Nafasnya keduanya memburu, mereka saling tatap. Kalandra dengan pandangan tajam, sementara Nora dengan pandangan sayu. Bulir-bulir keringat menghiasi wajah mereka meski pendingin kamar menyala. Kalandra menyanggah tubuhnya dengan kedua sikut, kedua tangannya menyugar rambut Nora, beberapa kali mengusap kepala Nora dengan lembut.
Menundukkan wajahnya, mengecup pipi Nora secara bergantian, kemudian naik memgecup kening Nora.
Kalandra kembali menatap Nora, mengamati ekspresi Nora yang kurang nyaman.
"Berhenti sampai di sini aja?" tanya Kalandra. Saat hendak menarik dirinya, tapi ia merasakan cengkeraman di bokongnya, menahannya agar tetap berada di dalam diri Nora. Tanpa bisa menahan, ia mengerang. Nafasnya semakin memburu.
Kalandra menangkup wajah Nora. "Kamu serius?"
Nora mengangguk.
Kalandra pun mulai bergerak, sangat pelan. Tatapannya tak putus mengamati Nora. Ekspresinya berubah-ubah, desahan halus keluar dari bibir Nora.
Kalandra sendiri sesekali mengerang, merasakan jepitan. Berusaha mungkin menahan dirinya agar tak bergerak cepat. Tetap dalam tempo pelan. Ia menunduk, mengecup rahang Nora, naik hingga ke telinga kanan Nora.
Nora memeluk erat punggung Kalandra. Tak bisa menahan diri untuk tak mendesah. Nora mengeluarkan suaranya. Tangannya naik untuk meremas rambut Kalandra, mengecup pipi Kalandra. Berdesis pelan, rasa sakit dan nikmat yang ia rasakan, tapi Nora menyukainya. Apalagi saat melihat ekspresi penuh kenikmatan Kalandra. Meski tatapan Kalandra sangat tajam dan terkesan serius, tapi Nora menangkap ekspresi nikmat suaminya itu.
"Gerak cepat, Mas," bisik Nora halus di telinga Kalandra.
Kalandra menegakkan kepala, menempelkan kening mereka. Mulai bergerak cepat. Keduanya bertatapan. Mulut mereka tak sepenuhnya rapat, mengeluarkan suara-suara yang menambahkan kesan erotis.
Nora kembali memeuk pinggang Kalandra. Kali ini dengan erat. Kedua tungkainya memeluk erat pinggang Kalandra sehingga penyatuan mereka semakin dalam.
"Fuck!" Tanpa bisa menahan diri, Kalandra menggeram keras. Bukan karena marah, tapi karena tak bisa menahan rasa nikmat yang ia rasakan saat dijepit dan seakan diremas. Merasakan penyempitan di dalam sana saat Nora keluar. Ia menunduk, menaruh wajahnya di ceruk leher Nora. Bergerak semakin cepat membuatnya bisa mendengar suara desahan Nora yang semakin keras. Kalandra terus menggeram, memeluk erat Nora. Hingga seluruh tubuhnya menegang, ia bergetar pelan dan setelahnya mengeluarkan apa yang ia tahan sedari tadi.
Nora merasakan rasa hangat yang mengaliri di dalamnya, nafasnya tersengal-sengal. Matanya menatap lurus langit-langit kamar. Tangannya masih meremas rambut Kalandra.
Kepala Kalandra mendongak, mereka kembali bertatapan. "How do you feel?" ujar Kalandra seraya mengatur nafasnya, ia menunduk untuk mengecup pipi Nora secara bergantian, kemudian mempertemukan bibir mereka. Keduanya saling melumat, lalu melepaskannya.
Kalandra menyeka keringat yang menghiasi wajah Nora.
"It was amazing," ujar Nora pelan. Kalandra menangkup wajah Nora, mengusap dengan lembut pipi Nora. Kemudian mengusap bibir bawah Nora. Ia tersenyum, yang dibalas Nora. Merasa lega karena mendapati Nora baik-baik saja.
Kalandra menempelkan kening mereka. Memejamkan matanya, masih mengatur nafasnya agar tenang.
"Perasaan Mas sendiri gimana?" tanya Nora dengan berbisik, masih senantiasa membelai lembut rambut Kalandra.
"Lega ... aku gak bisa berkata-kata." Terdengar suara tawa Nora membuat Kalandra mengulum senyum. Masih dengan memejamkan mata, menghirup aroma tubuh Nora dan merasakan aroma tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Loves Me
ChickLit|Sequel I Hate Men| I Hate Men.... But when he loves me, I feel peace and happiness... -Annora Shabira Satrio ▪︎Oct, Copyright ©2022 NanasManis