Kalandra masuk ke kamar Nora yang pencahayaannya temaram. Melihat Nora yang terbaring di atas ranjang. Mendekat pada istrinya tersebut. Kalandra menghela nafas pelan. Lalu memutuskan untuk membersihkan dirinya lebih dulu dan mengganti pakaian.
Saat keluar dari kamar Nora. Ia menemukan Nora telah bangun dan duduk di tepi ranjang. Nora tersenyum tipis menatapnya.
Ia pun menghampiri Nora. Menekuk satu kakinya di hadapan Nora. Meraih tangan Nora dan menempelkannya pada pipinya. Ibu jarinya mengusap dengan lembut punggung tangan Nora. Tatapannya tak pusut dari Nora, sedikit mendongakkan kepalanya.
"Are you okay?" tanya Kalandra, ekspresinya tak luput dari kekhawatiran.
Nora mengangguk pelan dan tersenyum, tapi tetap saja Kalandra belum bisa berhenti cemas. "Kata Papi kamu abis nangis. Kenapa?"
"Aku gak pa-pa kok, Mas."
Kalandra mendesah pelan, ia memindahkan tangan Nora dari pipinya. Menggenggamnya dengan erat kemudian mengecupnya dengan sayang.
"Terus kenapa gak ngasih tau kalau mau nginep di sini?"
"Maaf Mas," Nora meringis pelan. "Dari tadi pagi aku ngerasa kayak masuk angin. Abis itu sampai di sini dan pilih lukisan yang mau aku bawa, tiba-tiba aku ngerasa pusing dan pengen muntah."
Nora berhenti bicara saat Kalandra berdiri dan menarik tangannya agar ia juga berdiri, tapi Nora tetap duduk. Mengernyit menatap suaminya itu. "Mas mau ke mana?"
"Kamu periksa ke dokter atau panggil dokter aja ke sini." Kalandra mulai mengecek badan Nora, memeriksa suhu badannya yang terasa dingin karena pendingin kamar tersebut.
Saat hendak meraih ponselnya, tangannya ditahan, ia kembali menatap Nora dengan pandangan bingung. Apalagi saat Nora mengarahkan tangannya ke perut.
"Perutmu sakit?"
Nora mengulum bibir menahan senyuman melihat Kalandra yang terlihat begitu cemas ditambah kebingungan.
"Enggak."
"Terus?"
"Mas bakal jadi Ayah," ujar Nora lirih, entah kenapa ingin menangis. Tentu bukan tangisan kesedihan, tapi rasa haru dan bahagia menyelimuti perasaannya saat ini. Kedua matanya bahkan mulai berkaca-kaca dengan senyuman yang tak mampu ia tahan lagi.
Setelah menangis karena mengingat mengingat Patra, Mami memergoki dirinya dan menenangkannya. Nora kembali merasa mual dengan kepala yang terasa pusing. Mami pun membantunya ke kamar mandi. Tapi, ia tak kunjung muntah. Hanya merasa mual saja.
Akhirnya Mami membawanya keluar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Mami mengatakan padanya tentang dugaan Mami.
Perasaan bahagia langsung Nora rasakan saat Mami menduga jika ia tengah mengandung. Bukan karena masuk angin hingga ia mengalami mual dan merasa badannya lemas. Memang masih berupa dugaan, tapi mampu membuat Nora senang bukan main.
Sementara di hadapannya sekarang, ekspresi Kalandra tak jauh berbeda darinya. Suaminya itu tersenyum, wajahnya memancarkan kebahagiaan.
"Kamu serius?" Menatap wajahnya dan perutnya secara bergantian, kini tangan Kalandra yang berada di perutnya diusap dengan lembut.
Kemudian Nora meringis pelan. "Sebenarnya cuma dugaan aja sih, Mas. Aku belum cek."
"Kita cek sekarang!" Kalandra menegakkan punggungnya berhenti mengusap perut Nora. Mondar-mandir entah menacari apa. Membuat Nora bingung.
"Mau mau ngapain?"
"Kunci mobilku mana?"
"Tuh, Mas udah pegang." Nora menunjuk tangan kiri Kalandra yang memegang kunci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Loves Me
ChickLit|Sequel I Hate Men| I Hate Men.... But when he loves me, I feel peace and happiness... -Annora Shabira Satrio ▪︎Oct, Copyright ©2022 NanasManis