08 | PAPI

6K 779 49
                                    

Iyo bersiul seraya menyusun bidak catur di atas papan. Saat ini ia berada di rumah Aurora. Seperti biasa akan mengajak Ardan bermain catur dengannya.

Tapi, di mana menantunya itu?

Berkacak pinggang. Ia memanggil cucunya yang tak berada jauh darinya yang berada di sebuah taman di samping rumah tersebut. Sementara ia berada di teras yang memang menjadi tempat favoritnya jika berada rumah ini.

"Alula!"

Alula berhenti dari aktivitasnya. Gadis yang mengenakan pakaian berkebun lengkap dengan topinya pun segera menghampiri Kakeknya.

"Iya Kakek?"

"Ayahmu mana?"

Kening Alula mengkerut kemudian menggeleng. "Gak tau. Kenapa Kakek nyawi Ayah?"

"Buat nemenin Kakek main catur."

Alula manggut-manggut. Ia menyeka keringat di keningnya. Lalu mengingat sesuatu.

Iyo yang hendak masuk ke dalam, diurungkan saat Alula menghalangi jalannya. "Kenapa?" tanya Iyo pada cucunya itu. Melihat gerak gerik Alula yang tersenyum-senyum dengan mata memelas. Sudah bisa menebak jika Alula menginginkan sesuatu.

"Kakek. .... Lula mau pelihara kantong semar, boleh?" Alula kini menggerakkan tangan Kakeknya.

Kening Iyo mengkerut. "Itu ... tumbuhan yang makan serangga, kan?"

Alula mengangguk semangat.

"Bukannya itu tumbuhan yang dilindungi? Gak bisa dipelihara, Nak."

Tubuh Alula merosot. "Emang Kakek gak bisa uwus suwat izinnya, ya? Kakek kan punya banyak uang. Kata Ayah, Lula mintanya ke Kakek aja."

"Dasar Ayah kamu itu!" gerutu Iyo pelan. Lalu kembali menatap lembut cucu perempuannya satu-satu itu. "Yang lain aja, ya?"

Alula kembali berpikir. Lalu sumringah. "Lula mau pelihawa singa putih!" Iyo menganga. "Lucu loh Kakek. Lula lihat di youtube. Anak singa putih tuh kayak boneka. Imut-imut menggemaskan. Boleh, ya? Boleh, ya?"

Iyo mengurut pelipisnya. Kepalanya tiba-tiba pusing.

Kenapa cucunya ini memiliki keinginan yang tak pernah biasa?

Dulu waktu kecil menginginkan alpaka. Setelah dibelikan, rasa antusias Alula hanya sebentar. Alpaka itu pun dilupakan. Kemudian berganti dengan seekor domba yang berakhir mati karena dinaiki Alula dan Archer.

Tidak hanya itu, Alula bahkan meminta ingin memelihara kuda laut, bahkan sampai ingin memelihara putri duyung.

"Bukannya Alula mau fokus ke taman Alula aja?" Karena sang Nenek memiliki taman yang cantik, makanya Alula juga ingin memilikinya. "Tamannya Lula cantik lho. Nanti kalau Lula pelihara anak singa, tamannya terlupakan. Gak ada deh yang ngurusin."

"Kan ada Mbak, Kakek."

Iyo menggaruk kepalanya frustasi.

"Gak boleh, Nak. Bahaya. Emang anak singa lucu, tapi kalau udah gede, gak ada lucu-lucunya lagi. Lagian kamu gak takut apa kalau singa makan kamu?" Iyo menakut-nakuti.

"Gitu ya, Kek?"

Iyo mengangguk cepat. Ia menepuk pelan puncak kepala Alula. "Tanaman apa yang kamu mau, Kakek bakal beliin, tapi jangan yang aneh-aneh. Oke?"

"Lula pikiw-pikiw dulu deh, Kek." Alula pun kembali berkutat dengan tamannya.

Iyo hendak masuk, tapi diurungkan saat melihat Ardan. "Ardan! Sini kamu!"

Ardan menghampirinya. Melihat ada papan catur di atas meja membuat Ardan meringis. Sudah pasti mertuanya itu memanggilnya untuk bermain catur bersama.

"Papi mau main catur, ya?"

When He Loves MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang