Ponsel Kalandra berdering dengan suara khusus menandakan Nora yang menghubungi. Meski baru tidur jam tiga pagi, yang berarti baru tiga jam lamanya ia tidur, ia tetap menjawab panggilan tersebut dengan mata yang masih terpejam karena terlalu berat untuk terbuka.
"Kenapa Sayang?" Suaranya berat, khas orang baru bangun tidur.
"Aku ada di depan pagar."
"Hah?!" Kalandra langsung beringsut bangun, matanya terbuka sempurna. Sekali lagi mengecek jam, pukul enam lewat satu menit.
Segera ia bangun, bahkan berlari turun ke bawah. Membuka pintu pagar dan menemukan Nora yang tersenyum lebar. "Good morning, Mas."
Nora meringis pelan melihat Kalandra yang hanya mengenakan celana pendek, bahkan tak mengenakan sandal. Cuaca saat ini mendung membuat suasana di sekitar dingin dan matahari yang belum menampakkan diri.
"Maaf ya Mas, aku bangunin kamu." Mereka telah masuk ke dalam rumah.
"Enggak pa-pa. Kenapa kamu pagi-pagi ke sini?"
Nora kembali tersenyum. "Happy birthday." Lalu memeluk Kalandra. Pria itu masih diam. Ia mendongak menatap Kalandra. Kemudian tertawa pelan. "Kayaknya kamu masih ngantuk, ya? Ya udah. Kamu tidur lagi," lanjut Nora.
"Kamu mau pulang?" tanya Kalandra tak rela membuat Nora tersenyum geli.
"Gak kok. Tiga puluh sembilan jam, aku bakal ada di dekat Mas."
Kalandra masih mengerjap tak mengerti.
"Sana, Mas Kala tidur lagi. Aku gak bakal pulang kok." Nora mendorong pelan punggung Kalandra.
Kalandra menangkap tangan Nora dan menggenggamnya erat. "Temenin aku tidur."
Nora pun menemani Kalandra tidur. Pria itu memeluk dirinya, seakan ia bantal guling. Dengan senyum geli, ia mengusap rambut Kalandra yang tak berapa lama langsung jatuh tertidur.
Kalandra bangun pada pukul sebelas. Saat membuka mata, ia tersenyum menemukan Nora yang langsung membalas senyumnya. Ia pikir, saat bangun nanti, ia tak akan menemukan Nora.
"Gimana tidurnya? Nyenyak?" tanya Nora, mengusap lembut kepala Kalandra.
"Hm." Kalandra bergumam pelan, ia kembali memeluk Nora, menelusupkan kepalanya di dada wanita itu. Menghirup dalam-dalam aroma Nora.
"Mas mau tidur lagi?" tanya Nora. Kalandra hanya balas berdehem. Ia ingin berlama-lama di posisi tersebut. Karena akhir-akhir ini mereka jarang bertemu, usai acara lamaran digelar. Acara lamaran yang diadakan hanya sederhana dan pernikahan mereka akan digelar dua minggu lagi. Hal yang membuat Kalandra tak menyangka jika Nora akan bertandang ke rumahnya, karena Papi telah melarang mereka untuk bertemu.
"Berapa lama kamu di sini?" tanya Kalandra. Suaranya teredam karena wajahnya berada di dada Nora.
"Em .... tersisa tiga puluh empat jam lagi."
Kalandra menegakkan kepala, menatap Nora. "Serius kamu?"
"Iya." Nora tertawa geli melihat ekspresi tak percaya sekaligus bingung Kalandra. "Mas kenapa? Kok kayak orang bingung gitu? Atau belum sepenuhnya bangun?"
"Aku ... aku heran aja. Masih gak percaya."
Nora tersenyum lagi. "Ini kan hari ulang tahun kamu yang ketiga puluh sembilan tahun. Jadi, selama tiga puluh sembilan jam aku bakal nemenin kamu." Nora diam sejenak, mengunci tatapan Kalandra. "Soalnya, hal yang aku janjiin tahun kemarin gak aku tepatin. Maafin aku ya, Mas?"
"Udah. Gak usah bahas yang lalu-lalu." Kalandra mengusap pipi Nora. Ia mengangkat kepalanya lebih tinggi kemudian mengecup kening Nora.
"Jadi beneran sisa waktunya tiga puluh empat jam lagi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
When He Loves Me
ChickLit|Sequel I Hate Men| I Hate Men.... But when he loves me, I feel peace and happiness... -Annora Shabira Satrio ▪︎Oct, Copyright ©2022 NanasManis