18 | BELUM SIAP

6.3K 663 36
                                    

Nora melenguh pelan, kemudian membuka matanya. Keadaan kamar masih gelap, Nora pikir sudah pagi karena ia baru tidur menjelang pagi. Karena Nora tak bisa tidur akibat anxiety-nya kambuh. Tak terlalu banyak bergerak karena tak ingin membangunkan Kalandra.

Kalandra....

Di mana pria yang telah menjadi suaminya itu?

Nora menengok ke belakang karena posisinya saat ini sedang miring. Ia tak menemukan Kalandra.

Kening Nora mengernyit saat menyadari, ia tak berada di kamarnya. Segera ia duduk.

Mata Nora membulat saat melihat sosok itu menjatuhkan diri ke jendela. Nafasnya tercekat begitupun suaranya, dengan air mata yang mengalir deras.

"Ra, Nora. Hei, bangun!"

Kedua mata Nora terbuka, nafasnya tersengal. Tatapannya langsung tertuju pada Kalandra yang menatapnya cemas.

Kalandra menariknya untuk duduk. "Kamu kenapa? Mimpi buruk?" Nora tak menjawab, masih diam untuk mengatur nafasnya.

Kalandra berdiri sejenak untuk mengambil air yang tersedia di atas meja. Kemudian memberikannya pada Nora.

Saat Nora meneguk air, Kalandra menyampirkan rambut Nora ke belakang. Mengusap pipi Nora yang basah akibat air matamya.

Nora menyerahkan gelas yang telah kosong, ia pun menaruhnya di meja nakas.

"Kamu mimpi buruk?" tanya Kalandra seraya mengusap kepala Nora.

Nora menekuk kedua kakinya hingga ke dada, lalu memeluknya. Matanya melirik ke arah kiri lalu menundukkan kepalanya.

Kalandra diam sejenak mengamati Nora. Kemudian berujar, "Sekarang kita suami istri, Ra. Apapun yang kamu rasakan. Apapun yang kamu alami, kasih tau aku. Aku sudah berjanji sama orang tua kamu, aku bakal jagain kamu."

Nora mengangkat pandangannya. Matanya memerah dan berkaca-kaca. Dengan bibir bergetar, ia mulai bicara. "A-aku mimpi buruk. A-aku .... seharusnya a-aku cegah dia biar gak lompat dari jendela." Nora menggeleng pelan. "Ma-maaf, harusnya aku gak kayak gini. Maaf Mas." Yang Nora maksud karena amxiety-nya kambuh, padahal baru saja mereka menikah. Harusnya sekarang mereka tertawa bersama. Merasakan kebahagiaan pasca menikah.

Kalandra menggeser duduknya lebih dekat ke arah Nora. Dengan lembut melepaskan pelukan tangan Nora, meluruskan kedua kaki Nora kemudian membawa Nora masuk ke dalam pelukannya.

Kalandra hanya memeluk Nora, tanpa bicara lagi. Tak lupa memberikan usapan lembut di lengan Nora.

"Maafin aku Mas." Suara Nora berubah parau.

"Kamu gak usah minta maaf. Kamu gak salah." Kalandra menarik diri kemudian menangkup wajah Nora. Ibu jarinya mengusap lembut pipi Nora. "Kamu mimpiin Patra?"

Nora mengangguk pelan.

"Aku tau sulit untuk kamu. Tapi, kamu harus tau. Itu bukan salah kamu." Kalandra mengunci tatapan Nora. "Sama halnya rasa bersalah kamu ke aku waktu itu. Kamu ngerasa bersalah karena aku terluka waktu itu, tapi sekarang udah enggak, kan? Kamu gak lagi merasa bersalah?" Nora mengangguk pelan.

"Jadi, kenapa kamu gak bisa berhenti ngerasa bersalah atas kematian Patra? Itu bukan salah kamu Nora. Itu pilihan Patra sendiri. Kamu sama sekali gak salah."

Nora menangis tergugu, ia memeluk Kalandra.

Kalandra pun balas memeluk Nora. Berusaha menenangkan Nora. "Kamu gak sendirian sekarang, ada aku. Mulai sekarang, aku ada di sisi kamu."

Hingga Nora kembali tidur. Kalandra menarik selimut untuk menutupi badan Nora. Menunduk untuk mengecup kening Nora.

Suara ketukan pintu membuat Kalandra segera beranjak untuk membuka pintu dan nampaklah Papi yang seperti biasa dengan tatapan galaknya.

When He Loves MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang