tersebut. Membuatnya berpikir untuk tak ingin tidur.
Nora mulai menangis. Mulai menyalahkan dirinya sendiri. Merasa sangat bersalah atas kematian Patra. Harusnya saat itu ia mencegah pria itu, harusnya...
Semua ini karena dirinya.
Ditambah dengan yang terjadi pada Kalandra yang kondisinya kritis saat itu karena kehilangan banyak darah.
Kalandra yang gegabah pergi sendirian menemuinya setelah mengetahui keberadaan Nora.
Untungnya Kalea yang juga ada di sana, juga mengetahui keberadaan Nora. Memberitahu Orion hingga mereka bersama-sama menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Loves Me
ChickLit|Sequel I Hate Men| I Hate Men.... But when he loves me, I feel peace and happiness... -Annora Shabira Satrio ▪︎Oct, Copyright ©2022 NanasManis